Akan tetapi, bonus demografi ini tetap menjadi tantangan, bahkan bisa berubah menjadi ancaman, jika tidak mampu dimanfaatkan dan diberdayakan sebaik-baiknya. Populasi yang harus bisa menjadi entitas dan komunitas kuat lah yang nantinya bisa sebuah keuntungan yang bisa diandalkan nantinya.
Karuan saja, entitas masyarakat usia produktif yang punya kapabilitas, daya juang, dan etos kerja tinggi, yang diharapkan menjadi bonus demografi Indonesia nantinya. Bukan sebaliknya, populasi yang lemah, tak tahan banting, mudah menyerah, dan kurang responsif atau gagap atas segala situasi dan permasalahan yang muncul di sekitarnya.
Dalam konteks ini, situasi sulit dan darurat kesehatan akibat pandemi corona sejak akhir 2019 lalu, nyata-nyata menjadi ujian. Sudah banyak fenomena dan gejala sosial yang muncul karena dampak pandemi yang belum berkesudahan ini.
Kemerosotan ekonomi, produktifitas, hingga ketergantungan banyak dialami masyarakat kita kini. Bangsa Indonesia tengah menghadapi kekacauan berupa ketidaknormalan di hampir semua lini kehidupan. Sebagian masyarakat kita bahkan mengalami keterpurukan dan terjatuh di tengah kekacauan dan ketidaknomalan yang dihadapi.
Empati sosial dan kegotong royongan memang banyak terbangkitkan selama menghadapi momok pandemi ini. Ini cukup mudah karena memang jumlah populasi dengan beragam latar belakang yang dipunyai bangsa ini. Akan tetapi, hanya mengandalkan empati sosial dan kebersamaan gotong royong ini tidak cukup, dan lama kelamaan akan habis.
Sebaliknya, jika yang terjadi adalah ketidaksiapan, akibat kemalasan, rasa pasrah, atau tak cukup kapasitas personal memadai, maka bonus demografi bisa berubah petaka, karena tak mampu menghadapi berbagai krisis dan resesi di kemudian hari.
Akibatnya, bonus demografi di Indonesia justru akan membebani dan menghambat kemajuan negara. Akan muncul lebih banyak pengangguran terbuka, kualitas hidup rendah, atau krisis jati diri dan sosial, yang akan berbahaya bagi generasi berikutnya.
Maka, berpikir strategisnya adalah bagaimana populasi besar yang ada di Indonesia ini tetap tangguh dan memiliki nilai keunggulan yang tetap selalu bisa diandalkan. Bagaimana pula menjadikan bangsa besar ini sebagai pelaku dan agen kemajuan, bukan semata menjadi sasaran pembangunan yang hanya menghabiskan anggaran dari tahun ke tahun.
Wallahu a'lam (*)
Sumber data dalam tulisan ini diambil dari berbagai sumber dan referensi (diolah).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H