Bahkan, ada rekan kerja kerabat yang tidak jelas nasibnya, karena kondisi lonjakan penyakit pandemik yang harus ditangani kini. Setelah didapati reaktif, yang bersangkutan tidak bisa menemukan faskes yang bisa menerima, mulai Gresik, Surabaya dan Lamongan. Alasan penolakan dari faskes harus diterimanya karena lonjakan kasus pandemi saat ini.
Bahkan, yang bersangkutan sempat diminta pindah paksa dari kos atau rumah kontrakannya, karena pemilik kontrakan khawatir terjadi penularan dan berakibat muncul cluster covid-19 di lingkungannya. Miris memang!
Covid-19, Kasus Pandemik yang Masih Disangsikan?
Fakta angka kematian di sejumlah daerah bagian utara Kabupaten Lamongan ini, muncul bersamaan dengan kemunculan penyakit tiba-tiba yang banyak dialami warga setempat. Banyak warga secara bergantian mengeluhkan sakit dan sangat mengganggu mereka, baik di rumah maupun untuk bisa beraktivitas kerja.
Berdasarkan pengakuan dan saling cerita dari mulut ke mulut warga yang kebetulan terpapar sakit, sama-sama merasakan gejala yang mirip. Yakni, badan mudah lelah, pusing hebat, demam (panas dingin) tiba-tiba, mual, serta sebagian disertai pilek dan rasa sakit pencernaan, di lambung ataupun tenggorokan.
Apa yang jamak dialami warga kampung ini memang lebih banyak disangkut-pautkan dengan perubahan cuaca di wilayah tersebut. Sebagian meyakini sebagai gejala tifus (tipes) biasa. Dan, yang diserang lebih banyak kelompok usia dewasa dan lansia.
Akan tetapi, dalam waktu bersamaan, di Kabupaten Lamongan dan sejumlah daerah terdekat seperti Gresik, Kota Surabaya dan Bangkalan Madura, didapati menjadi daerah dengan kasus terkonfirmasi covid-19 dan penularan sangat tinggi.
Dibanding kemunculan pandemi covid-19 pada 2020 lalu, yang dialami warga Sedayulawas Brondong dan sekitarnya ini memang sangat memprihatinkan. Karena itu, perlu penyadaran lebih dan kewaspadaan lebih tinggi agar kasus penyakit akibat penularan virus ini tidak semakin meluas.
Selama tiga hari saya berada di kampung pandemik ini, terkesan tidak ada pemberlakukan ketat soal protokol kesehatan dan pembatasan jarak dan kerumunan untuk menghindari penularan virus SARS-Cov2 penyebab Covid-19. Bahkan, warga mengaku ini tidak dialami bahkan sudah beberapa bulan terakhir.
Dalam satu kesempatan ibadah salat berjamaah atau salat Jumat di masjid misalnya, mungkin tidak sampai 10 persen jamaah yang ada mengenakan masker. Sementara, untuk tempat publik seperti kedai kopi, cukup bebas dengan jam buka hingga larut malam. Padahal, situasi saat itu sudah dialami cuaca kurang bersahabat selama beberapa pekan dan sudah banyak warga terpapar sakit.
Ada fakta cukup memprihatinkan juga, bahwa vaksinasi covid-19 di daerah ini tidak begitu diminati warga. Data cakupan vaksinasi yang sempat penulis dapatkan, tercatat baru 112 lansia yang mau divaksin, dari total sasaran 16.784 warga untuk desa Sedayulawas.