ANAK-ANAK dari daerah pinggiran tentu punya latar belakang dan keseharian tidak sama dengan anak yang sehari-harinya tinggal di daerah perkotaan. Sebagai anak, mereka ternyata perlu lebih banyak perhatian dari lingkungan sekitar. Tak terkecuali, dalam menjalani kegiatan belajarnya di sekolah.
Kesan ini seperti yang dialami Putut Ambarsari WK, salah guru di SMPN 1 Kasembon Kabupaten Malang, Jawa Timur. Banyak-banyak memberi perhatian ini pula yang menjadi kesan mendalam baginya, dalam menghadapi anak-anak didiknya di SMPN ini.
"Semua anak, pastinya suka cari perhatian di usia mereka. Apalagi, bagi anak desa maka perhatian harus lebih banyak diberikan, untuk bisa memotivasi mereka," kata Putut Ambarsari, di sela acara wisuda virtual di SMPN 1 Kasembon, Sabtu (12/6/2021) siang.
Perhatian ini biasanya berupa empati, motivasi, apresiasi, atau sekadar memastikan keadaan mereka. Terlebih, selama setahun lebih tidak bisa bertemu langsung anak-anak sekolah karena pandemi, pengalaman bisa berinteraksi dengan mereka memunculkan kesan mendalam yang dirindukan.
Menurut Ambarsari, sebagai guru sepatutnya tidak memaksakan kehendak kepada anak. Bahkan, kerap kali tidak harus menggunakan satu cara saja untuk memotivasi kemauan dan potensi semua siswa.
"Jadi, kita harus punya berbagai alternatif untuk memotivasi mereka, karena tiap anak kan kemampuannya berbeda-beda. Kita juga harus memberi pendidikan berkeadilan, dalam artian adil yang belum tentu sama antara satu siswa dengan lainnya," bebernya.
Memotivasi dengan lebih banyak cara dan pendekatan inilah yang efektif untuk bisa mengantarkan anak sesuai potensinya. Dan, walau dari pinggiran, kata Ambarsari, mereka tetap tidak minder. Bahkan, beberapa di antara mereka mampu menunjukkan prestasi bidang akademik maupun non-akademik beberapa ajang lomba.
Pandemi, SMPN 1 Kasembon Wisuda Virtual
Motivasi dan apresiasi juga sempat diberikan para guru SMPN 1 Kasembon, khususnya kepada siswa-siswi kelas 9 yang diwisuda dan diserahkan kembali kepada orang tuanya. Pelepasan siswa-siswi ini digelar secara terbatas, dengan protokol kesehatan untuk menghindari risiko pandemi Covid-19.
Wisuda virtual ini diikuti perwakilan siswa yang lulus, orang tua dan komite sekolah setempat. Dengan busana tradisional khas Jawa Timur, sejumlah siswa dan guru SMPN 1 ini tetap mengenakan pelindung wajah (face shield) dan membatasi kerumunan.