Mohon tunggu...
Khoirul Amin
Khoirul Amin Mohon Tunggu... Jurnalis - www.inspirasicendekia.com adalah portal web yang dimiliki blogger.

coffeestory, berliterasi karena suka ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Motivasi dan Keberbakatan, Tantangan Serius Pada Anak yang Tertutup

21 Mei 2021   00:14 Diperbarui: 21 Mei 2021   11:01 1054
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Sikap lainnya, bukan tidak mungkin anak-anak kurang atau tidak punya sama sekali model yang bisa benar-benar diteladaninya. Bukan berarti tidak ada sosok figur, namun bisa jadi disebabkan kesulitan anak menerima hal-hal di luar dirinya, karena terlalu sering larut dalam kesendiriannya.


Daya tangkap dan cara penguasaan materi pelajaran juga perlu diantisipasi. Disadari atau tidak, belajar daring telah mengantarkan anak pada cara belajar instan, dan bahkan bisa melampaui daya serap atau kemampuan berpikir mereka. Apa yang mereka temukan dari penjelasan di internet, mungkin saja tidak terinternalisasi utuh dan ajeg, karena lebih banyak cukup disalin atau dibaca sekilas melalui gadget mereka.


Ini juga yang menjadi keresahan Eri Fatmawati, seorang guru di SDN yang ada di wilayah Kepanjen Kabupaten Malang Jawa Timur. Sebagai Guru Kelas 1, ia mendapati setidaknya lima siswa masih belum bisa membaca lancar. Sementara itu, sebagian siswa lainnya didapati masih sangat kesulitan memahami materi sesuai muatan kurikulum yang ada.  


"Dalam membaca masih ada anak yang mengeja, bahkan belum bisa sama sekali. Ada yang sudah bisa membaca, tetapi terkadang tidak bisa memahami. Kembali belajar di sekolah, anak-anak tampak semangat dan antusias, tetapi dalam menangkap pelajaran masih belum memahami sepenuhnya," beber Eri Fatmawati, Kamis (20/5/2021).


Tidak kalah penting, bagaimana situasi pandemik yang kurang menguntungkan kini tidak lantas menjadikan anak mudah pasrah dan putus asa bahkan stress, karena kejenuhan dan ketidaknormalan yang dihadapi berkepanjangan. Melalui pendidikan dengan berbagai pendekatan, termasuk psikologis dan spiritual, maka akan bisa menguatkan anak sebagai pribadi yang kuat dan tahan banting menghadapi dunianya kelak.


Nah, semua ilustrasi fakta dan gejala di atas harus mendapatkan atensi serius. Dalam konteks mengangkat derajat bangsa Indonesia, maka memprioritaskan aspek pendidikan dan kesiapan masa depan anak bangsa penting dilakukan. Pendidikan yang pada akhirnya bisa menjadi modal sosial bagi kelak terwujudnya kemakmuran dan kesejahteraan.


Dalam situasi transisi (pasca)pandemi kini, ketangguhan, semangat juang, harapan, motivasi dan optimisme anak bangsa menjadi hal yang wajib dipertahankan dan diperkuat. Sebuah kondisi yang selanjutnya bisa melahirkan berbagai kemampuan beradaptasi, berkreasi, dan tetap berprestasi, dalam situasi dan kondisi apapun yang dihadapi.


Momen Kebangkitan Nasional yang kita peringati tiap tanggal 20 Mei, dan bertemakan 'Bangkit! Kita Bangsa yang Tangguh', memang tepat untuk kondisi kekinian. Akan tetapi, refleksi semangat dan optimisme kebangkitan mestinya juga ditumbuhkan setiap saat dan sepanjang masa. Bangkit dan lebih maju dalam situasi kekinian dan melampaui masa depan. Salam Kebangkitan! (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun