SEBUAH kejutan bagi kami semua, saat berkumpul dalam kesempatan acara silaturahim dan berbuka puasa ramadan, Selasa (20/4/2021) lalu. Acara anjangsana rutin biasa, namun terasa sangat istimewa dengan keberadaan Ibunda Rohani (73).
Di usianya yang terus menua, tidak menyurutkan Bunda hadir di tengah-tengah kami hari itu. Sosok panutan yang tetap aktif berkarya, dan terus menebar energi positif dan motivasi kebaikan, dari generasi ke generasi.
Karuan saja, bunda Rohani harus menempuh perjalanan darat dari kota Lamongan. Butuh waktu hingga 4-5 jam dan melewati lima kota beberapa jam sebelumnya. Sebuah perjuangan fisik yang butuh ketangguhan tentunya, mengingat saat menjalani puasa.
"Saya memutuskan tetap datang ke sini, dan akhirnya bisa bertemu kalian, yang hampir semua pernah jadi anak-anak (didik) saya," ungkap bunda Rohani, menyentuh kami semua.
Ia pun terkesan dengan keberadaan kami semua dalam anjangsana lintas generasi, yang sudah hidup merantau di Malang Jawa Timur ini meninggalkan kampung halaman di Desa Sedayulawas, Brondong Kabupaten Lamongan. Â
Karuan saja, puluhan tahun telah mendidik kami bahkan ayah-ibu sebelum kami, bunda Rohani tetap saja konsisten mengabdikan diri menjadi pendidik di sekolah/madrasah hingga sisa waktu hidupnya kini.
"Sudah banyak yang pernah jadi murid saya, dan kini menjadi sukses. Tidak sedikit juga yang pernah jadi anak asuh. Dan kini, saya justru tinggal sendiri," kisahnya.
Namun, pilihan ini bukan tanpa alasan. Bagi bunda, ia merasa lebih bisa menikmati kesehariannya di saat usia senja, jika tetap bisa beraktifitas apapun senyampang masih mampu dijalaninya. Hidup mandiri yang tidak ingin merepotkan orang lain, meskipun itu anak dan keluarga sendiri, menjadi alasan lainnya.
Bunda Rohani, adalah cerminan perempuan tangguh dalam menjalani kehidupan. Tangan dingin dan sikap ngemong (keibuan) begitu melekat dalam keseharian sosok perempuan ini. Kepada siapapun, usia remaja hingga dewasa, bisa diterima ketika berkomunikasi dengan beliau. Ini semata karena ketelatenan dan kesabaran yang dimiliki bunda. Sikap mulia yang memang melekat pada seorang guru sebagai pendidik sejati sekaligus perempuan seutuhnya.
Bunda Rohani sebenarnya sudah memasuki masa pensiun sejak 2008 lalu. Akan tetapi, semangat, ketangguhan dan nuraninya sebagai pendidik sejati akhirnya membuat lulusan PGAAN ini enggan mensia-siakan masa pensiunnya. Bunda tidak mau hanya menghabiskan waktu di rumah, dan lebih memilih tetap mengabdikan diri mengurusi anak bangsa mendapatkan pendidikannya.