Tak peduli, di warsa keberapa
masih belia, tumbuh dewasa, hingga menua
Teracuhkan, di kala apa
siang, beranjak senja, Pun saat pagi buta
Abai dimana berada, selagi apa
dalam kesendirian, senyap atau riuh kata
Lena berebah, bersila, bahkan tegap raga
Beriring waktu, nyaman adanya
berkelindan rasa, bisa teralihkan
berarak awan, tak tersadari berganti
bersahut suara, senyap menepi
Lurus arah tertuju, tak seluas hamparan
tersekat kelambu, terbatas cernaan
cengar tersipu, larut rasa terhanyutÂ
acap membisu, berulang latah tersentak
bergeming, tenggelam keasyikan
Wahai anak-anakku, saudaraku
tanganmu menggenggam kuat, lekat
menjelajah jagad tak berbatas, bebas
tak berkedip netra, pedih mengering
tak lelah, bergeming
Wahai anak-anakku, saudaraku
dunia yang kau genggam, itu candu
dimensi yang kau selami, kadang palsu
seperti topeng, bermuka tak satu
Dunia sejati tak terbatas itu
Alam nyata tak terbingkai hanya di situ
Esok yang lebih bermakna, luas terhampar
Berhenti lah, tanggalkan sisi kefanaan
Menoleh lah keluar, menggapai harapan
Kebaikan, tak cukup hanya tergenggam
Gawai, bukan keabadian
Malang, Jelang peraduan, 15/1/2021