Mohon tunggu...
Khoirul Amin
Khoirul Amin Mohon Tunggu... Jurnalis - www.inspirasicendekia.com adalah portal web yang dimiliki blogger.

coffeestory, berliterasi karena suka ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Hujan di Awal 2021, Waspadai dan Jangan Sebatas Dimaknai

5 Januari 2021   23:57 Diperbarui: 7 Januari 2021   05:55 487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
hujan (foto/dok. pribadi)

BEBERAPA saat setelah pergantian tahun kemarin, bagaimana di kota anda? Hujan juga, kah? Beberapa kali di pekan pertama 2021 ini, hujan sempat turun juga dalam waktu cukup lama.

Kok bisa ya hujan turun hampir tiap hari, bahkan sesekali dalam waktu sangat lama hampir seharian? Secara klimatologi, musim penghujan memang bisa diprediksi waktunya, dimulai sekitar bulan Agustus dan memasuki fase puncak pada Januari.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisikasi (BMKG) telah merilis prakiraan musim hujan di Indonesia, akan mulai memasuki fase puncak musim hujan pada awal tahun 2021. Di sebagian besar wilayah, diprakirakan mengalami puncak musim hujan pada Januari dan Februari 2021.

Hujan dan perasaan atau mood seseorang, kerap juga dikait-kaitkan. Ya, bagi sebagian orang, hujan juga dimaknai sebagai bentuk dari perasaan. Saking menikmatinya, sampai-sampai ada yang mengatakan setiap tetes hujan mampu membawa kenangan, sekaligus sebuah harapan.

Macam-cara cara orang dalam memaknai turunnya hujan, dan ini bisa juga berbeda bergantung momennya. Hujan yang turun di pagi-pagi buta, sore hari, atau saat malam, mungkin akan dimaknai tidak sama. Pada momen atau hari khusus, akan berbeda lagi dimaknai dibanding hari-hari biasa. Termasuk juga, apa situasi dan kondisi kita di kala turunnya hujan itu.

'Melawan' hujan, berarti menikmati takdir. Setidaknya ini ketika kita dalam kondisi kepentingan tergesa dan sangat penting, namun terhadang hujan saat dalam perjalanan. Hanya ada dua pilihan ketika hujan dalam situasi ini, berhenti berteduh atau meneruskan perjalanan dengan berbasah kuyup.

Dalam konteks ini, hujan bisa berarti pendewasaan berpikir. Saat hujan turun tak berkesudahan, pikiran bisa dihinggapi rasa resah, mengeluh, hingga marah tak jelas hujan yang terus mengguyur. Jika hanya menunggu, tanpa mau berbuat apapun yang juga bermakna, maka hujan menjadi ujian kesabaran kita. Kita mungkin lupa, sabar itu menjadi kadar keimanan.

Sebuah inspirasi dan intuisi, bisa saja seketika datang bersamaan dengan turunnya rinai hujan. Anda pernah mengalaminya? Sering juga pastinya. Dengan beruntai kalimat indah secara spontan atau memang pandai dirangkai, hujan pun berubah mewakili ungkapan sisi romantis seseorang, mengungkapkan rasa rindu, hingga nasehat-nasehat bijak.

Keyakinan kita pun punya tuntutan, bahwa salah satu saat terbaik bermunajat adalah ketika sedang turun hujan. Kita juga kudu meyakini, berlimpahnya rahmat dan karunia Sang Kuasa, pada setiap hujan yang diturunkan-Nya.

Lalu, apa yang bisa dimaknai dari hujan di awal tahun 2021 lalu? Bagi kebanyakan orang, hujan mungkin sebuah kondisi alamiah saja. Sama halnya, saat manusia mengalami kebutuhan biologis yang harus dipenuhi. Kapan harus makan, tidur, berolahraga, atau istirahat santai, adalah hal biasa dalam keseharian kita. Semua tetap kudu bisa dinikmati.

Turunnya hujan saat awal tahun baru Imlek misalnya, memang diyakini membawa keberkahan dan pertanda baik tahun itu bagi orang Tionghoa yang memercayainya. Sebaliknya, jika tak ada hujan sama sekali apa berarti tidak ada berkah sepanjang tahun? Tidak demikian halnya, karena kerja keras dan ikhtiar tetap menjadi kunci sebuah kesuksesan dalam hidup ini.

Agak lupa dibanding saat awal tahun sebelumnya. Tetapi awal 2021 lalu sudah ditandai dengan hujan seharian, bahkan beberapa saat pada malam pergantian tahun baru. Kembali kepada setiap pribadi kita tentunya memaknainya. Yang pasti, turunnya hujan tetap diyakini sebagai karunia dan keberkahan.

Sempat muncul rasan-rasan memang, hujan yang turun berkepanjangan saat awal tahun ini bisa berdampak pada kasus pandemi corona SARS kini. Sebagian orang bahkan berharap dan meyakini, corona bakal segera lenyap tersapu turunnya hujan.

Tetapi, ahli epidemiologi belum bisa menyimpulkan soal ini. Bahwa pergantian musim atau kelembaban udara dan suhu akan berpengaruh pada meningkat ataupun menurunnya kasus covid-19 di Tanah Air kita. Tetap waspada terhadap penularan (transmisi) covid-19 tetap menjadi pilihan menghadapi pandemi ini, saat musim penghujan atau pun musim kemarau nanti.

Nah, musim hujan di sekitar kita bukan sekadar untuk dimaknai, namun harus pula diantisipasi. Daya tahan tubuh menjadi hal krusial untuk selalu dijaga di musim ini. Terlebih saat pandemi, dimana imunitas dan kesehatan menjadi pilihan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Life hack menghadapi hujan berkepanjangan tidak bisa disepelekan, harus benar-benar dilakukan untuk memastikan daya tahan tubuh dan aktivitas kita tidak terganggu.

Pelindung badan dari air hujan wajib selalu harus disiapkan menemani aktivitas kita. Seperti payung, sepatu boot, syal atau handuk kecil, jaket, atau alat pengering tubuh lainnya. Masker dan sarung tangan juga jangan sampai ketinggalan. Intinya, tubuh kita akan rentan terserang sakit jika dalam kondisi basah atau kedinginan berlebihan dan terus menerus. Apalagi, jika tubuh kita gampang alergi atau sakit karena air hujan. (*)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun