Banyuwangi  MTs Al-Islah Muncar bertekad mewujudkan madrasah yang memiliki program unggulan di bidang Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dengan target menjadi sekolah percontohan UKS tingkat nasional. Salah satu pilihannya adalah menjalin kerjasama Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) Banyuwangi yang mempunyai Unit Tim Promotor UKS.
Acara penandatanganan perjanjian kerja sama (PKS) antara kedua lembaga dilakukan oleh Kepala MTs Al-Islah, Rofiudin dan Ketua Stikes Banyuwangi, Soekardjo bertempat di Kampus Stikes Banyuwangi, Rabu (29/5).
Rofiudin mengatakan, kerjasama ini bertujuan menciptakan madrasah percontohan tingkat nasional melalui Usaha Kesehatan Sekolah. Saya berharap, hubungan kerjasama yang baik antara MTs Al-Islah dan Stikes Banyuwangi dapat berjalan lancar, ujar Rofiudin.
Niat baik pasti akan berakhir baik dan saya yakin hubungan kerjasama ini bisa tercapai sesuai tujuan. Saya mewakili Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Banyuwangi sangat senang dan bangga kepada MTs Al-Islah karena dari sekian madrasah, sedikit yang mau dan mampu menciptakan madrasah yang memiliki Usaha Kesehatan Sekolah yang baik. Harapan saya, semoga MTs Al-Islah mampu mencapai tujuan nya, ungkap Soekardjo dalam pertemuan di ruangan Ketua Stikes Banyuwangi.
Dalam acara itu, turut hadir Joko Prayogo, Ketua Yayasan Al-Islah Muncar. Dia mengatakan, kesehatan itu penting. Dengan adanya hubungan kerjasama ini diharapkan mampu menciptakan program yang sistematis untuk mewujudkan sekolah yang sehat dan memiliki Usaha Kesehatan Sekolah terbaik.
Semoga kami mampu mencetak generasi peduli lingkungan dan generasi yang sehat, karena siswa 85 persen menghabiskan waktu di sekolah. Apabila sekolahnya tidak sehat, maka manusia di dalamnya akan terpengaruh, imbuhnya.
Menurut Pipit Hariyono, Pembina Tim Promotor UKS Stikes Banyuwangi mengatakan, jika MTs Al-Islah mau membangun kesehatan lingkungan sekolah maka diawali dari para siswanya yaitu menghidupkan gerakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang diawali dari peserta didik beserta guru, kemudian diterapkan di masyarakat sekitar sekolah dengan radius lima ratus meter.
"PHBS di sekolah adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat, terang Pipit.
Dia menambahkan, ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS di sekolah yaitu Mencuci tangan dengan air yang mengalir menggunakan sabun. mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah, menggunakan jamban yang bersih dan sehat, olahraga yang teratur dan terukur, memberantas jentik nyamuk, tidak merokok di sekolah, menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap 6 bulan, serta membuang sampah pada tempatnya.
Kerjasama ini harus menciptakan kader generasi peduli kesehatan dan semoga hubungan kerjasama ini dapat berkelanjutan, pungkas Pipit.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H