Membaca kualitas versus identitas sangat menarik, apalagi saat ini atmosphere yang terlihat dipinggir jalan banyak foto menghiasi ruang publik. Foto kontenstan pemilihan anggota legislative tahun 2019. Tak salah memang, hampir semua berbicara dengan tone  "ini aku", "pilih aku", "aku lebih hebat" dan semua nada sejenis.Â
Sudut yang lebih menguat ke aku inilah bukti bahwa politik identitas masih mendominasi. Seharusnya, saat orientasinya kedepan, suara yang di dengarkan lebih kearah ini program yang dibawa, dan komitmen besar ini yang saya tawarkan ke anda semua. Karena memang hal-hal yang nyata yang dibutuhkan masyarakat, tak lebih dari sebuah janji tanpa muatan pembuktian.
Kembali ke sekolah, sudah clear identitas sekolah sebagai sebuah lembaga yang dijadikan alat bagi Negara untuk menguatkan faham nasionalismenya, menguatkan kecintaan pada negeri ini.Â
Tuduhan negative atasnya tidak lain dan tidak bukan hanyalah sebuah penghambat menuju ke cita-cita pendidikan itu sendiri, yakni mencerdasakan kehidupan bangsa. Ada amanah untuk terus menumbuh kembangkan nasionalisme dan kebangsaan di setiap aktifitas pendidikan di sekolah.
Ambil sebuah methafore, seorang tokong nasional bernama Bung Hatta misalnya. Semua identitas beliau sudah selesai. Kita tidak lagi berdebat tentang beliau yang berasal dari Bukittinggi. Memiliki orang tua bernama Muhammad Djamil dan Ibu Siti Saleha berasal dari minangkabau. Lahir pada tanggal 12 Agustus tahun 1902.Â
Menikah dengan seorang isteri bernama Rahmi Hatta pada 18 november 1945. Semua data tentang Bung Hatta telah tuntas, dan ini artinya wilayah perdebatan tentang identitas sudah tak perlu lagi di lakukan. Perbincangan tentang Bung Hatta sangat efektif dan menghidupkan saat kita membaca ulang gagasan-gagasan beliau.
MTs Al ishlah Muncar Banyuwangi, saat ini memilih untuk bergerak di ruang peningkatan kualitas kelembagaan. Mencipta generasi cendekia yang memiliki karakter unggul, berwawasan ahlusunnah wal jama'ah dan berspirit entrepreneurship dengan cara menyediakan pendidikan berkualitas berbasis iman taqwa dan sains tekhnologi.Â
Pergeseran ini menyebabkan semua komponen didalamnya untuk mendaya upayakan usaha terbaik, terikhlasnya dan tercerdasnya mewujudkan visi tersebut.
Salah satunya membangun silaturahmi and netwotking program dengan lembaga diluar madrasah. Di ruang regional telah bermitra dengan LP Ma'arif NU kabupaten Banyuwangi. Dan di level nasional telah menjalin kemitraan dengan International Islamic Boarding School (IIBS) Malang, Jawa Timur dengan program studi tiru yang dilaksanakan pada pekan akhir November 2018. Dan juga pengembangan-pengembangan lain dengan Pondok Pesantren untuk menguatkan visi yang sudah ada.
Jadi, di level identitas. MTs Al Ishlah telah usai. Sebagai madrasah berciri khas Nahdlatul Ulama, yang secara qouliyah dan fi'liyah di tunjukkan dengan penguatan program bersama LP Ma'arif serta Pondok Pesantren di lingkungan kabupaten Banyuwangi. Dan saat ini, pilihan terbaik untuk meningkatkan kualitas akademis telah dilakukan. Bagaimana strateginya? Ya.. Dengan mengacu pada alur pemenuhan 8 standart pendidikan, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses, Standar Pendidikan dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan Pendidikan, Standar Penilaian Pendidikan.
Dengan terus berbenah lebih baik, sembari disaat bersamaan kualitas komunikasi ke semua terus ditingkatkan. Berharap besar kepadaNya, semua langkah dimudahkan diberkahi. Bismillahrrahmaanirrohiim