Siapa sih yang tidak kenal dengan Pulau Seribu? Ya...walaupun belum pernah ke sana, setidaknya pasti pernah mendengar namanya disebut-sebut di pelajaran sekolah. Apalagi popularitasnya sebagai tempat wisata sedang meningkat akhir-akhir ini. Tak hanya wisatawan lokal, wisatawan asing pun ramai berkunjung ke kepulauan ini. Gugusan pulau yang masih tergabung dengan Provinsi DKI Jakarta  ini terletak di ujung utara Provinsi DKI Jakarta. Pada bulan Desember tahun lalu, saya dan teman-teman satu almamater berkesempatan untuk menikmati indahnya bagian kecil dari Pulau Seribu, yakni Pulau Harapan (tempat menginap), Pulau Bulat, dan Pulau Kelapa. Karna tidak mau ribet dalam mengurus akomodasi dan "tek-tek bengeknya", kami menyewa agen perjalanan wisata. Merekalah yang mengatur perjalanan kami, dari mulai pemberangkatan melalui Muara Angke, tiket kapal, tour guide, home stay, sampai makanan dan barbeque. Jadi kita tinggal terima jadi saja, hehehe. Baiklah...perjalanan kita mulai dari Muara Angke. Pelabuhan ini merupakan pelabuhan kapal nelayan di Jakarta. Muara Angke juga merupakan titik keberangkatan  menuju Pulau Seribu bagi "low cost" traveler seperti saya. Karena merupakan komplek nelayan, maka jangan kaget ketika menjumpai suasana pasar ikan yang becek dan semerbaknya bau amis ikan di sana (namanya juga pasar ikan :D). [caption id="attachment_294107" align="aligncenter" width="300" caption="Muara Angke (foto oleh Rose)"][/caption] Begitu tiba di Muara Angke, kami dijemput oleh pihak agen wisata yang langsung mengenalkan kami dengan tour guide dan mengantar kami ke kapal. Jangan bayangkan speed boat yang canggih ya... kapal yang kami naiki ini adalah kapal kayu yang tidak terlalu besar dan sangat memaksimalkan jumlah penumpangnya. Penumpang berjejal dari lambung kapal hingga dek, sampai-sampai untuk jalan ke toilet saja susah. Kapal kami berangkat pada pukul 09.00. Dalam kondisi normal perjalanan dari Muara Angke menuju Pulau Harapan memakan waktu 2,5 jam saja. Lain cerita kalau cuaca tidak bersahabat, perjalanan bisa molor menjadi 4 jam, seperti yang saya alami. [caption id="attachment_294109" align="aligncenter" width="300" caption="penuhnya kapal "Harapan Ekspres""]
[/caption] Pukul 13.00 kami tiba di dermaga Pulau Harapan. Kalimat yang pertama kali terucap saat menginjakkan kaki di Pulau Harapan adalah "Waaah...keren banget, tapi kok ada sampahnya ya???". Yup...pemandangannya memang keren banget, lautnya biru jernih, pasirnya putih, tapi sayang ada secuil sampah yang merusak keindahannya. Setibanya di sana saya dan rombongan diantar menuju homestay untuk istirahat, sholat, dan makan. Setelah istirahat dan ganti baju, kami dijemput untuk melanjutkan perjalanan mencari spot snorkeling  dengan perahu tradisional. Setelah puas ber"snorkeling" ria perjalanan berlanjut ke Pulau Bulat untuk menikmati pemandangan sunset. FYI...Pulau Bulat merupakan pulau pribadi milik keluarga cendana, di sana terdapat penginapan pribadi yang sepertinya sudah tidak terurus lagi. Belum puas menikmati sunset, tour guide kami malah meminta kami untuk segera bersiap kembali ke Pulau Harapan. Katanya kalau kesorean ombaknya besar, apalagi cuaca sedang tidak bersahabat. Akhirnya kami pulang dan malamnya disediakan barbaque ikan segar olah abang tour guide. [caption id="attachment_294112" align="aligncenter" width="300" caption="yuk snorkeling"]
[/caption] [caption id="attachment_294113" align="aligncenter" width="300" caption="tour guide kami, anak pantai sejati"]
[/caption] Hari kedua...cuaca kembali tidak bersahabat. Perfect. Hujan lebat dari subuh otomatis membuat rencana perjalanan berubah total. Seharusnya kami sudah melakuakan jelajah ke beberapa pulau di sekitar Pulau Harapan dari pagi, tapi hujan lebat dan angin kencang menunda perjalanan kami. Akhirnya saya dan beberapa orang teman serombongan memutuskan untuk jalan-jalan keliling Pulau Harapan sambil cari sarapan, sayangkan...sudah jauh-jauh masa' cuma nonton TV di homestay saja (mental ogah rugi banget). [caption id="attachment_294116" align="aligncenter" width="300" caption="hujan deras yang menunda penjelajahan"]
[/caption] Akhirnya perjalanan dimulai kembali pada pukul 10.00, saat hujan sudah mulai reda, cuma tinggal gerimis kecil saja. Cuaca yang mendung, gerimis, ditambah angin yang cukup kencang membuat perjalanan kami meuju Pulau Kelapa jadi sangat berkesan. Semriwing, dingin, basah, dan terguncang-guncang...lengkap sudah, ditambah lagi dengan teriakan histeris saya dan yang lainnya saat ombak besar menerjang perahu kami. Pengalaman ini membuat saya yang awalnya takut naik perahu menjadi terbiasa, dan sekarang malah kangen dengan sensasinya. Sesampainya di Pulau Kelapa, kami diajak untuk melihat rumah tradisional warga Pulau Kelapa dan mengunjungi penangkaran penyu. Rebutan berfoto dengan penyu. Itulah yang terjadi sesampainya kami di penangkaran penyu. Bak selebriti papan atas, para penyu yang ada di sana diperebutkan untuk diajak foto bersama. Sayangnya saya tidak menjumpai "tukik" di sana, padahal saya sangat ingin berpartisipasi melepaskan "tukik" ke habitat aslinya. Semoga dengan adanya penangkaran penyu ini kelestarian penyu di alam liar dapat terjaga. [caption id="attachment_294115" align="aligncenter" width="300" caption="tempat penangkaran penyu"]
[/caption] Setelah melihat penyu di Pulau Kelapa, kami berencana melanjutkan perjalanan ke pulau lain, tapi cuaca kembali tidak bersahabat. Angin kencang berhasil menyiutkan nyali kami, mengingat hanya sebagian kecil dari kami yang bisa berenang akhirnya diputuskan untuk kembali ke Pulau Harapan. Sampai di pulau kami langsung bersiap untuk pulang ke Jakarta karena kapal yang akan mengantar kami sudah bersiap di dermaga. Pukul 13.00 kapal berangkat dari dermaga Pulau Harapan menuju Muara Angke. Alhamdulillah...perjalanan lancar tanpa terkendala cuaca buruk, kami tiba dengan selamat di Muara Angke pukul 15.30. Saya sempat enggan untuk pulang ke Jakarta karena merasa belum puas menjelajahi Kepulauan Seribu. Rasanya ingin tambah sehari atau dua hari lagi jalan-jalan di sana, tapi apadaya karena esoknya saya dan teman-teman sudah harus ngantor lagi. Semoga di lain kesempatan saya bisa kembali berkunjung ke pulau-pulau lain di Kepulauan Seribu, maupun pulau-pulau indah lain di Indonesia. Pengalaman singkat saya di Kepulauan Seribu ini telah menumbuhkan keinginan untuk menjelajahi pulau-pulau lainnya, tidak takut meski saya tidak mahir berenang (kan ada pelampung :D). Saran saya...kalau berniat berwisata ke Pulau, jangan dilakukan saat musim hujan, khawatir nantinya cuaca buruk malah akan mengacaukan rencana yang sudah dirancang. Medhia Ratna (Jakarta, 05-02-2014)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Travel Story Selengkapnya