Mohon tunggu...
Medheline Stenny
Medheline Stenny Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Suka menyanyi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Perspektif Etika Kristen dalam Menyikapi Kerusakan Lingkungan dan Eksploitasi Sumber Daya Alam di Indonesia

3 April 2024   23:39 Diperbarui: 3 April 2024   23:55 645
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Indonesia merupakan negara dengan kekayaan sumber daya alam yang melimpah, mulai dari hutan tropis, laut yang luas, serta berbagai mineral dan bahan tambang. Sayangnya, pemanfaatan sumber daya alam tersebut seringkali dilakukan secara tidak bertanggung jawab, mengakibatkan kerusakan lingkungan yang parah. Deforestasi, pencemaran, dan eksploitasi berlebihan telah menyebabkan bencana alam, hilangnya keanekaragaman hayati, serta penderitaan bagi masyarakat lokal. 

Di sisi lain, sebagai negara dengan mayoritas penduduk beragama Kristen, Indonesia memiliki potensi untuk menerapkan prinsip-prinsip Etika Kristen dalam menyikapi isu lingkungan. Etika Kristen menekankan tanggung jawab manusia sebagai "pemelihara" ciptaan Tuhan, serta prinsip-prinsip keadilan, kasih, dan keberlanjutan. Namun, sejauh mana ajaran Etika Kristen telah diterapkan dalam praktik pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan di Indonesia?

Tulisan ini akan mengkaji perspektif Etika Kristen dalam menyikapi isu kerusakan lingkungan dan eksploitasi sumber daya alam di Indonesia. Pembahasan akan dimulai dengan menelusuri ajaran Etika Kristen terkait tanggung jawab manusia terhadap ciptaan Tuhan, dilanjutkan dengan analisis kritis terhadap praktik pengelolaan lingkungan di Indonesia. 

Selanjutnya, akan dibahas potensi kontribusi Etika Kristen dalam mendorong pengelolaan sumber daya alam yang lebih bertanggung jawab dan berkelanjutan. Diharapkan kajian ini dapat memberikan wawasan baru bagi umat Kristen dan pemangku kepentingan lainnya dalam memperjuangkan kelestarian lingkungan hidup di Indonesia.

A. Perspektif Etika Kristen Dalam Pemeliharaan lingkungan

Dalam Etika Kristen, manusia dipandang sebagai "pemelihara" (steward) atas ciptaan Tuhan, termasuk lingkungan alam. Berdasarkan Kitab Kejadian, Tuhan menciptakan manusia dan memberikan mandat untuk "mengusahakan dan memelihara" bumi (Kej. 2:15). Ini berarti manusia memiliki tanggung jawab untuk merawat, menjaga, dan memanfaatkan sumber daya alam secara bijaksana demi kesejahteraan seluruh ciptaan, bukan hanya untuk kepentingan manusia semata. 

Namun, realitas menunjukkan bahwa manusia seringkali gagal memenuhi tanggung jawab ini. Eksploitasi berlebihan, pengrusakan hutan, pencemaran, dan praktik-praktik tidak bertanggung jawab lainnya telah menyebabkan kerusakan parah pada lingkungan. Hal ini bertentangan dengan panggilan manusia sebagai wakil Tuhan di bumi, yang seharusnya menjadi pemelihara dan penjaga ciptaan-Nya. Umat Kristen di Indonesia merupakan populasi yang cukup besar dan memiliki pengaruh sosial-politik yang signifikan. 

Perspektif Etika Kristen dapat menjadi kekuatan penggerak bagi umat Kristen untuk terlibat aktif dalam upaya perlindungan lingkungan. Etika Kristen menekankan prinsip keadilan dalam pengelolaan lingkungan dan sumber daya alam. Hal ini berarti bahwa pemanfaatan sumber daya alam harus memperhatikan hak-hak masyarakat, terutama komunitas lokal yang bergantung pada lingkungan tersebut. 

Terlalu sering, proyek-proyek ekstraksi sumber daya alam atau pembangunan infrastruktur dilakukan tanpa mempertimbangkan dampak terhadap masyarakat adat dan lingkungan sekitar. Selain itu, Etika Kristen juga mengajarkan kasih dan kepedulian terhadap sesama, termasuk generasi mendatang yang akan mewarisi dampak dari kerusakan lingkungan saat ini. Pemanfaatan sumber daya alam secara tidak bertanggung jawab akan merugikan generasi yang akan datang, sehingga prinsip keadilan antar-generasi harus menjadi pertimbangan utama.

Etika Kristen memandang lingkungan secara holistik, tidak hanya sebagai sumber daya untuk dieksploitasi, melainkan sebagai bagian integral dari ciptaan Tuhan yang saling terkait. Kerusakan lingkungan tidak hanya berdampak pada ekosistem, tetapi juga pada kehidupan manusia dan seluruh makhluk hidup lainnya. Pandangan ini berbeda dengan paradigma pembangunan yang seringkali hanya mementingkan pertumbuhan ekonomi tanpa memperhatikan dampak lingkungan. Etika Kristen mendorong prinsip keberlanjutan dalam pengelolaan lingkungan, di mana pemanfaatan sumber daya alam harus mempertimbangkan generasi mendatang. 

Selain itu, Etika Kristen juga meyakini bahwa Tuhan akan membarui seluruh ciptaan-Nya, sehingga umat Kristen terpanggil untuk berpartisipasi dalam menjaga kelestarian lingkungan. Umat Kristen dipanggil untuk tidak hanya memikirkan kepentingan jangka pendek, tetapi juga menjamin keberlanjutan lingkungan bagi anak cucu di masa depan. Ini berarti menghindari eksploitasi berlebihan dan merusak yang dapat mengancam ketersediaan sumber daya alam di masa depan. Etika Kristen meyakini bahwa Tuhan akan membarui seluruh ciptaan-Nya di akhir zaman. Kitab Suci menyatakan bahwa Tuhan akan menciptakan "langit baru dan bumi baru" (Wahyu 21:1), di mana segala sesuatu akan dipulihkan dan diperbarui.  Keyakinan ini mendorong umat Kristen untuk berpartisipasi dalam menjaga dan memelihara lingkungan saat ini. Sebagai bagian dari rencana Tuhan, umat Kristen terpanggil untuk menjadi agen pembaruan ciptaan, melawan kerusakan lingkungan dan berusaha melestarikan ciptaan Tuhan. Hal ini dilakukan sebagai wujud tanggung jawab manusia sebagai pemelihara bumi.

Dalam perspektif Etika Kristen, manusia adalah bagian dari lingkungan, bukan entitas yang terpisah. Kerusakan lingkungan akan berdampak pada seluruh kehidupan, termasuk kesejahteraan manusia itu sendiri. Oleh karena itu, pengelolaan lingkungan harus dilakukan dengan mempertimbangkan seluruh aspek kehidupan secara holistik. Dengan demikian, perspektif Etika Kristen menawarkan pandangan yang komprehensif dalam menyikapi isu kerusakan lingkungan dan eksploitasi sumber daya alam di Indonesia. Prinsip-prinsip Etika Kristen dapat menjadi landasan bagi umat Kristen dan pemangku kepentingan lainnya untuk mengelola lingkungan secara bertanggung jawab dan berkelanjutan.

B. Tujuan Etika Kristen terkait tanggung jawab manusia 

Sebagai pemelihara, manusia memiliki tanggung jawab moral untuk merawat, menjaga, dan memanfaatkan sumber daya alam secara bijaksana demi kesejahteraan seluruh ciptaan, bukan hanya untuk kepentingan manusia semata. Ini berarti manusia harus mengelola lingkungan dengan prinsip-prinsip etis yang selaras dengan kehendak Tuhan. Ini berarti memperhatikan perintah-Nya untuk menjaga dan merawat ciptaan, serta menghindari tindakan yang bertentangan dengan nilai-nilai Kristiani, seperti keserakahan, eksploitasi, dan kerusakan lingkungan. Artinya melakukan upaya-upaya konservasi, restorasi, dan perlindungan terhadap ekosistem, habitat, dan spesies yang terancam. Manusia harus menghindari tindakan-tindakan yang dapat merusak atau mengganggu keseimbangan alam, seperti deforestasi, pencemaran, dan eksploitasi berlebihan. Dalam memanfaatkan sumber daya alam, manusia harus melakukannya dengan prinsip keberlanjutan (sustainability). Ini berarti menggunakan sumber daya secara efisien, menghindari pemborosan, dan memastikan ketersediaannya bagi generasi mendatang. Manusia harus mempertimbangkan dampak jangka panjang dari setiap tindakan pemanfaatan sumber daya. Sebagai pemelihara, manusia juga memiliki tanggung jawab untuk membangun kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap isu-isu lingkungan. Hal ini dapat dilakukan melalui edukasi, advokasi, dan keteladanan dalam gaya hidup yang ramah lingkungan. Tujuannya adalah mendorong partisipasi aktif seluruh umat manusia dalam menjaga kelestarian ciptaan Tuhan. Dengan demikian, tanggung jawab moral manusia sebagai pemelihara ciptaan Tuhan mencakup upaya-upaya merawat, menjaga, dan memanfaatkan sumber daya alam secara bijaksana, dengan memperhatikan kesejahteraan seluruh makhluk hidup dan selaras dengan kehendak Tuhan. Hal ini merupakan panggilan etis Kristen dalam menyikapi isu-isu lingkungan dan eksploitasi sumber daya alam.

Tujuan etika Kristen terkait tanggung jawab manusia terhadap lingkungan dapat dijabarkan sebagai berikut:

Manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai wakil-Nya di bumi, manusia diberikan tugas ganda, yaitu "mengusahakan" (to till) dan "memelihara" (to keep) lingkungan. Mengusahakan berarti memanfaatkan sumber daya alam secara bijaksana untuk memenuhi kebutuhan hidup. Memelihara berarti menjaga keutuhan dan keseimbangan ekosistem agar tetap lestari. Ini berarti manusia harus menjalankan peran sebagai pemelihara yang bertanggung jawab, bukan sebagai penguasa yang eksploitatif. Tujuannya adalah menjaga keutuhan dan keseimbangan ekosistem sesuai dengan rencana Tuhan. Artinya manusia memiliki tanggung jawab untuk mengurus, memelihara, dan mengelola lingkungan sesuai dengan kehendak Tuhan, bukan semata-mata untuk kepentingan diri sendiri

  • Mewujudkan Kasih dan Keadilan bagi Seluruh Ciptaan

Etika Kristen menekankan bahwa pengelolaan lingkungan harus didasarkan pada prinsip kasih dan keadilan. Kasih berarti memperhatikan hak-hak dan kepentingan semua pihak yang terkena dampak, terutama komunitas lokal yang bergantung pada sumber daya alam. Keadilan berarti memastikan bahwa pengelolaan lingkungan tidak merugikan atau mengabaikan hak-hak masyarakat, khususnya kelompok yang rentan. Manusia harus memperhatikan hak-hak masyarakat, terutama komunitas lokal yang bergantung pada sumber daya alam. Selain itu, manusia juga harus mempertimbangkan dampak jangka panjang bagi generasi mendatang yang akan mewarisi kondisi lingkungan saat ini. Prinsip kasih dan keadilan serta tanggung jawab jangka panjang harus menjadi landasan bagi manusia dalam menjalankan perannya sebagai pemelihara ciptaan Tuhan di bumi.

  • Menjaga Keutuhan dan Keseimbangan Ekosistem

Manusia tidak terpisah dari alam, melainkan merupakan bagian integral dari ciptaan Tuhan. Sebagai bagian dari ciptaan Tuhan, manusia memiliki tanggung jawab untuk menjaga keutuhan dan keseimbangan ekosistem. Kerusakan lingkungan tidak hanya berdampak pada alam, tetapi juga pada kehidupan manusia dan seluruh makhluk hidup lainnya. Tujuannya adalah memelihara keharmonisan antara manusia dan alam sesuai dengan rencana Tuhan.

  • Berpartisipasi dalam Pembaruan Ciptaan

Etika Kristen meyakini bahwa Tuhan akan membarui seluruh ciptaan-Nya di akhir zaman. Ini merupakan keyakinan teologis yang menjadi dasar bagi umat Kristen dalam memandang dan memperlakukan lingkungan. Keyakinan ini mendorong umat Kristen untuk terlibat aktif dalam menjaga dan melestarikan lingkungan saat ini, sebagai wujud partisipasi dalam rencana pembaruan ciptaan Tuhan. Upaya pelestarian lingkungan dipandang sebagai bentuk partisipasi umat Kristen dalam rencana pembaruan ciptaan Tuhan. Keyakinan akan pembaruan ciptaan di akhir zaman memberikan harapan dan motivasi bagi umat Kristen untuk menjaga lingkungan. Upaya pelestarian lingkungan saat ini dipandang sebagai langkah awal menuju pembaruan ciptaan yang dijanjikan Tuhan.

Dengan demikian, tujuan etika Kristen terkait tanggung jawab manusia terhadap lingkungan adalah untuk memenuhi panggilan Tuhan sebagai pemelihara ciptaan, mewujudkan kasih dan keadilan, menjaga keutuhan ekosistem, serta berpartisipasi dalam pembaruan ciptaan. Hal ini merupakan bagian integral dari panggilan etis umat Kristen dalam menyikapi isu-isu lingkungan.

C. Analisis kritis terhadap praktik pengelolaan lingkungan di Indonesia

Dalam menyikapi isu-isu kerusakan lingkungan dan eksploitasi sumber daya alam di Indonesia, etika Kristen melakukan analisis kritis terhadap praktik pengelolaan lingkungan yang sering kali tidak selaras dengan prinsip-prinsip etis Kristiani. Salah satu kritik utama adalah kecenderungan pemerintah dan pelaku bisnis di Indonesia untuk memprioritaskan pertumbuhan ekonomi di atas upaya pelestarian lingkungan. Kebijakan-kebijakan pembangunan sering kali mengabaikan dampak negatif terhadap ekosistem, seperti deforestasi, pencemaran, dan degradasi lahan. Hal ini bertentangan dengan prinsip etika Kristen yang menekankan tanggung jawab manusia untuk menjaga keutuhan ciptaan Tuhan. Etika Kristen juga menyoroti lemahnya penegakan hukum lingkungan di Indonesia. Banyak terjadi pelanggaran dan kejahatan lingkungan, seperti penebangan liar, penambangan ilegal, dan pembuangan limbah berbahaya, namun pelakunya jarang dikenakan sanksi yang memadai. Hal ini mencerminkan kurangnya komitmen pemerintah dan penegak hukum untuk melindungi lingkungan hidup. Praktik pengelolaan lingkungan di Indonesia seringkali mengabaikan hak-hak dan kepentingan masyarakat adat serta komunitas lokal yang bergantung pada sumber daya alam. Pembangunan proyek-proyek besar, seperti pertambangan dan perkebunan, acap kali dilakukan tanpa persetujuan dan melibatkan masyarakat setempat. Hal ini bertentangan dengan prinsip etika Kristen tentang keadilan dan kepedulian terhadap sesama. Etika Kristen menekankan pentingnya partisipasi publik dalam proses pengambilan keputusan terkait pengelolaan lingkungan. Namun, dalam praktiknya, masyarakat sering kali tidak dilibatkan secara memadai, terutama dalam proyek-proyek berskala besar. Hal ini mengurangi transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan lingkungan.

Analisis kritis etika Kristen juga menyoroti dampak kerusakan lingkungan yang secara desproporsi menimpa kelompok masyarakat yang paling rentan, seperti masyarakat miskin, komunitas adat, dan generasi mendatang. Mereka seringkali menjadi korban dari pencemaran, bencana alam, dan hilangnya akses terhadap sumber daya alam, yang bertentangan dengan prinsip keadilan sosial. Etika Kristen menekankan pentingnya keadilan sosial dan kepedulian terhadap kaum yang lemah. Kerusakan lingkungan yang berdampak tidak merata menunjukkan adanya ketidakadilan yang harus diatasi. Dalam perspektif etika Kristen, praktik pengelolaan lingkungan di Indonesia yang cenderung mengutamakan kepentingan ekonomi, mengabaikan penegakan hukum, dan mengenyampingkan hak-hak masyarakat lokal, dianggap tidak selaras dengan panggilan moral manusia sebagai pemelihara ciptaan Tuhan. Etika Kristen menuntut adanya perubahan mendasar dalam paradigma dan praktik pengelolaan lingkungan di Indonesia agar sejalan dengan prinsip-prinsip yang berlaku demi tetap melestarikan alam semesta yang telah Tuhan berikan ini.

Etika Kristen dapat menganalisis secara kritis praktik pengelolaan lingkungan di Indonesia dengan beberapa pendekatan, antara lain:

1. Tanggung Jawab Manusia sebagai Pemelihara Ciptaan

   - Menilai sejauh mana praktik pengelolaan lingkungan di Indonesia mencerminkan tanggung jawab manusia sebagai wakil Tuhan (steward) di bumi untuk memelihara dan mengelola ciptaan-Nya dengan bijaksana. Penilaian terhadap praktik pengelolaan lingkungan harus didasarkan pada sejauh mana manusia menjalankan peran dan tanggung jawab ini dengan baik.

   - Mengkritisi praktik-praktik eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan dan tidak berkelanjutan. Mengkritisi praktik-praktik eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan berarti menilai dan mengevaluasi dampak negatif yang ditimbulkan, baik terhadap lingkungan maupun masyarakat. Hal ini mencakup dampak jangka pendek maupun jangka panjang yang dapat merusak keseimbangan ekosistem. Kritik terhadap praktik eksploitasi yang tidak berkelanjutan berarti mempertanyakan kemampuan sumber daya alam untuk terus diperbaharui dan dimanfaatkan dalam jangka panjang.

2. Dampak Kerusakan Lingkungan

   - Mengevaluasi dampak negatif dari kerusakan lingkungan dan hilangnya keanekaragaman hayati bagi kehidupan manusia dan ciptaan Tuhan lainnya di Indonesia. Hal ini mencakup dampak terhadap ekosistem, sumber daya alam, dan keseimbangan alam secara keseluruhan. Evaluasi ini juga mencakup dampak dari hilangnya keanekaragaman hayati, baik flora maupun fauna, yang merupakan ciptaan Tuhan. Hal ini penting untuk memahami ancaman yang dihadapi oleh berbagai spesies dan ekosistem di Indonesia. Hasil evaluasi dampak negatif ini dapat menjadi dasar untuk mendorong tindakan perbaikan, konservasi, dan pengelolaan lingkungan yang lebih bertanggung jawab.

   - Menilai sejauh mana praktik pengelolaan lingkungan telah mempertimbangkan aspek keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh makhluk ciptaan Tuhan. Hal ini mencakup keadilan dalam distribusi manfaat, akses, dan dampak pengelolaan lingkungan bagi seluruh pihak yang terlibat. Penilaian ini juga harus mempertimbangkan sejauh mana praktik pengelolaan lingkungan telah memprioritaskan kesejahteraan bagi seluruh makhluk ciptaan Tuhan, tidak hanya manusia.

3. Peran Gereja dan Organisasi Kristen

   - Menilai sejauh mana gereja dan organisasi Kristen di Indonesia telah terlibat aktif dalam gerakan perlindungan lingkungan melalui advokasi, pendidikan, dan praktik-praktik ramah lingkungan. Hal ini menunjukkan sejauh mana mereka mengambil peran dan tanggung jawab dalam isu lingkungan. Analisis ini mengukur seberapa serius dan konsisten gereja serta organisasi Kristen dalam memprioritaskan isu lingkungan sebagai bagian dari panggilan dan tanggung jawab mereka.

   - Mendorong peran yang lebih proaktif dari gereja dan organisasi Kristen sebagai agen perubahan dalam pengelolaan lingkungan yang lebih bertanggung jawab. Gereja dan organisasi Kristen memiliki jaringan komunitas yang luas. Mereka dapat memobilisasi umat dan anggota untuk terlibat aktif dalam gerakan perlindungan lingkungan melalui berbagai program dan kegiatan.

4. Kemitraan dan Kolaborasi

   - Mengevaluasi sejauh mana telah terjalin kemitraan dan kolaborasi yang efektif antara umat Kristen, pemerintah, dan pemangku kepentingan lainnya dalam mengatasi masalah lingkungan di Indonesia.

5. Spiritualitas Ekologis Kristen

   - Menilai sejauh mana spiritualitas Kristen di Indonesia telah menekankan penghargaan dan pemeliharaan terhadap alam ciptaan Tuhan.

   - Mendorong integrasi ajaran Kristen dengan praktik-praktik ramah lingkungan dalam kehidupan sehari-hari umat Kristen.

Dengan pendekatan-pendekatan tersebut, etika Kristen dapat memberikan analisis kritis yang konstruktif terhadap praktik pengelolaan lingkungan di Indonesia, serta menawarkan solusi-solusi yang sejalan dengan prinsip-prinsip teologis dan etis Kristen.

D.  Kontribusi Etika Kristen dalam mendorong pengelolaan sumber daya alam

Etika Kristen memiliki potensi yang besar untuk memberikan kontribusi positif dalam mendorong pengelolaan sumber daya alam di Indonesia yang lebih bertanggung jawab dan berkelanjutan. Integrasi antara perspektif Kristen dan kearifan lokal dapat memperkaya pendekatan pengelolaan sumber daya alam yang lebih berkelanjutan. Etika Kristen dapat bersinergi dengan kearifan lokal masyarakat adat di Indonesia yang memiliki pandangan spiritual dan praktik pengelolaan sumber daya alam yang lebih harmonis. Etika Kristen dapat mendorong pengelolaan sumber daya alam yang lebih memperhatikan hak-hak dan kepentingan masyarakat lokal, serta dampak sosial yang ditimbulkan, terutama bagi kelompok rentan. Kemudian etika kristej juga dapat mendorong para pemangku kepentingan, baik pemerintah, pelaku bisnis, maupun masyarakat, untuk mempertimbangkan dampak moral dan etis dari tindakan mereka terhadap lingkungan. Etika Kristen dapat mendorong umat Kristen untuk terlibat aktif dalam gerakan advokasi dan perlindungan lingkungan. Gereja-gereja dan organisasi Kristen dapat menjadi agen perubahan yang mempromosikan praktik pengelolaan sumber daya alam yang lebih bertanggung jawab dan berkelanjutan. Hal ini berarti gereja-gereja dan organisasi Kristen dapat terlibat dalam berbagai bentuk advokasi dan aksi nyata untuk melindungi lingkungan, seperti kampanye, pendidikan, dan praktik-praktik ramah lingkungan. Keterlibatan aktif umat Kristen dalam gerakan perlindungan lingkungan merupakan wujud dari panggilan etis Kristen untuk menjadi garam dan terang bagi dunia, termasuk dalam menjaga kelestarian ciptaan Tuhan. Dengan demikian, etika Kristen memiliki potensi yang besar untuk memberikan kontribusi positif dalam mendorong pengelolaan sumber daya alam di Indonesia yang lebih selaras dengan prinsip-prinsip keadilan, keberlanjutan, dan tanggung jawab moral terhadap ciptaan Tuhan.

E. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa perspektif etika Kristen dalam menyikapi kerusakan lingkungan dan eksploitasi sumber daya alam di Indonesia memiliki beberapa aspek penting, yaitu: Etika Kristen menekankan bahwa dampak negatif dari kerusakan lingkungan secara tidak proporsional menimpa kelompok masyarakat yang paling rentan, seperti masyarakat miskin, komunitas adat, dan generasi mendatang. Hal ini menunjukkan adanya ketidakadilan yang harus diatasi. Etika Kristen memandang manusia sebagai pengelola (steward) lingkungan yang diberikan Tuhan. Kerusakan lingkungan dan eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan menunjukkan kegagalan manusia dalam menjalankan tanggung jawab ini. tika Kristen menekankan bahwa alam semesta adalah ciptaan Tuhan yang harus dijaga dan dilestarikan. Kerusakan lingkungan dan eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan dapat dipandang sebagai pengabaian terhadap tanggung jawab manusia sebagai bagian dari ciptaan Tuhan. Analisis menunjukkan perlunya peran yang lebih proaktif dari gereja dan organisasi Kristen di Indonesia dalam gerakan perlindungan lingkungan melalui advokasi, pendidikan, dan praktik-praktik ramah lingkungan. Hal ini sejalan dengan ajaran Kristen tentang tanggung jawab manusia terhadap ciptaan Tuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun