Mohon tunggu...
Medha Zeli Elsita
Medha Zeli Elsita Mohon Tunggu... Jurnalis - Living on the jetplane

Sedang menikmati perjalanan menjadi penulis paruh waktu

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Apa yang Dimaksud Letusan Freatik?

25 Mei 2018   16:21 Diperbarui: 25 Mei 2018   16:32 513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa hari terakhir Gunung Merapi terus menunjukkan aktivitas vulkaniknya. Gunung berapi yang terletak di Kabupaten Klaten, Magelang, Boyolali dan Sleman ini beberapa kali terpantau mengalami letusan freatik dan menyebabkan terjadinya hujan abu di beberapa daerah. Sejumlah warga di sekitar lereng Merapi pun dievakuasi.

Kamis (24/5) letusan freatik Gunung Merapi terjadi selama 4 menit dengan kolom atau asap letusan setinggi 6000 meter. Letusan ini terjadi pada pukul 02.56 WIB dan menyebabkan hujan abu tipis di beberapa daerah termasuk wilayah konservasi Candi Borobudur di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Hal tersebut berdasarkan laporan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Yogyakarta. Meskipun demikian, warga diminta untuk tetap tenang dan tidak panik. Sebenarnya apa sih yang dimaksud dengan letusan freatik itu sendiri?

Letusan Freatik adalah proses keluarnya magma ke permukaan bumi karena pengaruh uap yang disebabkan sentuhan air dengan magma baik secara langsung ataupun tidak langsung. Letusan Freatik terjadi ketika adanya air tanah, air laut, air danau kawah, atau air hujan yang menyentuh magma di dalam bumi.

Panas dari magma akan membuat air tersebut menjadi uap, dan ketika tekanan uap sudah sangat tinggi dan tidak bisa dibendung, maka akan terjadi letusan yang disebut Erupsi Freatik. Letusan dari Erupsi Freatik mengeluarkan material gas, cair, maupun padat (jatuhan piroklastik) yang terlempar akibat tekanan dari uap tadi. Material padat berukuran sangat halus yang terlempar keluar itu terbawa oleh angin kemudian turun menjadi hujan abu.

Letusan ini tidak pertama kali terjadi oleh siklus Gunung Merapi. Antara 2014 dan 2018 juga terjadi beberapa letusan freatik kecil yang berpotensi mengurangi akumulasi energi. Dengan berkurangnya akumulasi energi ini masyarakat berharap letusan Merapi tidak sebesar tahun 2014.

Gunung api yang masih aktif mengalami sebuah siklus memuntahkan material dalam bumi yang disebut dengan erupsi gunung berapi. Hal ini menjadi wajar untuk mengurangi penyumbatan yang menyebabkan daya ledak tinggi. Perlu diketahui juga bahwa material gunung yang dikeluarkan ini akan menjadi berkah bagi masyarakat dan alam sekitar.

Material yang dihasilkan oleh gunung berapi akan menyuburkan tanah dan meningkatkan aktivitas pertanian masyarakat di sekitar. Selain itu muntahan material yang berlimpah menyediakan bahan bangunan berupa batu, pasir, dan kerikil.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun