EMILE DURKHEIM
- Fakta Sosial
Dalam kajiannya tentang fakta sosial, Durkheim beranggapan bahwa fakta sosial merupakan bahwa fakta sosial merupakan tata cara manusia dalam berpikir dan bertindak yang bersifat eksternal atau di luar individu dan memaksa. Fakta sosial ini dibagi Durkheim menjadi dua, yaitu bersifat material atau yang dapat dilihat, diamati, dan diteliti, dan yang bersifat non-material atau berupa fenomena atau reaksi manusia yang muncul di dalam pikiran manusia.
- Solidaritas Sosial
Kajian Durkheim tentang solidaritas sosial dituangkan dalam buku karyanya, "The Division of Labor in Society / De La Division Du Travail Social". Menurut Durkheim, adanya pembagian kerja dalam masyarakat dapat mengubah struktur sosial dari solidaritas mekanik ke solidaritas organik yang lebih modern.
Kajian tentang solidaritas sosial ni merupakan kajian yang sampai saat ini masih relevan dengan kehidupan masyarakat zaman sekarang, maka dari itu, Durkheim dikatakan sebagai sosiolog yang memiliki pandangan visioner dalam memproyeksikan masyarakat di kehidupan yang akan datang.
- Bunuh diri (Suicide)
Pada tahun 1890, terjadi transformasi besar-besaran di mana tadinya masyarakat bergerak di bidang agraris harus berubah menjadi bidang industry. Hal ini diproyeksikan pada angka bunuh diri yang semakin meningkat, dan ditemukan penyebabnya, yaitu karena renggangnya solidaritas sosial atau terlalu erat. Hal ini juga berkaitan dengan intergrasi dan regulasi yang dirasakan masyarakat.
Durkheim menemukan ada 4 jenis bunuh diri:
Yang pertama adalah bunuh diri egoistik, disebabkan oleh lemahnya solidaritas sosial individu tersebut dari masyarakat. Hal ini pernah kita temukan dalam kasus-kasus mahasiswa yang meninggal bunuh diri di dalam kosnya dalam keadaan tidak ada yang mengetahui karena tidak punya teman.
Selanjutnya adalah bunuh diri altruistik. Penyebab terjadinya bunuh diri altruistik adalah terlalu eratnya solidaritas sosial antara individu tersebut kepada suatu kelompok sehingga lebih mengutamakan kepentingan kelompok daripada dirinya sendiri. Hal ini dapat kita temukan dalam peristiwa Hara Kiri, atau bunuh diri prajurit di Jepang dengan cara menusukkan samurai ke perutnya karena ia merasa telah gagal atau lalai dalam pekerjaannya.
Yang ketiga adalah bunuh diri anomi, sesuai namanya, bunuh diri jenis ini terjadi ketika individu merasa tidak ada aturan, tujuan, dan arah dalam hidupnya. Misalnya saat orang yang tiba-tiba jatuh miskin dan merasa hidupnya berakhir dan tidak ada lagi gunanya untuk hidup.
Lalu bunuh diri yang terakhir adalah bunuh diri fatalistik. Bunuh diri jenis ini disebabkan oleh regulasi tinggi yang menyebabkan dirinya tertekan. Saat tekanan yang diterima terlalu tinggi, individu memilih untuk mengakhiri tekanan tersebut dengan cara bunuh diri. Contohnya siswa yang bunuh diri akibat di-bully oleh teman sekelasnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H