PUISI ini didedikasikan pada orang-orang yang masih bertahan pada keyakinan pahwa Tuhan masih menjadi nomor satu. Bahwa Tuhan masih di atas segalanya. Bahwa Tuhan adalah titik untuk kembali. Bahwa Tuhan masih diurutan teratas dalam kehidupan. Bahwa Tuhan adalah Tujuan untuk hidup dan berjuang di dalamnya. Bahwa sedih duka lara menjadi sesuatu yang tidak penting lagi untuk diperdebatkan. Bahwa Tuhan masih menjadi berita-berita di relung hati.
Di sebuah senja
Tiang-tiang listrik mulai bangun
Bunga-bunga siap untuk tidur
Langit mulai menyalakan lampu satu per satu
dan Tuhan masih seperti dulu
--------------------------------------------
Kereta barang sudah berlalu
Tukang sapu sudah berjalan hingga ke ujung stasiun
Pedagang asongan mulai ramai
Penumpang ekonomi berdatangan
dan Tuhan masih tetap seperti dulu
--------------------------------------------
Aku adalah kaleng susu penyok
Aku adalah Nasi bungkus basi
Aku adalah kaleng kerupuk yang dibanting
Aku adalah ban mbledos
Aku adalah panci yang gosong
Aku adalah besi yang bengkok
Aku adalah tembok jamuran
Tapi di atas segalanya
Aku masih bertahan untuk mencintaimu
Di atas segalanya
Saksikanlah bahwa engkau adalah tuhanku
Dan aku akan tetap bertahan untuk mencintaimu
--------
klik juga di sini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H