Mohon tunggu...
Meddy Danial
Meddy Danial Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Galaxy Note\r\n

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sultan dan 'Bancaan' Politik

9 Desember 2010   04:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:53 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_77001" align="alignleft" width="300" caption="sumber: http://matanews.com/wp-content/uploads/sri-sultan.gif"][/caption] KISRUH mengenai silang pendapat RUU Keistimewaan DIY yang sempat mengharubiru sirkumstansi panggung politik nasional di tanah air pelan-pelan reda. Statement Presiden SBY yang sempat membuat gonjang-ganjing politik tanah air berakhir dengan damai dan elegan. Semua itu berhasil diredam akibat sikap bijak dan bersahaja dari sosok Sri Sultan  Hamengkubuwono X yang sekaligus seorang gubernur DIY. Sultan dengan tegas mengatakan bahwa dirinya hanya memberikan penjelasan substansif satu kali saja mengenai Rancangan Undang-undang Keistimewaan (RUUK) DIY, selanjutnya Sultan tidak mau berdebat dengan Presiden (Kamis, 2 Desember 2010, www.kompas.com). Saya melihat, penjelasan dan sikap Sultan tersebut sebagai suatu keputusan yang tepat dan elegan. Sultan sepertinya sadar bahwa silang pendapat keistimewaan DIY tidak boleh dijadikan komoditas politik untuk tujuan apapun, apalagi untuk tujuan memperkeruh semangat persatuan dan kesatuan NKRI. Sultan sadar bahwa silang pendapat yang berlarut-larut akan bisa menjadi ‘bancaan’ politik bagi aktor-aktor tak bertanggungjawab yang hanya akan menambah beban persoalan dalam masyarakat dan negara. Sikap dan pendapat Sultan yang lembut dan elegan itu sesungguhnya merupakan manifestasi dari sikap ksatria yang tahu unggah-ungguh politik dan sikap tahu diri yang sangat beradab dan santun. Sejuk dan menyejukkan. Yogyakarta tetap tidak akan kehilangan keistimewaan dalam hati rakyat Indonesia, apapun yang terjadi. Karena nilai-nilai instrinsik seperti keluhuran, keramahan dan keadaban serta spiritualisme Yogyakarta tidak akan pernah hilang dan selalu memancar ke segenap penjuru mata angin. Salam Damai MD-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun