Mohon tunggu...
Meddy Danial
Meddy Danial Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Galaxy Note\r\n

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Perempuan yang Melawan Pemaksaan dan Intimidasi

27 Juli 2010   15:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:33 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

[caption id="attachment_206808" align="alignleft" width="300" caption="Gambar: Goodevil.com"][/caption]

Perempuan itu bersedih ketika ada pria yang mengganggunya. Pria yang justru dekat dengan dirinya itu berusaha mengendalikan perempuan itu. Perempuan itu sadar bahwa kesabaran ada batasnya. Intimidasi dan segala kesewenang-wenangan harus berakhir, dengan cara damai atau tragis. Hanya itu pilihannya.

Pria itu memang "bermahkota". Namun tidak berarti dia bisa menggunakan segala cara untuk menaklukkan perempuan itu. Pria itu sepertinya tidak sadar bahwa perempuan itu mempunyai banyak kelebihan yang tak terduga.

Ya, siapa sangka perempuan yang diminatinya itu ternyata lebih cerdas dari dirinya. Menguasai enam bahasa asing. Fasih berbicara, pintar main catur dan tahu kelemahan laki-laki. Siapa sangka perempuan yang jika ditantang di muka umum itu malah justru merendah dan meminta maaf duluan apabila salah. Namun jangan harap, ketika harga dirinya diinjak, hmmm..., dia akan melawan dengan kekuatan yang tak terduga.

Perempuan itu tidak mau direndahkan. Dia adalah orang pandai bergaul dan bisa mentolerir sebuah dialog. Dialog yang menjurus sekalipun. Namun jangan lecehkan dia dengan memaksanya untuk tunduk dan patuh pada perintah laki-laki manapun.

Perempuan ini sadar, uang dan harta bukan impiannya. Dia adalah tipe perempuan yang akan menolak mahar dan seserahan dalam bentuk barang. Dia adalah perempuan yang menghormati dan mencintai ilmu dan kecerdasan. Dia adalah perempuan yang sulit dijangkau kemampuan ilmunya. Kompetensinya terlalu tinggi untuk rata-rata laki-laki di muka bumi ini.

Dia adalah perempuan yang hanya tertarik pada menulis, dialog dan membela negeri ini. Dia adalah perempuan yang menjadikan tulisan adalah "the way of life". Dia adalah perempuan yang berani melawan ketidakadilan dan kesewenang-wenangan meskipun dengan itu dia harus berseberangan dengan sahabatnya sendiri, yang memaksanya untuk bertekuk dihadapannya.

Perempuan itu, aku mengenalnya. Aku hanya ingin dia bahagia dengan hidupnya dan masa depannya.

***Dia adalah perempuan biasa dalam sirkumstansi yang luar biasa

-MD-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun