Takzim bergandeng sejalan satu irama/tak memandang setiap jengkal teritori perbedaan/kenyakinan adalah hak asai tak perlu di paksakan/jangan tertipu simpul seremoni khidmat persekawanan/Persatuan kini bermetafora hanya menjadi slogan
hanya dalam tuturan tak pernah tulus berteman/Tak ada lagi hormat sejawat dalam tulus iklas/hanya memikirkan ego tanpa dasar habluminnanas...
Buat ogut ini nonjok banget sama realita kekinian. Agama yang-lagi-lagi soal tafsir-bukan cuma ngomongin hubungan vertikal tapi juga horisontal batasannya udah mulai kabur. Semua melulu ke hubungan vertikal. Manusia dipandang bukan lagi atas dasar kemanusiaannya melainkan status dan identitas, di mana aristokrat dan elite meresponnya dengan mengagungkan kata persatuan di mimbar saja lalu diakhiri riuh tepuk tangan.
Buat ogut ini apa yang disampaikan NOK37 dekat banget sama kehidupan sehari-hari. Itu terjadi namun banyak yang menutup mata. NOK37 enggak perlu jadi haji atau berjubah untuk menyampaikan hubungan antarmanusia. Mereka cukup dandan kayak penyanyi rap kebanyakan aja tanpa jualan nama Tuhan.
Wawancaranya bisa disimak di sini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H