Kebijakan yang ogut yakin diadaptasi dari ide Harmoko di zaman Orba ini langsung dapat banyak kecaman dari seniman-seniman. Seniman asal Jogja, Djaduk Ferianto misal, bilang kalau lagu-lagu yang dilarang diputar itu sebenarnya adalah hasil kebudayaan yang diakomodasi zaman dengan keverbalannya. Pelarangan juga jadi satu bentuk pengekakngan terhadap berkesenian dan meremehkan intelektualitas masyarakat seakan enggak bisa membedakan mana yang porno mana yang enggak.
Lagian juga pelarangan itu sia-sia. Macam ngecat es batu. Soalnya sekarang hiburan enggak cuma radio atau televisi. Ada internet juga. Mau melarang gimana juga, bisa aja langsung buka Youtube atau nyari di Google. Gampang banget. Kayak kemarin contohnya waktu melarang adegan berantem di Dragon Ball, anak-anak sekarang yang udah pada canggih otaknya langsung buka youtube. Selesai perkara.
Dari pelarangan ini bisa dilihat gimana ngerinya hegemoni yang dulu sering dilakukan Orba untuk menciptakan keteraturan berdalih mental dan moralitas. Bisa dilihat bagaimana kejeniusan Harmoko dengan segala kebijakannya bisa menginspirasi banyak orang buat mengambil tindakan serupa. Kudu diapresiasi dong tentunya, apalagi buat yang kangen rezim Orba.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H