Keempat, adanya suatu prosesi di mana pihak yang ditunjuk seperti rektor, guru besar, dekan atau pejabat perguruan tinggi lainnya memindahkan jambul yang ada pada topi toga wisudawan/wati dengan posisi tertentu. Ini juga merupakan bukan tradisi Islam dan sangat jelas bahwa hal ini mirip dengan cara pemberkatan para pendeta dan juga Paus kepada jemaatnya, serta cara pemberkatan oleh para rabi Yahudi, seperti pemberkatan pada para tentara Israel yang akan berperang dan menjajah di Palestina.
Banyak hal tentang seremonial wisuda yang mesti dibedah dengan kaca mata Islam. Namun dari empat hal sederhana di atas, sangat mudah dipahami bahwa seremonial wisuda seperti yang selama ini dikenal bukan berasal dari ajaran Islam, tidak pula dari tradisi keilmuan kaum muslimin. Bahkan begitu terang lagi nyata semua hal itu merupakan kebiasaan-kebiasaan yang ada pada kaum bukan Islam. Terlihat dari sangat kentalnya unsur-unsur keagamaan dan tradisi kaum bukan Islam yang mengiringi rangkaian acara pada seremonial wisuda.
Untuk itulah, sudah sepatutnya bagi kaum muslimin untuk tidak mengikuti, menghadiri, atau terlibat dalam bentuk apapun dalam acara-acara sedemikian. Karena telah tetap pada agama Islam, seperti hadis Nabi S.A.W yang sudah sangat terkenal di semua lapisan masyarakat Islam bahwa, “Sesiapa yang meniru suatu kaum (dalam hal-hal yang menjadi ciri khas kaum tertentu) maka dia termasuk dari kaum (yang ditirunya) itu” (HR. Abu Daud)
Pun telah menjadi ketetapan bahwa Islam menyerukan pemeluknya untuk menyelisihi dan berbeda dengan kaum-kaum sebelum mereka. Seperti kaum lelaki untuk memanjangkan jenggot dan memendekkan kumis, kepada kaum wanita diperintahkan untuk mengenakan jilbab. Bahkan umat Islam juga dianjurkan berpuasa pada hari ‘Asyura (10 Muharram) di mana orang-orang Yahudi juga berpuasa pada hari itu. Namun Islam memberikan kekhasan pada kaum muslimin agar mereka juga berpuasa pada hari setelah atau sebelumnya untuk menyelishi kaum bukan Islam tersebut.
Seyogyanya, wisuda sebagai luahan kegembiraan, sepatutnya dihiasi dengan penuh kesyukuran. Susah payah selama perkuliahan paling tidak terbayarkan dengan gelar yang diraih. Tugas ke depan adalah bagaimana ilmu yang digeluti di bangku perguruan tinggi selama ini dapat bermanfaat untuk kemaslahatan umat. Bukan malah dihiasi dengan sesuatu yang bertentangan dan melanggar nilai-nilai luhur agama Islam.
Mungkin inilah masa seperti yang diisyaratkan oleh sebuah hadis dari Abu Sa’id Al Khudri dalam Shahiih al Bukhaariy, hadis nomor 7320, “Kalian pasti akan mengikuti cara-cara orang-orang sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta.
Bahkan jika mereka masuk ke lubang biawak sekalipun, kalian pasti akan mengikuti mereka’. Kami (para sahabat) bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah mereka Yahudi dan Nasrani?” Beliau menjawab, “Siapa lagi?” .
So,Apakah Ceremonial Wisuda Haram? Silahkan Jawab Sendiri.
Baca juga : http://dokter-umat.tumblr.com/post/4411967179/enyahkan-gaudeamus-igitur-dari-rumah-pendidikan
WAHID MUNFARID
(Warga Kelurahan Cupak Tangah Kecamatan Pauh Padang)