Tangan bergetar, antara takut dan marah
Muka memerah, antara sedih, malu dan marah
Menatap dehem-dehem Tuhan yang sepertinya tak didengar
Berlanjut mogok kerja dari alam yang tak juga mau didengar
Saat gunung meranggas tak berbekas
Ditimbun beton-beton angkuh
Lalu mengapa masih bertanya
Kenapa bumi acuh pada padi-padi sang petani
Kenapa semua makanan lokal jadi mahal
Tak menyadari bahwa alam bukan pesuruh
Kau tak memberi maka ia pun tak memberi
Hanya rahmat Tuhanmu lah yang membiarkan ia masih melayanimu
Dengan wajah masam, kusam, muram
Kalau ia sudah tak sanggup lagi, kau mau apa?
Sungguh kau tak bisa menyalahkan dia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H