Mohon tunggu...
Muhammad Andhica
Muhammad Andhica Mohon Tunggu... Lainnya - MAHASISWA UNIKOM

saya suka makan bakso

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penjahat Berkedok Cinta di Aplikasi Kencan: Dari Penipuan, Pelecehan, hingga Kekerasan

9 Februari 2023   23:02 Diperbarui: 9 Februari 2023   23:10 666
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber pribadi: hasil wawancara

Pertemuan dalam Dating Apps ini bertujuan untuk saling terbuka dan mengenal satu sama lain secara personal, bukan secara fisik. Tetapi jika menyangkut hal-hal fisik, terutama yang berhubungan dengan hal-hal seksual, kita perlu waspada. Banyak pengguna Dating Apps yang tertipu, kebanyakan dari Pelaku tidak menunjukan sifat aslinya ketika di chat, hanya saja saat bertemu kebanyakan pelaku mengeluarkan sifat aslinya, dengan mengajak ketemuan di tempat sepi bahkan sampai melecehkan si korban.

Sumber pribadi: hasil wawancara 
Sumber pribadi: hasil wawancara 

" Sebenernya awal Gua maen Dating Apps  karena temen gua yang nyaranin, mungkin gmereka cape dengerin gua ngeluh ga punya cowok ke mereka, iseng iseng gua match sama orang random, udah banyak gua kenelan sama orang di dating apps tapi hasilnya gitu Cuma sebatas follow -- followan aja, tapi ada satu yang dm gua terus, gua berusaha ngasih feedback di chatan itu ke dia, dia bener bener perhatian ke gua, dan jarang jarang ada cowok ngingetin gua soal ibadah, gua langsung berekspetasi kalo ni cowok baik banget deh, idaman -- idaman gitu, karena udah lama juga kita chatan.

Eh gaada hujan gaada angin ni cowok ngajak ketemuan, oke lah gua mau dong, gua juga tertarik ke ini cowok, dari chat aja udah baik banget dan sopan banget gitu, apalagi pas ketemu, kita ngobrol biasa aja, tapi dia mulai nempel deket deket gua, mulai megang tangan gua, yaa disini gua ga diem aja, gua langsung lepas pegangannya, yang paling kurang ajar dia megang paha gua sambil ngajak gituan ke gua, disitu gua langsung cabut dan blokir semua sosmed dia" kata NZ (21)

Pelecehan seksual melalui aplikasi kencan dapat terjadi bahkan sebelum pertemuan tatap muka. Pelecehan seksual online datang dalam berbagai bentuk, mulai dari membahas bentuk tubuh, berbicara atau menulis tentang masalah seksual, hingga mengirim foto dan video. Itu semua adalah bentuk pelecehan seksual. Bahkan tidak hanya pelecehan seksual tetapi kekerasan juga kerap sering terjadi, biasanya terjadi saat kita bertemu langsung dengan teman dating kita.

Sumber pribadi: bukti dari korban hasil wawancara
Sumber pribadi: bukti dari korban hasil wawancara

" Bener sih Dating Apps cukup membantu untuk mencari teman, baik teman sekedar kenal atau pun teman yang ingin lebih/ke tahap berpacaran, karna bagi yang kurang memiliki waktu untuk pergi keluar, dan mencari sendiri aga lebih sulit, tetapi Dating Apps memiliki kekurangan juga karna orang orang yang aku temui ternyata ngga semua orang yang baik, dan bisa menghargai perempuan, aku sempet ada kasus di Dating Apps jadi Kan kita tuh awalnya cuma interaksi sekedar medsos aja, selama kurang lebih dua minggu, kita mutusin buat ketemu secara langsung, kita janjian di cafe.

Pertemuan pertama lancar, ngga ada gerak gerik mencurigakan, udah empat minggu kenal dan chat intens, kita ketemu lagi ke dua kalinya, kita ada debat tentang orang ke tiga yang dia deketin, cekcok lah kita, dianya emosi mukul tangan aku, dengan posisi tangan aku di atas meja dan di mukulin ga stop, disitu ga ada banyak orang, akhirnya pelayan cafe stop kita dong ya, karna udah ga beres bikin keributan juga, aku langsung di pesenin ojol sama pelayan caf disitu,  dari situ aku mutusin ga mau kenal lagi sama dia, shock karna dia orang nya keliatan baik banget, disitu juga aku stop main Dating Apps." Kata WD (20)

Korban memang harus melalui tahapan menerima bahwa dirinya benar-benar berkontribusi terhadap perbuatan salah tersebut, namun bukan berarti tidak berhak untuk mencari keadilan. Jadi jangan takut untuk memberitahu orang-orang terdekat Anda. Anda tidak harus berbicara langsung di depan umum atau di jejaring sosial, setidaknya Anda bisa memberi tahu orang-orang terdekat Anda, apakah itu orang tua, sahabat, atau teman Anda. ceritakan apa yang terjadi Karena saat kita bercerita, setidaknya korban tidak merasa sendirian, setidaknya orang-orang terdekatnya mendukungnya.

Sebagai orang terdekat yang dipilih oleh korban untuk berbagi pengalaman, kita harus bisa menjadi pendengar yang baik. Jangan membuat komentar yang mengarah pada menyalahkan korban. Bersabarlah dan tunggu korban berhenti mengungkapkan perasaan dan emosinya. 

Sangat penting bahwa audiens menggunakan kata-kata yang mendukung. Berfokuslah untuk mendengarkan pengalaman mereka dan jangan membagikan pengalaman Anda sendiri. Juga tidak perlu memberi nasihat jika tidak diminta. Menjadi pendengar yang baik bukan berarti harus menawarkan solusi. Ketika anggota keluarga atau teman mendengarkan dengan seksama dan penuh kasih, mereka dapat membantu korban menemukan solusi yang nyaman bagi korban dan, yang terpenting, menyembuhkan luka dan trauma korban terlebih dahulu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun