Ketiga jika memperhitungkan efisiensi maka disarankan menggunakan asesment objektif plus (O+)dalam artian peserta didik wajib mengumpulkan alur pikir bagaimana peserta didik mampu menjawab soal -soal asesment objektif tersebut misalanya dalam matematika, fisika, kimia ada kertas cakar ataupun dalam ilmu sosial peserta didik mampu menuangkan ide atau gagasan dalam mindmaping sehingga pendidik dapat mengetahui bagaimana alur pikir apakah sudah memenuhi ketercapaian tujuan pembelajaran atau belum.Â
Keempat, kedua asesment subjektif maupun objektif masih dibutuhkan hingga saat ini dan saling berhubungan satu sama lain seperti uang logam yang memiliki 2 sisi, tanpa satu sisi uang logam tidak mempunyai value. pendidik hendaknya membuka kesempatan asesment tidak hanya secara klasikal tetapi melihat juga diferensiasi peserta didik, ada yang senang berbicara dan bernyanyi, ada yang senang bergerak bermain ataupun ada yang sedang mendengarkan cerita, dan masih banyak lagi keistimewaan peserta didik hendaknya asesment tidak memberatkan dan selalu nyaman dalam mengerjakannya. peserta didik kurang dikelas tetapi dalam kesempatan lain misalnya P5 (Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila) mampu menujukkan kemampuan yang luar biasa, kiranya perlu diasesment secara berimbang. memang berat tapi mulailah dulu.
salam dan bahagia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H