"Coba ceritakanlah,"
"Semua orang menganggapku sebagai ayam kampus, sebagai pelacur." Kata Narti pelan sedangkan Nandar menjuruskan pandangannya ke laut sambil membayangkan Rena. "Saya tidak tahu, apa salah saya sampai mereka mengatakan seperti itu."
"Tapi, benar tidak dengan pendapat orang itu?"
"Saya bukan pelacur!" Ucap Narti tegas. "Yang lebih parah, orang yang mencintai saya dan juga yang saya cintai, menganggap saya sebagai pelacur, sama dengan orang yang sama sekali tidak mengenal."
Kata-kata Narti menjadi pukulan berat bagi Nandar. Semua masalah ini seperti kembali buatnya sendiri. Kembali pada Rena. Kembali pada persepsinya. Ia terus saja tetapi tidak mendengarkan cerita Narti. Nandar diam sambil terus mencari pembenaran-pembenaran yang tidak pasti baginya. Andaikan Rena tahu, kalau diarinya telah memandang rendah, Nandar menggelengkan kepala dengan lemah. Dan ia hanya bisa terus mendengar tanpa bisa berkata apa-apa, selain teriakan hatinya sendiri yang tergenggam gemuruh ombak. Dalam hati, ia menyesal.
Bersambung ke Noumenus (Babak 26)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H