Mohon tunggu...
M.D. Atmaja
M.D. Atmaja Mohon Tunggu... lainnya -

Teguh untuk terus menabur dan menuai. Petani.\r\n\r\neMail: md.atmaja@yahoo.com\r\n

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Noumenus (Babak 22)

18 Februari 2010   04:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:52 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

"Kemuning," Hartanto menerawang ke dalam cakrawala. "Kemuning adalah perempuan yang sederhana. Perempuan, yang mau menerimaku apa adanya. Perempuan yang memiliki kebaikan hati. Cukup sederhana alasanku. Kemuning lah yang selama ini ada di dalam pikiranku, untuk menjadi Perempuan bagi kelaki-lakianku, keluargaku, anak-anakku." Jawab Hartanto singkat.

"Kamu harus bersyukur, Har!"

"Kita harus sama-sama bersyukur dengan apa yang telah kita dapatkan sekarang. Semua yang telah kita capai dengan kerja keras, entah kegagalan atau keberhasilan, entah itu kebahagiaan atau penderitaan, kita wajib bersyukur. Karena itulah yang terbaik bagi kita, dari Allah. Kita harus bersyukur, kita bukan siapa-siapa, kita bukan apa-apa. Kita hanya debu." Hartanto tersenyum dan mendekatkan mulutnya ke telingga pada Nandar, "Kemuning yang mengajariku mengucapkannya, sebuah arti dari perjalanan hidup sebagai Pelayanan seorang manusia pada Tuhan."

Hartanto tersenyum bangga. Dia melangkah menjauh tanpa berbicara apa pun. Ia berjalan sambil tersenyum, sambil mengenang Kemuning yang sedang menanti dirinya.

"Har," panggil Nandar dalam gemuruh ombak, "Kamu mau ke mana?"

"Aku mau pulang, di rumah tidur dengan nyenyak dan makan sampai kenyang." Ucap Hartanto tanpa berhenti sambil melambaikan tangannya.

Nandar tersenyum sendirian. Pandangannya mengikuti langkah Hartanto yang malas. "Kamu tidak akan bisa tidur nyenyak dan makan sampai kenyang!" gumam Nandar yang kemudian duduk dan memainkan biolanya kembali.

Bersambung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun