"Se-nyeri dan se-sakit apa pun, Allah tidak akan memberikan cobaan di luar kemampuan umatnya!" ungkap Pak Kasmin ingin membesarkan hati Nandar namun justru membuat air matanya mengalir dengan deras.
"Mungkin," ucap Nandar dengan suara serak, "Sayalah yang terlalu rapuh, tidak sanggup menerima nikmatnya anugerah ini."
Pak Kasmin tersenyum sambil menggelengkan kepala melihat Nandar terjatuh dalam penderitaan yang datang sebagai ujian untuk manusia. Nandar sendiri tidak tahu dengan apa yang harus dia lakukan untuk tidak menangis. Kepalanya tertunduk begitu dalam, seperti sedang mengadukan luka hatinya yang nyeri.
"Seorang pelaut akan terus bertahan untuk selamat dari badai yang mengombang-ambingkan dirinya di tengah lautan yang ganas, yang siap melahap hidupnya. Pelaut itu terus bertahan, terus bertahan sekuat tenaga dengan semangat dan tekatnya untuk selamat walau ia sendiri menyadari kalau dirinya tidak akan selamat. Tapi, sebagai seorang pelaut, seorang manusia itu harus terus bertahan, berjuang keras untuk dirinya sendiri menghadapi setiap persoalan." Pak Kasmin lalu bangkit, menepuk pundak Nandar dan meninggalkannya sendirian di dalam mushola, sendiri dalam penghadapannya pada Tuhan.
Bersambung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H