Nandar memandangi Hartanto, di matanya ada banyak pertanyaan. Tetap dia tidak bisa mengatakan apa-apa.
"Segala yang punya awal, pasti ada akhir yang menunggunya pada kesempatan tertentu. Kita pun akan mati!" kata Hartanto datar.
"Jangan berbasa-basi."
"Manusia diciptakan Tuhan pasti mati. Noumenus diciptakan manusia pasti akan hancur, entah itu kapan." Ucap Hartanto sambil memandang ke depan jauh namun ingatannya berada di masa lalu. "Semua hanya masalah waktu saja." Lanjutnya dengan kecewa.
"Aku menyesalkan akhir dari semuanya, kenapa tidak bisa manis penuh kenangan yang mampu membuat kita tersenyum." Ucap Nandar pelan.
"Ah, itu hanya masalah sudut pandang. Aku masih tersenyum saat mengenang Noumenus. Dua tahun dibangun oleh sepuluh orang yang mempunyai perannya masing-masing. Dengan ambisinya masing-masing. Ada yang kaya, ada yang punya banyak relasi, ada yang punya banyak ilmu, Noumenus dibangun dengan semua yang kita punyai. Semua itu menjadi hal yang menggelikan saat kehancurannya hanya karena satu orang. Perempuan!"
Nandar menggelengkan kepala mengingat masa lalunya. Ia tidak menyangka semua itu akan hancur demi ambisi pribadi dan sesuatu di belakangnya yang sampai saat ini masih tidak mengerti. Kehancurannya mengerikan dan memalukan. Hanya dalam empat tahun kerja keras itu bertahan.
"Kita masih bisa memulainya lagi, Har."
"Aku pesimis!" ungkapnya sambil mempercepat langkahnya.
"Sejak kapan kamu langsung menyerah sebelum mencobanya?" sahut Nandar setengah berteriak dan mendakwa.
Hartanto langsung berhenti menghadang Nandar yang berjalan di belakangnya. Dia memegangi pundak Nandar dan menatapnya dengan tajam. Nandar sendiri tidak tahu, apa yang akan dilakukan Hartanto padanya.