Mohon tunggu...
mcDamas
mcDamas Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Orang biasa (seperti kebanyakan rakyat Indonesia) yang sok ikut kompasiana meskipun terbata-bata. Bila teman bersedia, klik juga http://kitabiza.com, http://lampungsae.com, http://inacraftmart.comdan http://englishsolutioncenter.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Obral Somasi Dari Kampung Cikeas

25 Januari 2014   10:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:29 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1390619734402139578

[caption id="attachment_308105" align="aligncenter" width="500" caption="Puri Cikeas, tempat SBY & keluarga tinggal. Gambar: inilah.com"][/caption]
Cikeas adalah sebuah kampung yang berada di kecamatan Sukaraja, Bogor, Jawa Barat, Indonesia. Beberapa tahun silam, kampung ini hanyalah sebuah kampung udik yang ada di pinggiran Cibubur dan tidak begitu dikenal. Seiring dengan berkembangnya pembangunan perumahan dan properti lainnya di kawasan Cibubur, kampung Cikeas mulai terdengar suaranya; terlebih setelah ada keluarga SBY, presiden RI, yang membangun "padepokan" di kampung ini.

Tetapi meskipun terdapat padepokan atau rumah pribadi SBY, secara umum perkembangan pembangunan fisik di kampung Cikeas terkesan biasa saja; tidak ada yang menonjol, kecuali di sekitar rumah keluarga SBY. Artinya, kehadiran keluarga SBY yang orang nomor satu di negeri ini di Cikeas tidak serta merta berpengaruh terhadap kemajuan pembangunan Cikeas dan sekitarnya.

Meskipun demikian, keberadaan SBY dan keluarga membuat nama Cikeas me-nasional, mungkin juga meng-internasional. Hal ini karena hiruk pikuk politik Indonesia selama 10 tahun terakhir ini salah satu sumbernya adalah dari Cikeas.

Hiruk pikuk politik tersebut pada tahun-tahun awal SBY menjabat sebagai presiden, tahun 2004, menyebarkan rasa optimisme penuh harapan segenap rakyat Indonesia akan hadirnya Indonesia yang lebih baik karena SBY adalah presiden pertama yang dipilih langsung oleh rakyat melalui pemilu langsung. Apalagi SBY sangat diidolakan, terutama oleh kaum ibu, untuk menjadi presiden karena tampilan fisiknya yang gagah, ganteng dan berwibawa. Rakyat sangat menaruh harapan besar kepada SBY untuk membawa Indonesia menuju era keemasaannya.

Pada saat itu, kesibukan di Cikeas masih diminati oleh rakyat untuk diikuti seiring SBY mempersiapkan kabinetnya yang akan membantu pekerjaannya sebagai presiden untuk masa jabatan 2004-2009. Kabinet ini kemudian dikenal dengan sebutan Kabinet Indonesia Bersatu karena diisi oleh para menteri utusan dari beberapa partai koalisi. Berpasangan dengan Jusuf Kalla, pemerintah SBY dan Kabinet Indonesia Bersatu jilid 1 berjalan dengan relatif berhasil.

Setelah habis masa jabatan pertama, SBY ternyata belum puas dan maju lagi menjadi capres di pemilu 2009 untuk jabatan ke dua. Tetapi kali ini, SBY memilih Boediono untuk mendampinginya. Sebenarnya rakyat sangat ingin SBY tetap bergandengan dengan JK, tetapi karena adanya "intrik" politik antara keduanya, maka SBY-JK "bercerai" dan masing-masing maju menjadi capres: SBY-Boediono, JK-Wiranto dan beberapa pasangan lain.

Pilpres 2009 berhasil dimenangi lagi oleh SBY meskipun prosesnya penuh dengan riak-riak politik yang lumayan ramai karena adanya dugaan manipulasi DPT, penggelembungan suara dan sejenisnya. Sehingga para capres lain saat itu sempat melakukan protes atas banyaknya dugaan kecurangan atas kemenangan SBY-Boediono.

Mungkin karena kemenangannya di pilpres 2009 kurang smooth alias penuh dengan kecurigaan dari banyak pihak, maka menjadi awal datangnya problem yang silih berganti menghampiri SBY dan Cikeas. Lebih lagi setelah suksesi kepemimpinan di tubuh partai Demokrat, partai yang didirikan oleh SBY sekaligus partai pendukung utamanya. Suksesi dari Hadi Utomo, ketua umum PD lama, ke tangan Anas Urbaningrum yang awalnya terlihat lancar tanpa gejolak berarti ternyata ujung-ujung menjadi sebuah "malapetaka" bagi nama "besar" SBY, partai Demokrat, termasuk image kampung Cikeas karena dana yang digunakan untuk Konggres saat itu, termasuk untuk memuluskan kemenangan Anas, diduga berasal dari dana korupsi.

Cikeas, sebuah kampung udik yang damai dan dihuni oleh para orang udik yang polos dan kemudian menjadi kampung bergengsi karena ada keluarga SBY yang bermukim di sini, kini identik dengan "dinasti SBY" dan problematikanya. Hal ini mengingatkan publik dengan Cendana, sebuah kawasan di daerah Menteng, Jakarta Pusat, yang dihuni oleh mantan presiden Soeharto dan keluarga yang juga menyisakan banyak isu negatif di akhir jabatannya.

Negatifnya nama SBY dan keluarga bukan saja dikarenakan oleh leadership SBY selama menjadi presiden, terutama untuk periode kedua, tetapi juga karena kasus-kasus korupsi yang menimpa kader-kader Demokrat terutama kasus mega skandal korupsi Hambalang. Apalagi di pengadilan para kader utama atau lingkaran SBY seperti Nazaruddin, Angelina Sondakh, Andi Mallarangeng, Anas Urbaningrum dan lain-lain terbukti melakukan perampokan uang negara secara berjamaah.

Karena panasnya isu Hambalang yang kemudian menjungkalkan karir para kader potensial Demokrat seperti yang tersebut di atas merembet dan menyeret-nyeret keluarga SBY, terutama Ibas (Sekjen PD), maka keluarga SBY memandang urgent untuk menyewa pengacara, Palmer Situmorang, yang ditugasi untuk mengcounter bola liar Hambalang yang menggelinding ke arah Cikeas.

Tak menunggu lama agar bola panas Hambalang tersebut tidak semakin liar dan kemudian menggulung keluarga SBY, sang pengacar keluarga SBY mulai melakukan action atau tindakan nyata sesuai juklak sang boss. Alhasil, lembaran-lembaran somasi dilayangkan kepada siapa saja yang mencoba mendorong-dorong bola liar Hambalang ke arah Cikeas. Somasi pertama sudah meluncur kepada Sri Mulyono, kader Demokrat yang dikenal sebagai loyalis Anas Urbaningrum dan penggerak PPI (Perhimpunan Pergerakan Indonesia), ormas baru bentukan Anas setelah ia didepak dari kursi ketua umum PD, karena Sri Mulyono menulis artikel di Kompasiana yang berisi tuduhan-tuduhan kepada lingkaran Cikeas.

Belum reda hiruk pikuk publik menanggapi somasi pengacara SBY kepada Sri Mulyono, somasi berikutnya meluncur kepada Fahri Hamzah, politisi PKS, karena ucapan tendensiusnya yang dikutip banyak media berisi dorongan kepada KPK untuk segera memeriksa Ibas terkait kasus Hambalang.

Nampaknya somasi-somasi berikutnya akan terus diterbitkan oleh Palmer Situmorang mengingat begitu banyak pihak yang juga ikut cawe-cawe bicara tentang kasus Hambalang dan menduga bahwa Cikeas terlibat di dalamnya. Nampaknya melalui somasi-somasi ini, SBY ingin mengingatkan kepada siapa saja untuk tidak mengganggunya diakhir jabatannya sebagai presiden apalagi menjadikan ia dan keluarganya bulan-bulanan isu korupsi. Nampaknya SBY ingin mengakhiri masa tugasnya dengan tenang.

Kita tunggu saja obral somasi dari kampung Cikeas selanjutnya dan kepada siapa lagi somasi tersebut akan melayang dan seperti apa kisah Cikeas selanjutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun