[caption id="attachment_307426" align="aligncenter" width="385" caption="SBY dan Amien Rais. Gambar: Setkab.go.id"][/caption]
Banjir yang melanda hampir seluruh wilayah Nusantara adalah bukti kegagalan SBY dan pemerintahannya. Setelah 2 periode masa jabatan atau selama 10 tahun memimpin negeri ini, SBY patut diduga telah menyebabkan kerusakan yang masif pada alam, lingkungan dan ekosistemnya. Argumen ini tidak bisa terbantahkan lagi karena alam telah membuktikannya melalui bencana yang terjadi di akhir masa jabatan kepresidenannya.
Selanjutnya, bila kita menggunakan logika Amien Rais dalam melihat bencana alam saat ini, maka SBY juga harus minta maaf kepada seluruh rakyat Indonesia karena bencana ini melanda secara luas di seluruh penjuru negeri.
Sebagaimana diberitakan oleh media menyangkut banjir yang masih melanda Jakarta, Amien Rais menuntut Jokowi untuk meminta maaf kepada warga Jakarta karena setelah satu tahun blusukan ternyata banjir masih meluas di seluruh kota.
Amien tidak mau perduli bahwa air banjir itu tidak datang dari Jakarta saja, tetapi juga melimpah dari daerah Bogor dan sekitarnya. Amien nampaknya juga malas berfikir bahwa amburadulnya kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) dan hilangnya situ dan waduk penampung air adalah warisan dari pemerintahan sebelumnya dan karena masifnya kerusakan tersebut maka mustahil dapat diatasi hanya dalam waktu 1 tahun.
Coba sekarang kita lihat apa yang terjadi di akhir pemerintahan SBY; bila kita tuangkan dalam sebuah grafik, kita dapat melihat secara jelas prosentasi kegagalan-kegagalan SBY. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat kemiskinan Indonesia dan indeks kedalaman kemiskinan (IKK) serta indeks keparahan kemiskinan semakin tinggi. Ideks kedalaman kemiskinan terkini naik dari 1,75% (Maret 2013) menjadi 1,89%, sementara indeks keparahan kemiskinan naik dari 0,43% (Maret)menjadi 0,48%. Artinya tingkat kemiskinan saat ini semakin parah dan semakin banyak keluarga Indonesia yang berada jauh dari garis kemiskinan; ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin melebar.
Sementara jumlah orang miskin per September 2013 mencapai 28,55 juta orang atau naik dibandingkan Maret 2013 yang mencapai 28,07 juta orang. Jumlah ini setara dengan 11,47% dari jumlah penduduk Indonesia.
Angka pengangguran terbuka berdasarkan laporan BPS juga terus tinggi mencapai sekitar 6,25% atau sebanyak 7,39 juta orang per Agustus 2013 atau naik sebesar 150.000 penganggur dibandingkan periode yang sama pada tahun 2012 yang tercatat sebanyak 7,24 juta pengangguran.
Dari sisi lingkungan hidup, menurut data dari Kementrian Lingkungan Hidup, kerusakan lingkungan di Tanah Air saat mencapai 40 hingga 50 persen dari luas wilayah yang ada. Tingkat kerusakan ini juga terus naik dan semakin parah dan terjadi di seluruh kota dan kabupaten di Indonesia. Lebih arah lagi, tidak ada upaya yang konsisten dan berkesinambungan dari para pemimpinya untuk melakukan pencegahan.
Pada saat yang sama, per Oktober 2013 kemarin SBY meninggalkan utang luar negeri yang mencapai USD 262,4 miliar atau setara Rp 3.204 triliun dan terus naik dibanding pada September 2013 yang ada pada posisi USD 259,9 miliar. Bila dibagi rata kepada seluruh penduduk Indonesia untuk menanggungnya, maka setiap orang diwarisi utang sebesar Rp 8,9 juta.
Berdasarkan data-data di atas, dapat disimpulkan bahwa tingkat kegagalan kepemimpinan SBY dalam mengelola negeri ini cukup tinggi ditandai dengan kecendrungan naiknya sisi-sisi negatif kinerja pemerintahannya. Belum lagi jika kita melihat kecendrungan praktek korupsi yang semakin subur dan dilakukan bukan hanya oleh pejabat rendahan tetapi juga oleh para pejabat tinggi lingkaran SBY.