Dear Pak Jokowi,
Saya adalah rakyat biasa, seperti rakyat kebanyakan, yang bekerja di jalur wiraswasta sehingga saya sangat mandiri baik secara politik maupun ekonomi. Saya tidak terafiliasi ke partai politik tertentu dan juga tidak tergantung pada perusahaan atau kantor tertentu untuk mencari nafkah. Situasi ini alhamdulillah membuat saya terbebas dari stress, beban mental atau hutang budi.
Sejak kecil saya memiliki kecendrungan untuk berpihak kepada yang baik atau kepada tokoh yang teraniaya oleh kekuasaan. Meski teman dan lingkungan saya banyak yang pragmatis dalam bersikap dan menentukan pilihan, saya tidak bisa begitu saja menggadaikan hati nurani. Banyak teman semasa kecil saya saat ini sangat berkecukupan secara ekonomi karena mudahnya mereka menempel pada tokoh berkuasa, di tingkat lokal maupun nasional, tanpa peduli kredibilitas atau integritas sang tokoh. Sering saya diajak oleh mereka untuk ikut serta, tetapi saya selalu dihalangi oleh hati nurani saya.
Dalam Pilpres 2014 yang baru saja berlalu, terus terang saya mendukung Pak Jokowi. Dukungan ini saya implementasikan secara riil dengan cara mengkampanyekan Pak Jokowi melalui dunia maya maupun dunia nyata. Alhamdulillah saya berhasil mempengaruhi banyak orang untuk ikut mendukung bapak. Saya mendukung Pak Jokowi juga karena saya berkeyakinan bahwa Pak Jokowi adalah tokoh baik dan berintegritas. Secara kebetulan, tokoh-tokoh, orang-orang dan kelompok-kelompok baik juga berkelompok di kubu Pak Jokowi. Sehingga hal ini semakin memantapkan diri saya untuk mendukung bapak.
Pilpres dan segala proses yang mendahulinya telah sama-sama kita lewati. Hari-hari kampanye yang sangat riuh rendah oleh antusiasme rakyat yang ikut serta meramaikan pesta demokrasi ini sungguh menyenangkan, meski disana sini juga timbul ketegangan antar kubu dan rasa geram akibat adanya fitnah yang merajalela di tengah masyarakat. Tetapi Pesta demokrasi tahun 2014 ini alhamdulillah berjalan aman dan damai. Kita dapat melewati satu bulan masa kampanye yang melelahkan, baik mental maupun fisik, dan melaksanakan hak pilih kita pada 9 Juli dengan baik pula.
Tetapi ternyata tanggal 9 Juli yang kita anggap sebagai ending dari ketegangan politik selama satu bulan masa kampanye berbalik menjadi awal ketegangan baru. Hal ini akibat adanya upaya pembajakan demokrasi oleh pihak tertentu melalui lembaga survey yang mempublikasikan quick count yang berbeda dari lembaga lain. Sebagian besar lembaga survey (8 lembaga) yang kredibel menempatkan Pak Jokowi sebagai pemenang pilpres 2014 dengan selisih 4 hingga 5 persen dari suara capres lain. Hasil ini menjadi kontroversial dan sumber ketegangan baru akibat adanya segelintir lembaga survey yang coba membelokkan suara rakyat menjadi suara pemilik modal.
Bila pada pilpres terdahulu, yakni pilpres 2004 dan 2009, hasil quick count dapat dijadikan pijakan pertama baik oleh kontestan pilpres dan para pendukungnya untuk mengetahui pemenang pilpres sebelum hasil resmi dari KPU, pada pilpres 2014 ini, hasil quick count tersebut dianggap tidak valid (secara akademik dan ilmiah). Tapi tidak apalah, kita menunggu keputusan resmi KPU yang akan diumumkan pada tanggal 22 Juli.
Jalan orang baik untuk meraih kemenangan itu memang terjal, sangat terjal. Maka betul kata orang bijak bahwa meraih kesuksesan itu tidak semudah membalik telapak tangan. Harus ada kerja keras, harus melalui rintangan dan hambatan, harus jatuh bangun dan harus sabar menghadapi semua itu. Konsistensi untuk tetap berpijak pada kebenaran dan kejujuran adalah modal utama untuk akhirnya kemenangan itu benar-benar dapat terwujud.
Pak Jokowi, meski hari-hari menjelang tanggal 22 Juli ini kembali tegang, tetapi saya percaya bahwa Gusti Allah tidak tidur; Dia akan mengawal, melindungi dan memberkahi orang baik dan memberikan kemenangan dari proses demokrasi negeri ini kepadanya. Kita juga akan terus mengawal dengan cermat hasil suara rakyat yang telah terkumpul agar usaha perampokan yang saat ini sedang dilakukan oleh oknum-oknum anak bangsa tersebut gagal. Apalagi tanda-tanda kecurangan dan manipulasi suara hari-hari ini bukan lagi rumor atau fitnah karena dapat dengan jelas dan leluasa kita lihat di hasil pindaian form C1 yang telah diunggah pada website resmi KPU.
Terakhir, saya mendukung Pak Jokowi bukan karena saya tidak menyukai capres yang lain. Alasan utama saya mendukung Pak Jokowi karena saya ingin ikut serta membendung kekuatan orde baru yang penuh dengan tokoh-tokoh koruptif dan mafioso, kekuatan yang pada 1998 berhasil ditumbangkan oleh rakyat dimana saya juga iku aktif ambil bagian dalam setiap aksi demo di jalanan hingga di area gedung MPR, kembali menguasai dan mengelola negeri ini. .
Terima kasih Pak Jokowi, Presiden RI 2014-2019 (meski masih versi quick count). Semoga bapak dapat menjadi pemimpin yang membawa kesejahteraan bagi rakyat dan membuat Indonesia disegani bangsa lain karena karya dan SDMnya yang bermutu, bukan karena suara dan teriakannya yang menggelegar yang mengintimidasi bangsa lain.
Hormat saya,
Damas
[caption id="attachment_333307" align="aligncenter" width="460" caption="Jokowi dan rakyat. Gambar: presiden-indonesia.com"][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H