Mohon tunggu...
Beti.MC
Beti.MC Mohon Tunggu... -

Ibu rumah tangga yang memberi ruang untuk menulis pengalaman dan ikut mengkampanyekan "Kerja Layak PRT dan STOP PRT Anak

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Trafiking bukan Traffic Light

16 September 2016   15:32 Diperbarui: 16 September 2016   21:04 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Sebuah gerakan memahami bahaya perdagangan orang”Pagi itu langkahku menuju Gedung LPMP (Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan) di daerah Lenteng Agung. Ya, hari ini kami akan berkegiatan dengan para guru dan mahasiswa di lingkungan yang memang dirancang untuk belajar.

Beberapa orang datang menanyakan dimana kelas yang menjadi lokasi kegiatan ToT yang diadakan oleh JARAK. Saya menunjukkan kelas yang akan digunakan untuk kegiatan tersebut. Beberapa orang datang mengenakan pakaian seragam Pramuka, jelas sekali bapak dan ibu pembina kegiatan di sekolah.

Sambil menunggu peserta lainnya, saya menanyakan apakah ada peserta yang sudah pernah mendapatkan informasi mengenai “trafiking” ini. (Di kesempatan yang lalu, ada juga pernah bertanya, apakah trafiking ini sama dengan traffic light?) Menurut mereka, ini kali pertama mendapatkan undangan untuk membahas informasi tersebut. Ya, kali ini JARAK (Jaringan LSM untuk Penanggulangan Pekerja Anak) dengan dukungan Kemdikbud melakukan ToT Pendidikan Pencegahan Tindak Pidana Perdagangan Orang bagi para Guru. Kelompok peserta kali ini adalah sekolah-sekolah yang berada di wilayah Jakarta Selatan. 

Peserta yang beragam itu membuat kaya proses. Ada 12 guru dari SMP dan SMA serta 7 orang mahasiswa yang tertarik dalam diskusi pagi ini. Diawali dengan pengarahan dan motivasi dari Kepala Dinas Pendidikan Wilayah Selatan, para peserta diingatkan akan peran yang harus dilakukan untuk mendukung upaya pencegahan trafiking ini.

Sekolah merupakan sarana anak-anak tumbuh dan mendapatkan informasi untuk perkembangannya. Guru adalah sosok yang menjadi model bagi anak-anak didiknya.

Informasi yang terkini harus dimiliki para guru agar bisa memberikan arahan dan menjadi sumber belajar anak-anak didiknya. Banyaknya peristiwa yang terjadi pada anak didik menjadi kaca bagi para guru untuk melihat apa yang harus diperbaiki dalam system pendidikan di sekolah. Walaupun banyak kejadian terjadi di luar sekolah, para guru juga tetap dituntut untuk bisa membekali anak-anak dengan penanaman sikap dan perilaku yang baik.

Curah pendapat

“Trafiking adalah sebuah “permasalahan” yang bisa terjadi pada siapa saja. Bisa jadi saat ini kita tidak mengalaminya, tetapi jika tidak waspada, bahaya ini bisa muncul saat tidak diduga”, begitu ucap bu Winarti Sukaesih dalam mengawali penggalian pendapat para peserta mengenai tema yang akan dibahas. Sebelum melanjutkan pada trafiking, peserta ditanya mengenai USIA ANAK.

Ternyata pendapat peserta masih beragam, ada yang mengatakan anak itu usia 1-14 tahun, ada yang menyebut 1-17 tahun, ada juga yang menyatakan 5-18 tahun. Seorang guru mengatakan “saya baru membaca usia anak dari buku” yaitu mulai dari kandungan sampai sebelum 18 tahun”. Jawaban yang jitu dan tepat, karena buku yang dibaca memang bersumber dari informasi praktik dari KPP&PA.

Jadi, persepsi kita mengenai USIA ANAK itu sendiri masih beragam. Begitu juga akhirnya bentuk kebijakan yang terkait dengan anak, masih ada yang mencantumkan usia 17, 16, 15 sebagai batasan usia anak. Peraturan kita belum seragam dan sepakat menggunakan batasan 0 sampai sebelum 18 tahun sebagai usia ANAK.  Padahal jika kita mengacu pada UU Perlindungan Anak No. 23 tahun 2002, pasal 1, sudah jelas yang dimaksud sebagai “ANAK adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan”.

Tanggung jawab

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun