Mohon tunggu...
Ayub Abner Martinus Mbuilima
Ayub Abner Martinus Mbuilima Mohon Tunggu... -

Pastor Indonesia Fukuin Kyokai

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pemimpin yang Patut Diteladani

24 Februari 2015   20:58 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:35 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Salah satu syarat bagi seorang pemimpin yang patut diteladani adalah, pemimpin yang tidak mengorbankan orang yang dipimpinnya demi kepentingan pribadinya, tetapi sebaliknya berani berkorban bagi kepentingan orang yang dipimpinnya.

Berbicara tentang hal ini, maka kita harus belajar dari suatu teladan yang diberikan oleh Tuhan Yesus sewaktu di dalam taman Getsemani, sebagaimana dicatat dalam Injil Yohanes 18:8-9, “… Jika Aku yang kamu cari , biarkanlah mereka ini pergi. Demikian hendaknya supaya genaplah Firman yang dikatakan-Nya: dari mereka yang Engkau serahkan kepada-Ku, tidak seorangpun yang kubiarkan binasa”.

Dalam peristiwa ini Tuhan Yesus sebagai seorang pemimpin, pada saat Ia mau ditangkap oleh pasukan Romawi, orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat yang dipimpin oleh salah satu murid-Nya yang menghianati Dia yaitu Yudas Iskariot, Ia tidak menyuruh murid-murid-Nya maju ke depan untuk menghadapi musuh-Nya, dan Ia tidak melarikan diri atau bersembunyi di balik murid-murid-Nya dengan penuh ketakutan. Tetapi sebaliknya Ia maju ke depan dan menjadi benteng bagi murid-murid-Nya bahkan Ia menyerahkan diri-Nya ditangkap dan meminta agar murid-murid-Nya dibiarkan pergi dengan selamat (ay. 8). Teladan Yesus dalam bagian ini juga ingin berbicara kepada kita bahwa Tuhan Yesus tidak ingin murid-murid yang Ia pimpin-Nya binasa di dalam kepemimpinan-Nya dan ia sungguh bertanggung jawab atas setiap kehidupan dan nyawa murid-murid-Nya.

Dari bagian ini kalau kita mulai mengevaluasi akan kepemimpinan yang diterapkan di tengah-tengah bangsa kita, maka hal di atas sangat bertolak belakang. Di mana setiap pemimpin yang ada di dalam bangsa kita berani mengorbankan akan kepentingan rakyat demi untuk meraup harta yang sebenarnya bukan milik mereka dengan jalan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme yang sudah  sangat berurat akar. Bahkan pada saat masalah yang mereka lakukan mulai tercium maka dengan berbagai dalil berusaha untuk menutupi kebobrokan mereka dengan mengorbankan banyak orang yang pada dasarnya tidak ikut dalam tindakan dan hasil kejahatan yang mereka lakukan.

Saya secara pribadi mengutip apa yang dikatakan oleh Presiden Megawati Soekarno Putri: “Indonesia sulit untuk mengalami kemajuan oleh karena setiap pundi-pundi yang sudah disiapkan untuk ditabung, seringkali dirampok oleh para perampok-perampok sebelum pundi-pundi itu masuk ke tabungan, bahkan sampai saat ini untuk melacak tiap perampok-perampok tersebut, sangat sulit oleh karena setelah mereka merampok maka mereka lari dan bersembunyi”.

Pidato ini disampaikan pada saat kunjungan Ibu Megawati ke Jepang dan mengadakan temu wicara bersama-sama warga Indonesia yang ada di Jepang pada tanggal 28 September 2001 di Wisma kedutaan RI di Jepang. Pada saat itu saya juga  mengikuti acara tersebut.

Dengan demikian perlu kita ketahui bahwa siapa yang disebut dengan perampok-perampok tersebut tidak lain hanyalah pemimpin-pemimpin bangsa kita yang tamak dengan harta yang bukan milik mereka tetapi adalah milik rakyat.

Selanjutnya kalau kita mengevaluasi sampai kepada gereja Tuhan yang harus melaksanakan tugas gereja sebagaimana yang diamanatkan oleh Tuhan kita Yesus Kristus sebagaimana yang tertulis di dalam Matius 28:19-20. Ternyata tugas ini dilalaikan oleh banyak gereja di Indonesia. Yang jadi titik permasalahan sehingga tugas ini dilalaikan bukan dari anggota gereja /jemaatnya, tetapi sebagian besar berpangkal pada pemimpin-pemimpin didalam gereja-gereja tersebut.

Saya mengutip dari buku yang berjudul Gereja Saudara Dapat Bertumbuh, bahwa: “Pertumbuhan sebuah gereja turut ditentukan oleh sejauhmana peranan/sikap seorang pemimpin gereja”. Namun Pemimpin-pemimpin gereja saat ini tidak lagi memandang tugas dan jabatan yang mereka miliki di dalam gereja sebagai seorang pelayan yang harus melayani, sebagaimana Tuhan Yesus yang dipanggil sebagai seorang Guru dan Tuhan, tetapi ia merendahkan diri dan membasuh kaki murid-murid. Tetapi pemimpin gereja saat ini kebanyakan memakai jabatan tersebut sebagai suatu kekuasaan bagi anggota Jemaat Tuhan yang ia pimpin, dan memakai Firman Tuhan untuk mulai memeras jemaat, dengan ungkapan-ungkapan yang kelihatannya rohani, dan janji-janji yang muluk-muluk, seakan-akan Tuhan yang berbicara melalui mereka, dan setelah anggota jemaat yang dia pimpin mengalami masalah maka ia lari meninggalkan jemaat tersebut.

Hal ini terbukti ketika kasus pengrusakan, pembakaran dan penghancuran bangunan gereja-gereja baru-baru ini yang terjadi di berbagai daerah, terdengar bahwa seorang Pendeta dari salah satu gereja yang dirusak, pada saat mendengar isu bahwa gerejanya dirusak dan dibakar maka ia bersama keluarganya terbang ke Australia meninggalkan jemaatnya menghadapi pergumulan tersebut, tapi oleh karena kesetiaan jemaat tersebut kepada Tuhan sehingga dalam puing-puing bangunan gereja yang dirusak dan dibakar mereka tetap beribadah dengan penuh tetesan air mata, tetapi sosok pribadi yang menamakan dirinya pendeta ini bersenang-senang dengan keluarganya di Australia. Inikah yang dinamakan Pemimpin gereja? Hamba Tuhan yang dipanggil oleh Tuhan? Sehingga siapapun kita jikalau dalam gereja masih hanya berpatokan pada inventaris /kekayaan gereja tanpa melakukan Amanat Agung Tuhan Yesus maka bertobatlah..!!!

Bahkan kalau kita mau mengevaluasi secara jujur, maka jikalau pemimpin-pemimpin gereja terlalu memfokuskan perhatiannya pada kekayaan gereja dan mengabaikan pelayanan Tuhan di dalam gereja maka akibatnya seperti apa yang dialami oleh gereja-gereja di Indonesia, di mana terjadi perpecahan di dalam gereja oleh karena pemimpin-pemimpin gereja mulai saling merebut kekuasaan dan terjadi blok-blok diantara jemaat yang pada dasarnya hanya ikut arus apa kata pemimpin tersebut, sehingga akhirnya jemaat diajak untuk berkelahi, mendendam dan membenci satu dengan yang lain. Bukan dibina sehingga mereka memiliki kasih, pengampunan yang dari Allah.

Demikian juga dalam kehidupan rumah tangga keluarga Kristen, yang disebut pemimpin adalah seorang Ayah/suami sehingga hendaklah belajar dari Kristus tidak boleh mengorbankan anggota keluarga yang lain demi kepentingan dan keegoisannya tetapi berani berkorban demi anggota keluarganya, sehingga terjalin kasih yang harmonis di dalam keluarga. Amin.

Ayub Abner M. Mbuilima

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun