Kemampuan imaginasi anak tidak bisa dilepaskan dari keluasan bacaan yang telah dilahapnya. Tulisan yang ditampilkan di sini mencerminkan hal ini. Salah satu yang paling kelihatan adalah keluasan kosa-katanya. Memang, salah satu otoritas literacy, Keith Stankonvich, membuktikan secara empiris. Kebiasaan membaca dalam diri anak-anak akan memastikan keberhasilan studi mereka, terlebih karena keluasan bacaan akan membuat berbagai diskusi di kelas menjadi sesuatu yang sederhana. Damian, penulis cerita ini, menjadi bukti yang membenarkan kata-kata Stankovich ini. Selain menjadi pembaca yang sangat rakus, tampaknya tidak sulit untuk berkonsentrasi dalam pelajaran di sekolah, menghasilkan cerita-cerita (yang sebagian mulai ditampilkan di Kompasiana ini), dan nyaman dalam bermusik (menyanyi, main biola dan main organ). Kesemuanya berjalan dengan baik, tanpa merasa diri terbebani saat harus berpikir keras, berkonsentrasi tinggi, dan memecahkan berbagai kesulitan. Yang ditampilkan kali ini adalah seri ketiga, yang melanjutkan Seri I dan Seri II. Semoga bermanfaat.
Kerajaan TingTong (seri 3)
Setelah masalah pemindahan kekuasaan selesai, maka Kerajaan Tingtong semakin berjaya. Tetapi, walaupun begitu, masih banyak masalah yang mengancam Kerajaan TingTong. Contohnya: ketika gagal panen, semua warga masyarakat protes dan mengancam istana. Ancamannya adalah : “Jika kami tidak segera mendapatkan padi, maka istana akan kami hancurkan”. Tetapi Raja Tong yang bijak mengatakan, “Gagal panen ini merupakan ulah perbuatan kalian sendiri. Coba perhatikan. Kalian tidak mampu mengairi sawah kalian dengan cukup. Kalian mengairi sawah terlalu banyak, sehingga padi tak nampak. Itulah kenapa padi kalian gagal panen”. Setelah mengetahui apa penyebabnya gagal panen, maka mereka tidak jadi menghancurkan istana. Itu termasuk masalah ringan. Masalah besarnya apa? Masalah ini baru saja terjadi. Contoh:
Kerajaan Apidipaiti, Kerajaan Tanatitati, dan Kerajaan Listrikat berkomplot. Pemimpin mereka adalah Kerajaan Apidipaiti, tepatnya Pangeran Tertan. Kenapa mereka berkomplot? Mereka ingin menyerang Kerajaan TingTong karena wakil dari Kerajaan TingTong, yaitu Pangeran Tong berhasil memenuhi semua syarat untuk mendapatkan Putri Esanta (baca Main Kroni-Kronian). Nah, tiga kerajaan ini mempunyai wakil tersendiri. Kerajaan Apidipaiti, wakilnya Pangeran Tertan, Kerajaan Tanatitati, wakilnya Pangeran Talata, Kerajaan Listrikat, wakilnya Pangeran Listra. Rencananya, lusa pagi sudah akan berangkat menuju ke arah Kerajaan TingTong. Dari tentara yang menjaga perbatasan daerah, Raja Tong sudah mendengar kabar itu. Dia tidak bisa menolak lagi untuk bertempur.Sementara ketiga kerajaan itu ber’koalisi’, Raja TingTong menyuruh para pasukan untuk ber’koalisi’.
Seluruh kerajaan di Daerah Nitis, yaitu daerah yang mencakup sekitar 16 kerajaan. Kerajaan Tingtong hanya bisa mengajak sekitar 7 kerajaan, sementara Kerajaan Apidipaiti, Kerajaan Tanatitati, dan Kerajaan Listrikat berhasil mengajak 9 kerajaan. Berikut tabel yang berhasil diajak untuk perang oleh kedua kerajaan terbesar ini:
No
Kerajaan Apidipaiti
Kerajaan Tingtong
1
Kerajaan Tanatitati
Kerajaan Sinarantara
2
Kerajaan Listrikat
Kerajaan Pedangkalan
3
Kerajaan Suryapati
Kerajaan Emeda
4
Kerajaan Estapati
Kerajaan Kayasan
5
Kerajaan Jelkom
Kerajaan Antonis
6
Kerajaan Barat
Kerajaan Bental
7
Kerajaan Timur
Kerajaan Selatan
8
Kerajaan Utara
9
Kerajaan Tengah
Menurut Raja Tingtong, pasukan terlalu banyak akan menjadi bencana seperti peribahasa “Senjata Makan Tuan”. Inilah tujuan untuk menjaring kerajaan-kerajaan dalam jumlah minimalis. Sementara karena ingin menang, Kerajaan Apidipaiti dengan segera menjaring sebanyak-banyaknya.
Lusa masih lumayan lama untuk mempersiapkan perang. Karena sudah merasa siap, Pangeran Tertan merasa tak perlu menyiapkan strategi perang. Dia yakin, persiapan perang sebelum perang sudah cukup. Sementara, pertimbangan Raja Tong berbeda. Dia merasa memerlukan latihan banyak. Menurut dia, kira-kira sehari latihan 2 kali, itu sudah lebih dari cukup. HKKT (Hasil Koalisi Kerajaan TingTong) setuju pendapat itu. Prajurit-prajurit HKKT juga tidak mengeluh, karena prajurit-prajurit HKKT sudah terlatih baik mentalnya. Sementara, tanpa sepengetahuan Pangeran Tertan, ternyata prajurit-prajurit HKKA belum terlatih mentalnya dengan benar. Raja-raja HKKA tahu hal ini, namun mereka takut mengatakannya, karena jika Pangeran Tertan tahu prajurit-prajurit HKKA belum terlatih mentalnya dengan baik, maka raja-raja HKKA akan mati dihanguskan oleh Pangeran Tertan.
Tiba hari yang ditunggu-tunggu Pangeran Tertan, tanpa basa-basi, prajurit HKKA (Hasil Koalisi Kerajaan Apidipaiti) langsung menyerang. Pangeran Tertan, yang tugasnya kali ini memimpin pasukan menyerang, meniup terompet peperangan. Begitu mendengar terompet peperangan milik Pangeran Tertan, Raja Tong, yang sudah sama tugasnya dengan Pangeran Tertan, meniup terompet juga. Di luar dugaan Pangeran Tertan, Raja Tong dengan segera pergi ke dalam istananya, lalu semen di depan prajurit berbunyi mendesum, dan akhirnya menjadi tangga turun ke bawah tanah. Dari istana, Raja Tong meniup terompet sekali lagi. Namun ini berbeda. Ini isyarat bagi prajurit-prajurit HKKT untuk turun ke tangga itu. Prajurit-prajurit HKKT sudah diberitahu tentang rencana ini. Dengan sedikit berlari-lari, prajurit-prajurit HKKT pergi ke bawah tanah. Lalu, semen yang berubah menjadi tangga itu naik dan seperti semen biasa lagi.
“Serang!!!!!!!!!!!!!!!” seru Pangeran Tertan dengan garangnya. Prajurit-prajurit HKKA langsung mendobrak pintu depan kerajaan. Prajurit penjaga gerbang istana sudah diperingatkan, ‘Jangan mengalang-halangi iring-iringan prajurit-prajurit HKKA. Namun, jika mereka menyerang kamu (prajurit penjaga gerbang istana), maka kamu harus melindungi diri dari serangan mereka’. Pesan itu langsung disampaikan oleh Raja Tong kepada prajurit penjaga gerbang istana. “Iya tuanku” kata prajurit penjaga gerbang istana dengan hormatnya. Setelah masuk istana, Pangeran Tertan dan prajurit-prajurit HKKA melihat berkeliling. ‘Aneh. Kenapa Kerajaan TingTong sesunyi ini. Tidak mungkin kan, mereka pergi semuanya. Aku tak melihat orang di sini, kecuali prajurit penjaga gerbang istana tadi ‘ gumam Pangeran Tertan ketika melihat sekelilingnya. Tetapi, di sekeliling mereka, secara tiba-tiba berbunyi mendesum, dan membuat tangga. Di luar dugaan Pangeran Tertan, seluruh prajurit HKKT muncul di sekeliling mereka. Karena belum hilang dari rasa kagetnya, Pangeran Tertan dan prajurit-prajurit HKKA langsung dibekuk oleh Raja Tong dan prajurit-prajurit HKKT. Ketika Pangeran Tertan berusaha mengeluarkan api dari tangannya, ternyata usaha itu sia-sia saja, karena dengan segera Raja Tong mengeluarkan kekuatan angin dari tangannya, untuk mencegah api berkobar. “Kau kalah Pangeran Tertan. Kau tidak menggunakan siasat seperti kami. Aku sudah menduga, kaulah yang menyerang. Kami hanya berjaga-jaga untuk menangkis seranganmu itu. Dan Putri Esanta tidak bisa kau rebut. Prajurit-prajuritku selalu berjaga-jaga siang dan malam. Kau harus mengembalikan prajurit-prajuritmu itu ke kerajaan asalnya. Kau juga harus kembali ke Kerajaan Apidipaiti. Kita kan kawan, bukan lawan. Berjanji?” kata Raja Tong. “Ya raja. Aku berjanji untuk menjadi kawanmu, bukan lawanmu. Aku menyesal atas apa yang kuperbuat” jawab Pangeran Tertan dengan nada menyesal. Lalu Raja Tong pergi ke dalam istananya, lalu Pangeran Tertan kembali ke Kerajaan Apidipaiti.
Setelah mengetahui bahwa perang sudah berakhir, maka rakyat Kerajaan TingTong kembali berjaya. Akhirnya, perang itu dinamakan perang terpendek di seluruh Kerajaan TingTong dan Kerajaan Apidipaiti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H