Mohon tunggu...
Mboko Rongo
Mboko Rongo Mohon Tunggu... HSE Manager -

Konseptualisasi antara informasi dan media

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Infotainment, Penderitaan Artis Sebagai Candu Masyarakat

16 Juli 2012   17:00 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:54 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Relasi antara media hiburan dengan para artis adalah hubungan yang berwarna-warni. Kadang-kadang keduanya menempel manis bagai semut yang mengerubuti gula, tapi kadang-kadang keduanya saling cakar seperti halnya Tom & Jerry.

Saat ini, dalam cawan industri hiburan, Indonesia punya apa yang disebut infotainment, hadir dalam bentuk program TV yang laris manis ditonton dengan biaya produksi yang tidak besar. Berbeda dengan sinetron yang menuntut puluhan Kru serta puluhan Artis dengan honor yang besar, Infotainment justru hanya melenggang ringan hanya dengan satu-dua kamera, dua-tiga kru, dan segenggam mikrofon yang ditodongkan ke para artis yang buru-buru menghindar cari aman.

Infotainment telah memanjakan tendensi manusiawi untuk merasakan kepuasan saat melihat ada Artis, yang dianggap super dan memiliki segalanya, didera masalah. Sadar atau tidak sadar, semua orang menyimpan tendensi itu. Ini bukan judgment, tapi realita.

Tayangan Infotainment tidak selalu berbasiskan nurani, melainkan permainan kelihaian menyajikan masalah. Semakin panjang dan heboh masalah, semakin infotainment diuntungkan. Infotainment bukan saja memancing reaksi dari masyarakat yang saat ini sudah muak dengan kualitas tayangan infotainment, tetapi juga mengundang potensi pengadilan rakyat yang sepihak. Nurani memang tidak bisa dikelabui karena Infotainment jelas bukan figur bercitra innocent yang mengundang simpati.

Saat ini, infotainment tengah diuji, Artis pun sedang diuji. dan masyarakat menyoroti. Biarlah kecerdasan dan nurani masing-masing pribadi yang akhirnya menilai sendiri mana yang benar dan mana yang hanya rekayasa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun