Mohon tunggu...
Arief Rahman
Arief Rahman Mohon Tunggu... -

Just Silent Reader, "terpaksa" disarjanakan di UNHAS setelah lebih selusin semester, sekarang menjadi CEO Kahaba.info, media online lokal di Kota Bima - NTB

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kuhabiskan Sisa Usia Di Pondok Pinggir Pantai

20 April 2012   08:16 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:23 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika ditanya, kenapa tidak melanjutkan tinggal bersama anaknya? Dengan lirih, Rugayah mengaku empat orang anaknya juga tidak mampu dan hidup serba kekurangan. “Dari pada menjadi beban anak-anaknya, lebih baik memilih untuk hidup seadanya disini”. Sungguh potret hidup yang tak bisa ku bayangkan, di tengah kerakusan para penguasa dan elite negeri ini. “Sangat kontras,” gumamku yang hanya terlintas dibenakku.

Belasan tahun hidup di pinggir laut, pasutri yang berusia senja itu, belum pernah merasakan nikmatnya bantuan dari pemerintah. Padahal, di gubuknya berkibar salah satu bendera parpol dengan corak berwarna kuning. Namun, kibaran bendera partai penguasa itu, tak seiring dengan kepekaan penguasa yang jarang bahkan tidak pernah melirik kehidupan kaum papa. Penguasa biasa mendekati dan terlihat peduli, jika mendekati masa kampanye atau embel-embel kepentingan popularitas lainnya.

Rugayah juga tak ingin berharap banyak. Tak juga ingin merepotkan orang lain untuk sekedar makan dan minum sehari-hari. Dengan mencari ikan bandeng dan dapat menjualnya, dengan itu pun mereka tetap optimis melanjutkan hidup. “Bagi kami, bisa hidup dan makan dari penjualan bandeng sudah cukup, nak!” tambah Ishaka, sembari mengucap kalembo ade, karena tak ada yang bisa disuguhkan.

Hidup miskin bertahun-tahun lamanya, tentu tak ada yang ingin merasakan. Namun, garis hidup telah menetapkan pasangan pasutri ini untuk tetap terkandang segala keterbatasan. Hingga ujur ini, semangatlah yang terus memantik mereka. Semangat untuk bertahan, dan semangat untuk terus bersyukur terhadap Tuhan akan kehidupan yang dinikmatinya. ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun