Tingkat kesadaran masyarakat dan petani yang semakin hari semakin memajukan pertanian organik Indonesia dengan membangun label organik disertai dengan sertifikasi. Membutuhkan proses hampir selama 4 tahun para petani dan Gapokta menunggu sertifikasi label organik pada perkebunannya.Â
Berawal fokus pada beras organik, petani dan Gapokta yang berlokasi di Subang ini mulai merambah ke berbagai hasil pertanian yang merupakan permintaan dan kebutuhan konsumen.
Sektor pertanian di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan akibat pemanfaatan teknologi digital yang masih rendah. Padahal, sektor ini memainkan peran penting  dalam meningkatkan perekonomian dan ketahanan pangan negara, dimana sekitar 100 juta jiwa atau hampirÂ
Sebagian masyarakat Indonesia menggantungkan pada mata pencaharian ini. Dari hasil riset McKinsey tahun 2020, pemanfaatan teknologi digital dalam sektor pertanian bisa membawa dampak positif bagi para petani dan meningkatkan output ekonomi hingga Rp94.846 triliun atau USD 6,6 miliar per tahun.
Berdaya Agri Indonesia selaku mitra pada Riset keilmuan LPDP Universitas Persada Indonesia YAI Jakarta. Menjalin mitra tani dengan Komunitas Tani Paguyuban Bumi Mandiri, Subang. Riset ini beranggotakan team 3 mahasiswa: Hanna Shara Dewi, Marsya Adzkia Putri, Bagus Yoga Prakoso dan Aldi Kurniawan beserta Dosen : Dr.Sularso Budilaksono, M.Kom , dan Woro Harkandi Kencana,S.Sos,M.Ikom. Serta Dr.Febrianty,S.E.,M.Si. dari Politeknik Palcomtech Palembang. Tani Paguyuban Bumi Mandiri merupakan komunitas tani di daerah subang dengan hasil pertanian beras organik
Berdasarkan wawancara dengan Pak Dedi Mulyadi selaku koordinator internal di kelompok tani paguyuban Bumi Mandiri, Desa Pringkasap, Kecamatan Pabuaran Kabupaten Subang, didapatkan jawaban, mengenai teknologi digital bahwa sudah ada pelatihan Smart Farming oleh Kementerian Pertanian, tetapi masih perlu belajar di mana situasi saat ini juga peralihan ke masa digitalisasi.Â
Selain itu, mendapatkan jawaban mengenai manajemen usaha dan teknologi informasi, di jelaskan manajemen usaha di kelompok tani paguyuban Bumi mandiri ini menjadikan petani sebagai supplier, karena budaya disana mereka akan menjual hasil panennya dalam gabah kering tanpa ada pengolahan pasca panen. Sehingga kelompok tani paguyuban Bumi Mandiri akan memproses sendiri dari panen sampai beras jadi yang siap dikirim ke konsumen.
Sedangkan dalam bidang teknologi informasi rencananya sudah ada, termasuk pembuatan website yang sudah dibuat kelompok tani paguyuban Bumi Mandiri untuk transparasi, manajemen stock, inventory supaya konsumen bisa mengetahui informasi dan datanya. Tetapi keterbatasannya ada di SDM yang sangat minim pengetahuan tentang teknologi informasi.
A. Tampilan awal aplikasi untuk mitra Tani
Pada tampilan awal ini petani dapat mengedit akun pribadi mitra terkait informasi pribadi, melihat anggota kelompok tani.
B. Tampilan akun mita kebun, pada tampilan mitra dapat mengatur nama akun, alamat mitra, nama gapoktan yang di ikuti dan kalau memiliki channel youtube dapat di sertakan pada informasi akun
C. Tampilan inventory, pada tampilan ini mitra dapat mengatur jumlah inventory yang dimiliki, berapa jumlah barang yang masuk, berapa jumlah barang yang keluar.
D. Tampilan manajemen kebun, pada tampilan ini mitra dapat menambahkan sayuran/buah apa yang ingin dimasukan ke inventory, disesuaikan dengan jumlah sebenarnya di stok gudang.
Kunjungan Tim Riset MBKM :
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H