Pengembangan UMKM desa wisata adalah menjadikan desa sebagai sebuah destinasi pariwisata yang didukung oleh UMKM dengan cara memadukan daya tarik wisata alam dan budaya, kuliner khas setempat, kerajinan lokal, dan layanan fasilitas umum pariwisata, serta aksesibilitas yang memadai dengan tata cara dan tradisi kehidupan masyarakat desa.
Penelitian ini merupakan kolaborasi dari Universitas Persada Indoenesia Y.A.I, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Y.A.I, Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti, dan Politeknik Palcomtech Palembang. Tiga mahasiswa MBKM yaitu Mohammad Hakemal Haikal Harfaz, Difa Zuhdi Naufal, Shelvy Berliana bersama dengan tim dosen : Woro Harkandi Kencana, S.Sos, M.Ikom; Dr. Sularso Budilaksono, M.Kom; Dr.Febrianty, M.Si dan Devita Gantina, S.Par, M.Par.
Penelitian pengembangan UMKM desa wisata bertujuan untuk menganalisis pengembangan UMKM dibeberapa lokasi perdesaan wisata di Indonesia yang mengembangkan kelompok-kelompok UMKM untuk mendukung pariwisatanya. Beberapa perdesaan yang menjadi objek analisis yaitu Kampung Eduwisata Bhinneka, Setu Babakan, dan Pulau Untung Jawa.
- Desa Wisata Kampung Eduwisata Bhinneka
Desa Wisata Kampung Eduwisata Bhinneka menempati peringkat 500 besar Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2022 yang memiliki konsep edukasi terhadap masyarakat mengenai lingkungan hidup seperti perkebunan, perikanan, dan daur ulang sampah guna memenuhi kebutuhan dasar dalam peningkatan kualitas rumah tinggal warga.
Potensi yang dimiliki kampung Bhinneka yaitu pemanfaatan areal di antara pemukiman warga yang tidak terlalu luas dengan menanamkan aneka tanaman sayuran, buah, dan obat-obatan oleh para pelaku UMKM. Namun, hal tersebut masih sangat memerlukan pembinaan dari berbagai pihak sehingga dapat memberikan manfaat yang maksimal.
Masyarakat sekitar mengelola Kampung Eduwisata Bhinneka dengan membuat kolam untuk budidaya ikan nila yang panen setiap 8-10 bulan dan hasilnya dijual ke pasar sebagai pemasukan pembudidaya tersebut.
Tidak hanya perikanan, terdapat juga perkebunan yang ditanami berbagai macam tanaman terutama tanaman rosella karena sebagai ikon kota administrasi Jakarta Pusat. Bunga rosella ini dimanfaatkan masyarakat untuk dijadikan teh dan sudah memiliki brand produk yang bernama Kaini dan telah tersertifikasi halal MUI. Produk tersebut dijual secara offline dan online dengan harga Rp12.000,00 dan pemerintah telah memberikan fasilitas penjualan dengan mendaftarkannya apabila terdapat event atau bazar mingguan.
Desa wisata ini juga menyediakan bank sampah yang dapat didaur ulang dan dijualnya kembali dalam bentuk kerajinan yang memiliki nilai manfaat salah satunya seperti kumpulan botol menjadi meja dan kursi, kertas anorganik menjadi tas, vas bunga, bingkai foto, dan sebagainya. Â