KILAS BALIK
Ibarat menonton film tentu cerita tentu harus diakhiri dengan sebuah akhir yang menggambarkan apakah akhir yang membahagiakan "Happy Ending atau akhir yang menyedihkan "Sad Ending".
Tidak dapat di pungkiri persaingan pada saat pilpres yang lalu sangat melibatkan emosi dan perasaan yang cukup mendalam , bagi para calon presiden JOKOWI dan PRABOWO,bagi partai pendukung masing masing ,juga media yang diharapkan netral ternyata secara terang terangan membela salah satu calon yang di unggulkannya, bahkan masyarakat luas juga bisa terpecah dalam dua kelompok besar yang pada saat itu sangat dikhawatirkan akan terjadi Chaos.
Hal ini terjadi diawali saat kedua calon digambarkan sangat kontradiktif satu sama lain hampir tidak ada issu yang diangkat di media yang menunjukkan kesamaan,Nilai positif pada salah satu calon dimanfaatkan untuk menjatuhkan  pihak yang lain dan  hal ini dilakukan secara masif dan sitematis.
Oleh partai pendukungnya Prabowo digambarkan sebagai orang yang tegas karena suaranya yang lantang saat berorasi sehingga JOKOWI tidak pantas menjadi presiden  karena bicaranya sangat lamban dan terbata bata. PRABOWO digambarkan sebagai seorang kesatria dengan badan yang tegap dan sangat berkharisma bandingkan dengan JOKOWI yang kurus dengan timbangan hanya 51 kg ,bagaimana mungkin kepala negara yang lain menghormati dan mendengarkan ucapannya. PRABOWO dianggap sangat intelek karena dia berpendidikan luar negeri dengan bahasa inggris yang fasih bandingkan dengan JOKOWI yang hanya lulusan lokal, yang mungkin bahasa indonesianya aja masih suka campur bahasa jawa,gimana lagi bahasa inggrisnya?
Dipihak JOKOWI dia di gambarkan sebagai orang yang sangat sederhana sangat kontras dengan PRABOWO yang di besarkan dilingkungan yang serba mewah ,dalam mengelola keluarga  jokowi digambarkan sangat harmonis hal ini tidak terlihat dalam diri PRABOWO.
Akumulasi perbandingan dan perbedaan  ini semakin membesar dan sangat melibatkan emosi dan perasaan masyarakat, keterlibatan secara emosi yang berlebihan ini menimbulkan efek yang negatif yang sangat kita sayangkan yaitu berkampanye dengan tidak rasional lagi yaitu dengan menyebarkan rasa kebebecian terhadap pihak lawan baik itu melalui issu yang tidak jelas ,fitnah, bahkan melalui issu SARA.
Proses ini belum selesai  walaupun JOKOWI  sudah terpilih, para elite politik sepertinya masih belum  terpuaskan untuk mempermainkan perasaan dan emosi masyarakat. Bak menonton film serial, politisi politisi KMP dan KIH  melanjutkan drama politik yang penuh dengan intrik dan  kalimat menebarkan rasa benci dan penghinaan, bahkan ada yang membalikkan meja saat sidang DPR terjadi drama.
Untuk  mempermudah komunikasi oleh para elit politik dibentuklah lembaga KMP (Koalisi Merah Putih).dengan asas RASA BENCI
Tapi apakah KMP akan menjadi lembaga yang permanen?
Apa sebenarnya target KMP???
Siapa yang paling  DIUNTUNGKAN/DIRUGIKAN  lembaga ini ??
Mari bersana kita pikirkan.....terimakasih
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H