Mohon tunggu...
mbiesap
mbiesap Mohon Tunggu... Pegawai Swasta -

- Milanisti Indonesia - Penghitung Jejak Langkah Kaki - Amatir dalam segala hal, namun berusaha untuk jadi professional - Penyuka Tidur siang, namun sudah lama merindukannya adjustmenthidup.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Verlos Kamer aka Ruang Bersalin: Nada dan Bunda

1 Februari 2017   09:55 Diperbarui: 1 Februari 2017   10:25 565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

……
Cuaca masih berkisar di 28 derajat, namun panas dalam diri sedikit melebihi keadaan yang berselimut. Entah pertanda apa, hingga darah seakan terpompa sempurna, bukan 100%, tapi 500%, seakan organ mengejar target produksi akhir tahun, karena memompa benar-benar cepat.

Bagi yang yang belum berpengalaman seperti saya, menunggu kelahiran adalah ketegangan selain ujian nasional, dikhitan, jadi imam shalat tarawih, ijab qabul dan bertemu Calon mertua saat memutuskan hendak melamar putrinya dengan keadaan yang jauh dari “Mapan”, standar abu-abu yang dijadikan patokan global hingga beberapa case, terkadang calon mertua menggunakan hak vetonya untuk memutuskan proses berlanjut atau STOP. Terlebih jika ditambah embel-embel mesti ganteng, pekerjaan tetap, Sarjana/Master/Doktor, keturunan darah biru *ngeri kalo pucat pasi hehe, punya mobil, rumah, deposito, lahan pertanian, Pegawai Negeri Sip*l, anak pertama, kedua atau tunggal, dan parameter dunia lainnya, tanpa pernah melihat bagaimana agamanya & visi ke depannya. Sedikit memang yang begitu, tapi ingatlah, rukun nikah tak menyasar begitu. Alamak, macam Laporan Harta Kekayaan Pejabat Negara saja, ambo pusiang jika sahabat ambo ada yang begitu, empati tepatnya. Emangnya yang mau nikah itu anaknya apa orang tuanya, banyak kali bah syaratnya *gagal paham.

Februari 2016 adalah izin Allah SWT mengabulkan doa kami untuk bersatu, Alhamdulillah selang beberapa bulan diberikan amanah untuk jadi orang tua. Iya, istri hamil waktu itu. Kaget pula, karena dikira masuk angin, karena pada bulan awal menikah, sempat seperti itu juga, ternyata memang masuk angin hehe, bukan hamil.

Siklus hidup yang dimulai dari lahir-sekolah-kuliah-kerja-nikah-regenerasi-mati adalah runtutan pertanyaan yang pasti ditanyakan pada setiap fase. Kuliah belum lulus-lulus lah, setelah lulus belum kerja lah, setelah kerja belum nikah lah, setelah nikah sudah punya keturunan kah, setelah melahirkan normal atau caesar kah, setelahnya apakah ada Air susunya kah dan pertanyaan sensitif lainnya. Sebagai reminder, juga untuk diri sendiri, pandai-pandailah kita mengajukan pertanyaan, karena untuk hal-hal tersebut memang sensitif, pun meski kita menganggapnya wajar. Bukan kehendak kita untuk menghakimi, karena memang semua sudah grand desain olehnya, bagai sebuah maket, bagian-bagian fasos/fasum, pusat komersial, perkantoran dan hunian adalah takdir kita. Sehingga kita hanya bisa melakukan yang terbaik mungkin.

Seiring waktu, tiap pekan berlalu dan kamipun mengamati pertumbuhan dan perkembangannya. Bersyukur semua biaya ditanggung, jadi kami tinggal meluangkan waktu saja untuk kontrol, sharing hingga ikut forum ibu-ibu hamil agar semakin teredukasi. Zaman dulu, boro-boro sepertinya, karena Kuasa Allah via dukun beranak/Mak beurang, semua lancar-lancar saja.

Morning sickness, ngidam, muntah-muntah hingga semua kandungan makanan keluar, adalah fase berpikir, Dimana ternyata memang perempuan itu adalah makhluk yang dipremiskan lemah, namun luar biasa. Tak ada kerutan dahi sedikitpun, aktivitas lainnya lancar. Sesekali pusing, lemas dan baper adalah bawaan hormon yang wajib kita pahami. Tampilan fisik mulai berubah, hingga kita dibuat sesak melihatnya, terutama pada posisi tidur dan berjalan. Sesak karena bernafas dengan eungap.

Bulan berganti, pagi ini menginjak tahun 2017. Penantian kelahiran pun adalah momen yang sangat ditunggu. Perkiraan dokter, insya Allah lahir tanggal 17 Januari 2017. Namun semua itu masih estimasi, bagai sebuah proyeksi, margin error selalu ada, jadi opsinya hanya MENYIAPKAN DIRI, termasuk banyak berdoa agar semua dilancarkan plus memotivasi agar istri rajin berolahraga, agar nafas saat ngedan maksimal.

Remang temaram, hari itu Kamis, 5 Januari 2017. Dapat kabar bahwa ketuban pecah. Air ketuban ini adalah early worning bahwa bayi akan lahir. Sehingga bergegas ke Rumah sakit untuk proses lanjutan. Payahnya, saya masih di Jakarta. Perjalanan memakan waktu 4 jam, terlebih ada pengalihan arus di Cipularang karena pergeseran struktur jembatan Cisomang. Detik terasa lama, hati kelu, jantung seakan freeze sejenak. Hmm, ” kapan sampai ya ini?”, pikirku. Laju 120 km/jam terasa lambat sekali, padahal batas aman laju di tol adalah 80 km/jam. Untungnya juga bukan saya yang nyetir, kalo iya kecepatan penuh berbahaya juga.

Kabar terbaru dari istri, Alhamdulillah sudah ditangani dengan baik, karena langsung masuk UGD & proses administrasi lengkap. Jika ada nilai pelayanan. Saya akan kasih nilai 99% memuaskan, karena pelayanannya memang keren. Responsif, manusiawi, ramah dan cepat. Sehingga tenang lah hati, tinggal menunggu kehadiran jabang bayi. Istri masuk rumah sakit sebelum dzuhur & sekarang sedang ada di ruang bersalin. Pecah ketuban ini mau tak mau, proses persalinan harus berjalan. Karena efeknya jika bayi tidak dikeluarkan akan bahaya. Ya Rabb, kepanikan itu mulai berkelumit.

Sampai rumah sakit sudah masuk ashar. Ada kakak ipar, beserta istri & anaknya, sedangkan mertua di ruang VK. Kondisi bumil saat itu pucat pasi, keadaan Dimana terasa mulas namun belum juga keluar. Pikir awam saya, istilah pembukaan itu berlangsung cepat, ternyata tidak juga ya. Pembukaan ini berakhir di angka 10, dimulai dari 1. Ini artinya adalah sejauh mana jari bidan/dokter bisa masuk ke dalam vagina agar bayi bisa dikeluarkan. Seiring perkembangan, pembukaan satu baru dimulai pukul 16.30. Jika sesuai term, bisa lahir di atas jam 22.00 malam. Wow, lama juga ya.

Tik tok tik tok, kondisi deg2an dan panik sudah menyublim dalam keadaan pasrah, lillahi taala. Bumil nafas agak terhendus. Saya pun pada kondisi simulasi, yaitu kondisi Dimana membayangkan kelahiran saya dulu dengan dukun beranak & terus berdoa untuk hal yang sama, agar diberikan kelancaran. Titik balik bahwa memang tak salah, Rasulullah menyebut ibu, ibu, ibu baru ayah adalah memang kenyataan terbaik. Ibu sebagai pintu gerbang dalam menghadapi dunia yang penuh liku ini. Adzan maghrib berkumandang, dokter sudah memastikan sudah pembukaan 10, berarti bersiap-siap untuk launching.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun