Di tanah air, metode ini ditentang oleh sebagian jomblo karena dianggap tidak make sense. Sehingga perlu ada uji matematis sebagai solusi tingginya populasi jomblo di Indonesia. Sbleng kemudian merilis, versi matematis sebagai berikut:
1. Jika menambah kebaikan dan berbuat baik, adalah sama dengan berbuat baik kepada diri sendiri, sehingga dengan adanya setiap penambahan kebaikan, 10 kali kebaikan adalah jaminan dasar sebagai modal keyakinan ;
2. Jika mengurangi sikap baik, niscaya adalah memperlakukan diri sama seperti itu juga. Misalkan mengurangi senyum akan mengurangi indeks kebahagiaan hingga indeks Pepsodent, karena rahang akan terus sempit dan jaringan otot semakin stress menerima impuls terhadap rangsangan motoriknya,
3. Jika mengalikan kebaikan dengan kejahatan akan timbul kejahatan, begitupun sebaliknya. Mengalikan kejahatan vs kejahatan akan menghasilkan kebaikan diri nanti, tapi akan melewati proses penjara, Siksa hingga proses Hidayah panjang dalam pembuktian kebenaran,
4. Jika membagi kebahagiaan adalah sama dengan berbagi terhadap diri sendiri kebaikan dan kebahagiaan itu. Sehingga akan berkorelasi dengan apa yang dibagi.
Nah, selanjutnya bagaimana matematika jodoh terbentuk? Berikut ini adalah jawaban sederhananya;
Jika buruk sama dengan nol, baik adalah satu, maka:
1. Baik ditambah baik, akan menjadi dua. Maksudnya adalah peningkatan kualitas diri kita akan bertambah, seiring hasil positif jodoh positif kita;
2. Baik ditambah buruk, akan menghasilkan baik atau buruk, tergantung faktor mana yang dominan;
3. Baik dibagi baik, akan tetap menjadi baik. Karena pembagian ini adalah cerminan diri;
4. Baik dikali buruk akan buruk, karena keburukan ysng sistematis akan merusak kebaikan yang tak terencana;
5. Akar dari baik adalah baik, buruk adalah buruk.