Mohon tunggu...
mbiesap
mbiesap Mohon Tunggu... Pegawai Swasta -

- Milanisti Indonesia - Penghitung Jejak Langkah Kaki - Amatir dalam segala hal, namun berusaha untuk jadi professional - Penyuka Tidur siang, namun sudah lama merindukannya adjustmenthidup.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kelas Inspirasi Blitar 2, Antara Bahagia, Baper dan Berkenan di Hati

12 November 2015   08:40 Diperbarui: 12 November 2015   09:14 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 
 

Yeah, sudah mulai hujan di beberapa kota di sekitaran Jabodetabek. Alhamdulillah, suatu nikmat yang tak terkira, karena hampir tujuh bulan lamanya tak kunjung tiba, bagai kekasih hati yang jauh di sana yang lama tak disapa. Setidaknya predikat kota hujan yang diemban Bogor tidak dicabut, karena intensitas hujannya sudah mulai kembali ke rute normal, sehingga masih layak diemban amanat menjadi kota hujan kembali versi BPS hehe. Curah hujan normal, tetap siaga untuk banjir.  Di sela hujan, banyak yang berdoa berharap, ada yang meminta jodoh, karena doa saat hujan pertama insya Allah dikabulkan. Aamiin, ada yang meminta disegerakan ke pelaminan, ada yang segera ingin lulus kuliah, ada juga yang masih belum move on. Kenapa? Karena terlalu memendam rasa terlalu lama, sehingga mengendap bagai tanah sedimen hehe, bahaya sekali sebenarnya, apalagi mantan dipelihara di dalam hati. Mending memelihara ayam, yang jelas-jelas bermanfaat secara ekonomis, sehingga dengan stok yang ada bisa mengurangi stok baper dalam hati dengan berjalan-jalan atau sekedar pura-pura bahagia yang banyak juga memakan kalori. Entahlah, karena hujan selalu punya cerita. Unsur hujan yang terdiri dari unsur2 kimia oksigen dan hidrogen pun konon berubah, menjadi unsur Baper, karena 99 % air hujan mengandung masa lalu, 1 % menyisakan masa terus begitu hehe. Sudahlah, hanya sekedar berimajinasi sedikit hehe.

Bahagia bercampur haru, kembali bisa ikut kelas inspirasi untuk kedua kalinya. Untuk kota kedua yang akan dikunjungi adalah Kota Blitar, sebuah kota penuh sejarah karena Pejuang PETA ( Bapak Supriyadi, berjuang di sana), bapak Soekarno sang tokoh favorit, konon lahir pula di sana. Meskipun secara sejarah, Pak Kusno terlahir di Surabaya serta banyak lagi sejarah menarik, sehingga kota yang bertetangga dengan Kediri, Malang, Tulungagung ini layak untuk disambangi.

Akhirnya momen itu tiba, hari Dimana tiket sudah digenggam, cuti sudah didapatkan dan semangat siap dikorbankan. Tidak berlebihan memang, karena jika sesuatu telah menjadi panggilan hati selalu menjadi istimewa meskipun belum kenal dengan siapapun punggawa di sana. Kenal saat bergabung dengan panitia RVR, itupun lewat WhatsApp, bukan bersua langsung apalagi sekedar bertatap muka, bukan luka. 5 November 2015, Berangkatlah bersama rel yang berdiri tegak kereta Majapahit membawaku ke Kota Blitar, untuk bertemu para anomali, para orang “gila”, para orang luar biasa yang masih mau untuk berjuang bergerak, orang-orang yang anti mainstream dengan sejuta semangat dan senyum khas mereka. Entahlah, terbuat dari apa mereka, sehingga rindu ini masih saja melekat untuk bertemu kembali meski waktu itu sudah terlewatkan. Ada hal yang disayangkan dari para anomali ini, mereka dengan rentang usia 20-25 secara rata-rata, adalah usia-usia penggerak dan kategori usia produktif, adalah sekumpulan populasi galau dengan tingkat kebaperan tinggi, sehingga apabila dilantunkan lagu sendu rawan untuk bersandar di jalan, apabila diingatkan move on susah, dan jika diingatkan dengan jodoh, malah berkilah dan berujar dengan kecepatan cahaya. Terlepas dari itu, para baperian hanyalah makhluk biasa yang sudah terbiasa di Bully hingga kadang berujar, ” hayati lelah bang, atau kakak lelah dik “.

Mesin waktu sudah berputar dan akhirnya sampailah di Blitar pukul 9 WIB ( Waktu Indonesia Barat, bukan Waktu Indonesia Baper) di stasiun Blitar, disambut oleh foto-foto ganteng Pak Karno. Lima menit berselang, Mba Sendi, Mba Anggun beserta mase datang untuk menjemput kami, Bogornesia ( saya, Novi dan Widi) ke stasiun untuk menuju Rombel masing-masing-masing setelahnya. Seminggu sebelum keberangkatan, saya sudah tahu Dimana saya mesti berceloteh pada hari inspirasi, yaitu di SDN Sumbersih 3, sebuah sekolah dasar yang wow sekali jika dilihat melalui citra satelit, jaraknya hampir 40 kilometer dari pusat kota dengan rute jalan luar biasa.

 Pada Jumat 6 November 2015, setelah singgah di rumah Mba Anggun dan Pak Eko, kami tim pendahulu ( saya, Mba Opi, Mba Febby dan Mba Yuni) bergegas untuk berangkat ke SDN Sumbersih 3, yang terletak di Panggungrejo, Blitar Selatan, Kabupaten Blitar. Sebuah keadaan yang sangat luar biasa, dengan jalan Berkelok-kelok, menanjak, mudun dan medan agak licin, karena Alhamdulillah berkah diguyur hujan. Setelah perjalanan hampir 1,5 jam, kami sampai tujuan dengan iringan musik jangkrik, beratapkan malam yang sunyi dan suasana humanis sekolah. Keadaan yang dialami, seakan kembali ke 20 tahun lalu sama seperti saya masih sekolah dasar. Ada beberapa anak kecil yang menyambut kedatangan kami dengan suka cita, terutama si kembar koliyana dan koliyasih dengan cerita kelahiran mereka yang lucu. Konon, nama kol di depan nama mereka adalah nama mobil kol produksi Pabrikan Jepang. Lalu apa hubungannya? Berhubung saat itu rumah sakit jauh sehingga perlu waktu untuk melahirkan dan melarikan si kembar ke rumah sakit, sedang Tuhan punya kuasa lain, mereka dilahirkan di mobil kol. Sehingga atas jasa mobil kol tersebut, nama mereka dilekati kol sebagai tanda balas jasa hehe, sebuah cerita menarik namun berkesan. Saya pun memutuskan bermalam di sekolah untuk menghemat wakut perjalanan, alasan lain agar bisa menyesuaiakan langsung dengan lingukungan sekitar.

SDN Sumbersih 3, terdiri saya, Ombi Saputra ( mahasiswa FEB UI), Mba Mutya Opi ( ahli gizi), Mba Anis ( BNPB Kabupaten Blitar), Pak Hendri Eko ( Pengusaha Frozen Food), Mba Riezka dan Mas Arif ( dari Polres Blitar), Mba Mutya Nurulani ( Apoteker, namun tidak sempat hadir), dengan fasilitator Mas Ikhwan, Mas Nugroho, Mba Febby dan Mba Yuni serta fotografer Keren Mas Ruddy dan Mas Abi. Beruntung satu kelompok dengan mereka semua, kooperatif, inspiratif, luar biasa. Karena saya pribadi, terinspirasi oleh mereka, kisah-kisah hidup dan motivasi ke depan agar bisa terus mawas diri menjadi pribadi berguna. ” Buku untuk Blitar”, merupakan awal pembuka kisah kami di sini, dengan inisiasi dari beberapa orang, Alhamdulillah kami bisa membawa bacaan bermutu untuk adik-adik di SDN sumbersih 3, sebagai jendela dunia untuk bisa mewujudkan mimpi mereka, setidaknya mereka beruntung karena masih diberi uang jajan berlebih hehe, beda dengan saya yang mesti bawa termos es ke sekolah dan berjualan pisang goreng hingga menjadi tukang cuci piring saat beres sekolah. SDN sumbersih 3 memiliki 3 ruangan kelas utama dengan kombinasi 1.2 , 3,4 dan 5,6 , satu ruang guru dan satu perpustakaan plus mushola dengan 3 toilet dan 1 lapangan besar di belakang sekolah, cukup untuk bermain sepakbola.

Hari inspirasi itupun tiba, deg-degan iya, karena mesti memulai dari kelas satu dan dua, kemudian kelas tiga-empat dan terakhir 5-6. Setelah dibuka kira-kira pukul 07.30 WIB, dengan pembukaan dari relawan dan kepala sekolah, akhirnya dibuka kemudian sekira pukul 07.50. Perlahan masuk ke kelas satu dan dua dengan seru senang, banyak nyanyian dan yel-yel diteriakkan hingga suara dan keringat berlumuran. Hal ini berlaku juga hingga kelas enam. Saat ditanyakan kepada total 47 siswa di SDN Sumbersih 3, tergambar sebaran hasil cita-cita yang mereka inginkan yaitu:

  1. Dokter — mainstream
  2. Polisi/Polwan — mainstream
  3. Guru — mainstream
  4. Tentara — mainstream
  5. Pilot – mainstream
  6. Pelukis — anti mainstream
  7. Pemain sepakbola — anti mainstream
  8. Sopir — anti mainstream.

dari data di atas bisa kita ambil kesimpulannya adalah 63 % adik-adik di SDN Sumbersih 3 masih memiliki cita-cita mainstream dan sisanya sebesar 27 % tipe outlayer, antimainstream. Sungguh kece badai sekali cita-cita mereka semua, we proud of you all.

Kegiatan diakhiri dengan penyerahan buku secara simbolis dan pelepasan balon dan pesawat cita-cita sebagai tanda memulai hari untuk berani bermimpi.Pondasi yang kuat akan menciptakan bangunan yang hebat, karena saat ia berdiri nanti akan tercipta ground yang mampu menahan beban material-material di atasnya.Begitupula dengan impian, cita-cita dan imajinasi yang kuat di saat kecil, akan mampu menggerakkan semua unsur baik saraf motorik, unsur Psikis maupun semesta untuk bisa mewujudkan apapun yang ada dalam benak, bahkan tidak cukup hanya benak. Kemudian impian-impian tersebut ditulis, ditaruh di tempat yang sering dilewati dan seterusnya. Sehingga unsur tack it akan secara simultan merangsang kita untuk tidak berhenti hingga batas, melainkan melewati batas yang ada.

Anak kecil merupakan manifestasi dari mimpi skala mikro yang mungkin tidak dianggap nanti secara makro. Ingatlah, bunga yang indah selalu disiram, dipupuk dan dirawat agar menjadi bunga yang indah. Begitu pula mimpi, terus disemai dan dirawat hingga ia menepi.Menyalahkan keadaan adalah sifat pengecut kita dan mesti kita ubah dengan berbagai langkah kecil. Karena yakinlah, perbuatan baik itu akan banyak yang mendorong, sama seperti  setiap pergerakan baik kita untuk memulai semua langkah-langkah kecil kita. Karena kita adalah sang Juara Sejati, yang bisa menyatukan sejuta hati “

Kebahagiaan yang tak terukur oleh materi, karena sempat beberapa orang menanyakan,

” ngapain ikutan kelas inspirasi? Kenapa memilih Blitar? Dibayar berapa untuk ikut Kelas Inspirasi dan semua stigma lainnya “.

Terlepas dari semuanya ada kerinduan tersendiri dan panggilan jiwa untuk ikut bergabung, karena negara sudah terlalu baik mensubsidi sekolah saya hingga universitas. Membuat saya bisa bermimpi seperti sekarang. Mungkin ini hal kecil, tapi jika semua orang baik dikumpulkan untuk membuat hal kecil itu bergerak bukan tidak mungkin bangsa ini bergerak ke arah positif menuju perkembangan dan pertumbuhan masyarakat Madani. Karena kita bangsa besar dengan budaya yang beranekaragam. Bukan lagi sukuisme, agama, antar golongan yang dijadikan kambing hitam, tapi gotong royong menuju Macan Asia, Indonesia Sejahtera yang sejajar dengan negara lain di dunia.

” Biarkan Baper hilang seiring laper yang terisi makanan kemudian jadi kenyang, Biarkan baper jadi salah satu atribut untuk menjadikan kita kuat Biarkan baper mengisi hari, hingga ia tak datang lagi Karena BAPER itu

“Bahagia Akan Pengalaman Emejing blitaR & berkenan di hati “

Kelas Inspirasi Blitar 2, bersama mewujudkan mimpi anak Blitar.

" Selamat Pagi,

Pagi, pagi, pagi

twing-twing-twing,

kami siap diinspirasi "

 

(source : https://adjustmenthidup.wordpress.com/2015/11/12/kelas-inspirasi-blitar-2-antara-bahagia-baper-dan-berkenan-di-hati/ )

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun