Mohon tunggu...
mbiesap
mbiesap Mohon Tunggu... Pegawai Swasta -

- Milanisti Indonesia - Penghitung Jejak Langkah Kaki - Amatir dalam segala hal, namun berusaha untuk jadi professional - Penyuka Tidur siang, namun sudah lama merindukannya adjustmenthidup.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ku Titip Rindu ini, Sahabat Kecilku

12 Oktober 2015   06:03 Diperbarui: 12 Oktober 2015   06:03 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

( Bondan - Rymne in Peace)

Ada yang berbeda pada shubuh kali ini, karena saat terbangun dari tidur bermimpi dengan bertemu sahabat kecil yang sudah 8 tahun lamanya sudah tidak bertemu karena sudah tiada, dipertemuan kembali dalam mimpi diiringi lagu yang memang ternyata lagu dari radio. Kebiasaan kami saat beliau masih hidup, selalu bernyanyi bersama namun saat tubuh terperanjat. Semua hanya mimpi belaka, Al Fatihah untuk almarhum Edy Setyadi, sahabat kecilku yang berkarakter namun sekarang engkau ada di pangkuan-NYA. Insya Allah ditempatkan di sisi terbaik-NYA pula.

Masih terasa getaran itu, sehingga kaget dibuatnya. Pada Januari 2007, lupa tanggal tepatnya. Seingatku, akhir 2007. Sahabat, kompetitor, saingan atau sejenisnya dipanggil menghadap kepada-NYA karena sakit asma yang tidak sembuh. Waktu itu, tepatnya bada ashar.
Udara terasa panas, nafas sesak, karena tidak percaya. Masih dalam keadaan setengah sadar karena selepas tidur siang, bak hujan petir di kemarau panjang. Sudah Tak lagi bernafas panjang, padahal semalam setelahnya sempat bertemu dan mengobrol sebentar hingga larut namun telah tiada keesokannya.

Bak sebuah kaki yang menggerakkan, posisi saat itu terasa kaki yang sebelahnya pincang. Bagaimana tidak kami sejak kecil selalu bermain bersama di sawah hingga lupa waktu, bermain sepakbola dengan ciri dan gaya masing-masing, mencari ikan bersama hingga berebut dan berkelahi karena dia selalu curang dan jago dalam menangkap ikan hingga akhirnya ajal yang memisahkan.
Ada cerita menarik dari perjalanan persahabatan kami yang waktu itu sudah berjalan hampir 16-17 tahun. Terutama saat kita masih kecil. Tepatnya saat bermain dengan kerbau. Jadi ceritanya begini, Edy ini adalah seorang yang cerdas, berkarakter, agak congkak, namun tetap bernyali cemen karena tidak suka kalo ditantang dengan hal ngeyel. Suatu ketika ada seorang teman lainnya, sebut saja dia Endang dengan karakter isengnya naik ke atas kerbau. Nah Edy ini ingin mencoba naik, kemudian ada syaratnya. Ia mesti berani dilempar kotoran kerbau, dikira berbohong Endang mengiyakan dan hal konyol terjadi. Setelah Edy menaiki kerbau, tidak ada hal aneh. Karena menunggangi kerbau saat itu berasa baik mercy zaman sekarang, sebuah hiburan mahal pada zaman itu, disaat anak di kota dengan umur seragam telah mengenal hal ysng lebih canggih. Kami malah menaiki kerbau yang sedang memamah biak. Setelah turun dari kerbau, Endang dengan sigap mengambil kotoran kerbau dengan tangan dan melepaskannya dengan bantuan tenaga gravitasi sehingga meluncur dengan deras ke wajah Edy. Sontak wajah berlumuran kotoran kerbau yang masih segar, menyebar ke seluruh tubuh dengan warna khas, hijau rumput.

Apa ysng terjadi?

Spontan Edy menangis dan posisi saya waktu itu sebagai sahabat mengantarkan ia pulang dengan wajah kerennya diselingi tangisan tidak percaya wajahnya ganteng oleh kotoran kerbau. Kocak memang, karena berani kotor itu baik. Hehe, hingga sampai rumah ia malah dimarahi ibunya, akibat kekonyolan dan kegilaan kita bersama. Cerita ini masih melekat hingga sekarang.
Hal lainnya yang mesti dipelajari adalah ia bagai med gever yang selalu banyak ide, hingga dijuluki serba bisa. Jago memainkan alat musik, sehingga di waktu senggang kami bernyanyi bersama bagai kaset kusut, menangkap ikan bagai binatang Sero ( sejenis musang yang pandai dan lincah menangkap ikan), memainkan ketapel untuk mengincar kedondong atau pohon kecapi dan hal lain yang tidak bisa disebutkan satu Persatu.
Susah sekali untuk menceritakan momen-momen indah bersama, karena mengulang cerita indah itu mesti menarik nafas dalam sambil melupakan rindu bertemu seseorang yang telah tiada. Momen-momen mengaji bersama, bermain bersama, sekolah bersama hingga melakukan hal konyol bersama, adalah semacam extension dalam program yang default. Sekalipun ingin berpanjang lebar, mesti butuh banyak energi menanggalkan kerinduan yang terdalam.
Rindu dengan sosok sahabat yang meneduhkan, sahabat yang membentuk karakter sahabatnya sekarang, keras kepala dalam kebenaran, rindu dengan sosok periang pesakitan yang serba bisa, rindu masa lalu, masa-masa ketika teknologi canggih tidak menjamah kami anak-anak desa yang mungkin tidak punya harapan, rindu sawah-sawah hijau yang membentang luas, rindu sungai yang mengalir bebas hingga mandi di kali menjadi agenda rutin, rindu semua hal tentang masa kecil kami.
Sudah sampai ke paragraf ini pun, susah untuk berkata-kata lagi. Karena kerinduan kepada sahabat melebihi kesunyian terdalam, melepas Sukma sejenak dan menarik lamat-lamat. Aku tak bisa berkata-kata lagi kawan.

Berharap engkau selalu ada di sisi terbaik-NYA, karena saya, seorang konyol di sini sedang berjuang untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang pernah kita ucap saat kita masih kecil, mimpi penuh kegilaan bagi orang kecil, mimpi konyol yang jadi candaan orang sekampung, mimpi indah bagi anak-anak anomali.
Sudah menjelang pagi, Dimana semua kenangan masih disimpan rapat-rapat. Karena persahabatan kita abadi, sering-seringlah berjumpa dalam mimpi, mengulang nostalgila bersama, walau hanya sekedar dunia abstrak.
Ku titip rindu, sahabatku

Doaku selalu menyertaimu,

Izinkan aku untuk bisa terus berkarya, izinkan aku untuk bisa berbuat banyak terhadap sesama,

Kita memang gila,

Penyakit gila ini mesti diwujudkan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun