Mohon tunggu...
Dimas Ragil Mumpuni
Dimas Ragil Mumpuni Mohon Tunggu... Startup Founder -

The Journey of Thousand Miles Begin With Single Word. Walk!

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Ingin membangun bangsa?, Bangun startupmu

13 Desember 2016   00:02 Diperbarui: 13 Desember 2016   00:44 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia sebagai sebuah negara dengan jutaan potensi bukanlah sebuah kiasan semata. Indonesia adalah negara besar dengan sejuta kekayaannya. Namun kenapa Indonesia masih seperti jauh bila dikatakan sebagai negara maju?, alasannya adalah jumlah pengusaha yang masih kurang dari 2%. Idealnya, sebuah negara minimal harus memiliki 2% dari jumlah penduduknya yang berwirausaha. 

Angka tersebut sudah layaknya kita kejar. Jika dibandingkan dengan negara lain di Asia Tenggara saja misalnya, Indonesia masih jauh tertinggal. Di Singapura, jumlah pengusaha sudah mencapai 7% (dari jumlah penduduk), Malaysia 5%, Thailand 3%, sedangkan di Indonesia yang jumlah penduduknya besar hanya 1,65%. Angka tersebut perlu secara bersama digenjot agar kedepan bangsa ini tidak hanya disebut negara pasar.

Indonesia mempunyai pengguna internet 88juta jiwa dan menjadi salah satu negara paling aktif bersosial media. Jakarta adalah ibukota twitter di dunia. Pasar Indonesia yang begitu besar itupun menjadi sasaran banyak pemain global untuk mencicipi kue yang cukup besar tersebut. Media besar teknologi dunia, Techcrunch menyebut bahwa Indonesia will be Asia next biggest ecommerce market.   Google dan Temasek juga menyebut, pasar online Indonesia akan mengalami peningkatan secara signifikan dalam waktu 10 tahun. Nilai pasar online di Indonesia ini diperkirakan mencapai nilai sebesar USD81 miliar sebelum 2025.

Negeri ini pun mulai diberondong dengan masuknya perusahaan startup maupun yang sudah berlabel "korporasi besar". Mulai dari Grup roket dengan lazada dan zaloranya, Olc=x, amazon dengan Blanja, Grab, hingga alibaba dan Uber serta ratusan pemain dunia lain berebut potensi ini. Bagaimana dengan pemain lokal?, memang ada beberapa pemain lokal yang sudah berjaya, sebut saja Tokopedia, Gojek dan Traveloka tapi secara kuantitas kita masih kalah telak. Pilihannya ada dua, membiarkan Indonesia menjadi negara pasar atau memulai menjadi "pemain" di rumah sendiri. 

Gerakan itu sudah dimulai

Hal tersebut sudah mulai dipertimbangkan oleh berbagai kalangan di Indonesia. Pemerintah sudah mulai turun tangan untuk membantu anak muda Indonesia untuk membangun startupnya. Pemerintah melalui Kominfo bergerak dengan Gerakan Nasional 1000Startup, sebuah gerakan untuk membantu para pengusaha pemula untuk membangun startupnya dengan bantuan berupa pembekalan knowledge, metode pengembangan hingga mentoring. Gerakan 1000 startup ini juga didukung oleh ratusan startup founder, eksekutif perusahaan hingga lokal hero di masing masing kota secara bersama membangun ekosistem yang tepat bagi mereka yang mau merisikokan hidupnya untuk membangun mimpi startup. Badan Ekonomi Kreatif juga bergerak dengan program BekUp, Bekraf for startup yang programnya tak jauh beda dengan apa yang dilakukan Kominfo.

Selain itu, momen untuk membangun ekosistem digital  ini tak disiasiakan oleh perusahaan baik digital maupun non digital untuk membuat program penciptaan startup di Indonesia. Telkom dengan Indigo Incubator, Telkomsel dengan NextDev, Blibli dengan The Big Start Indonesia dan masih banyak lagi gerakan lain yang tak kalah hebat. Program Akselerasi dan Inkubasi juga mulai berjamuran di kota kota besar di Indonesia. Kampus sebagai sumber talenta juga tak kalah diam, Jogja, Jakarta, Bandung dan Surabaya adalah beberapa contoh kota pelahir developer dan founder startup. Media juga mempunyai peran penting, selain menularkan semangat berwirausaha dengan beritanya, media juga berperan untuk membangun cerita dibalik sukses/gagalnya sebuah startup dan cara yang tepat membangunnya. 

Hal tersebut adalah gambaran umum kondisi startup di Indonesia. Sebuah gerakan membangun ekosistem yang lebih baik untuk para generasi muda yang tergerak hatinya untuk menyelesaikan permasalahan nyata di Indonesia dan menjadi pemain lokal yang mendunia. 

Pemuda sebagai kunci penggerak

Pemuda adalah harapan yang harus menjawab segala upaya yang telah dilakukan para pembangun ekosistem ini. Pemuda saat ini bisa dikatakan sebagai orang yang paling mengerti apa yang terjadi di internet. Julukan generasi millenial ini memang tak salah, kedalaman mereka tentang teknologi dan informasi adalah modal yang tak dipunyai oleh generasi pendahulu. Muda adalah modal utama sebelum modal lain mengikuti. Memang benar membangun startup tidaklah mudah. Statistik menunjukkan bahwa 95% startup itu gagal. Fakta yang sontak membuat ragu apakah benar startup adalah sebuah jawaban. Risiko pun mulai dikalkulasikan disini. Mulai dari keamanan finansial, stabilitas kerja hingga ke-stabilan lain pun menjadi pertimbangan seseorang memulai startupnya.

Pemuda adalah orang yang tepat untuk mengambil segala risiko tersebut. Bagi generasi muda, gagal adalah sebuah pasangan dari sukses. Jika memulai sebuah startup sejak muda dan gagal mungkin risikonya tak akan sebesar bagi mereka yang memulainya di atas kepala tiga yang mempunyai beban yang relatif lebih besar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun