Mohon tunggu...
Dimas Ragil Mumpuni
Dimas Ragil Mumpuni Mohon Tunggu... Startup Founder -

The Journey of Thousand Miles Begin With Single Word. Walk!

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Bahan Bakar Para Orang Besar

1 November 2016   23:28 Diperbarui: 1 November 2016   23:52 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto dari Markus Spiske (Unsplash.com)

Ada beragam alasan orang memilih sebuah pekerjaan dalam hidup. Ada yang memilihnya karena cita-cita, ada yang karena peluang dan prospek kerja, ada yang disarankan orang tua atau kolega, ada yang hanya melanjutkan tradisi dan warisan keluarga dan beberapa hanya terjatuh kedalamnya tanpa dia sadari. Namun, hanya sedikit orang-orang yang memilih pekerjaan karena benar-benar menginginkan pekerjaan tersebut. Hanya beberapa orang mampu memilih dan menjalani pekerjaannya berdasarkan passion.

Tidak ada yang salah dari setiap alasan pemilihan. Tidak ada yang lebih baik maupun kurang, yang ada adalah apakah pilihan tersebut membuatnya bahagia dan menjadikannya manusia dengan versi terbaiknya. Jika dilihat dengan kacamata awam terlihat bahwa orang yang memilih passion sebagai alasan untuk bekerja adalah orang yang beruntung. Bukan berarti bahwa passion adalah cara kita memilih pekerjaan, bukan. Passion adalah cara kita menghidupkan pekerjaan apa yang kita pilih. Bekerja karena passion akan menciptakan sebuah nilai yang lebih dibandingkan alasan lain. So, apasih sebenarnya passion itu?, menurut definisi pribadiku adalah passion adalah sebuah titik dimana ketika selalu excited setiap menjalankan sesuatu. Baik itu dibayar ataupun tidak, walau sangat menyita waktu, tenaga maupun pikiran. Passion adalah sebuah bahan bakar menjalani sebuah pekerjaan.

Ada sebuah cerita menarik, Cerita seorang guru yang hidup menjalankan passionnya. Beliau adalah guru sebuah sekolah menengah pertama di sebuah daerah di Jawa Timur. Bekerja sejak usia 20an menjadi seorang yang ingin mengajarkan hal yang dipelajarinya di tanah rantau, Bali. Selama kurang lebih 30 tahunan beliau mengabdi, tak satupun terlihat keluh kesah menjalani pekerjaannya. Pekerjaan mungkin bukanlah pekerjaan yang populer, hanya seorang guru sastra yang nyambi sebagai seorang pembina teater. Gaji?, tak seberapa, hanya cukup menjalani hidup sederhana dan menyekolahkan anaknya dengan satu prinsip, prihatin. Lalu, mengapa masih tetap bertahan dengan kondisi tersebut?, jawabannya adalah karena beliau bahagia dalam menjalaninya. Ada passion yang melekat. 

Jika dipandang dari luar mungkin tak banyak orang yang percaya bahwa ada orang yang hanya hidup karena passion. Omong kosong!, ya memang benar, itu adalah sebuah omong kosong. Secara pribadi saya setuju bahwa passion saja tak cukup. Orang perlu uang, jabatan dan fasilitas fasilitas tertentu untuk menjalani hidup. Passion saja tak mungkin cukup. Tapi, pandangan saya mulai tercerahkan setelah melihat makna dibalik kata passion itu sendiri. Menurut Rene Passion bukanlah segala sesuatu yang dikuasai, namun yang kita cintai. Passion adalah salah satu unsur karir. Karir haruslah melibatkan passion, tujuan hidup, values, ketercapaian, dan kebahagiaan. Berarti, passion saja memang tak cukup. Ada variabel lain yang mengikuti dibelakangnya yakni tujuan hidup, nilai dan kebahagiaan itu sendiri,

“Passion is not what you good at, is what you enjoy the most.”

Rene

Setiap orang menjalankan karir harus mempunyai bahan bakar agar hal tersebut dapat dijalankan dengan baik. Bahan bakar pertama adalah uang. Bukan hal yang salah, memang uang akan memperlancar setiap pekerjaan yang akan dilakukan. Akan menjadi mudah memang menjalankan sebuah pekerjaan ketika didukung dengan pendapatan yang lancar. Tapi, tak sedikit orang dengan gaji tinggi, tunjangan melimpah dan kestabilan ekonomi masih mengalami "ketidakbahagiaan" kerja. Jadi uang bukanlah sebuah bahan bakar yang mutlak. 

Bahan bakar yang kedua adalah passion. Ketika seseorang melakukan pekerjaan dengan dasar passion maka setiap hari pasti ada energi positif dan berbeda dibanding orang lain yang hanya bekerja karena uang. Bahan bakar passion  akan membuat seseorang  terlepas sejenak dari kungkungan logika untung-tugi. Seringkali bahan passion membuat seseorang bekerja lebih keras dan lebih cepat sehingga mendapat hasil lebih cepat pula. Namun patut dipahami bahwa bahan bakar passion pun hanya akan memberikan tambahan nyawa yang tak cukup lama. Oleh karenanya, penting ada perlindungan bagi seseorang yang mau menghidupkan passionnya.


Bahan bakar ketiga adalah tujuan hidup. Ketika hal tersebut ditemukan maka hidup akan menjadi lebih mudah. Tujuan hidup adalah sesuatu obyektif yang tepat untuk memacu kita terus bergerak dan berlari. Tak peduli bahwa energi akan habis atau tidak ada yang dukung. Jika tujuan hidup itu tampak maka seseorang pasti akan terus mengejarnya, apapun yang terjadi. Tujuan hidup pun beragam, ada yang bagi diri sendiri yang menciptakan sebuah kepuasan (pleasure) maupun kepada orang lain yang akan menciptakan sebuah dampak dan arti (meaning).

Kembali ke cerita guru tadi. Jika saya amati bahwa beliau memang mempunyai passion yang selalu dibawa setiap hari. Energi itu ada dan tak berkurang hingga beliau pensiun. Selama perjalanannya menjadi guru sudah banyak murid yang terbantu untuk mencari passionnya di dunia seni. Sebagian murid akhirnya sadar akan penghargaan dan penghormatan pada nilai budaya dan sastra dan tak sedikit yang memilih dunia seni dan sastra sebagai gaya hidup. Jika melihat hasil tersebut saya terus bertanya, apakah ini tujuan hidup beliau?, memberikan tongkat estafet ke generasi penerus. Pasti bukan hanya passion saja yang menjadi penggerak. Pasti ada sebuah tujuan dan nilai/kearifan yang melekat didalamnya. 

Gatot Harijoto
Gatot Harijoto
Dalam menjalankan misinya sebagai seorang seniman. Beliau tidak hanya menjalankannya sebagai sebuah hobi atau pekerjaan semata. Ada kepahaman bahwa untuk mencapai sustainability maka fungsi bisnis harus dijalanka. Selain aktif menulis beliau selalu menjalankan bisnis sebagai seorang seniman dengan menjual beragam produk seni. Mulai dari membuat wayang, lukisan, buku yang dijualnya di event seni yang diadakan di salah satu tempat ibadah orang hindu (Pura) di Desa Senduro. Dengan harga per karya sekitar Rp300.000-Rp2.000.000 terus dijajakkan kepada pendatang. Aspek seni menjadi nilai tambah sebuah produk yang dijual. Namun, hanya sedikit orang yang memahaminya. Untuk mencapai sebuah keberlanjutan usaha dan misi hidup, perlu sebuah perlindungan. Perlindungan itu penting karena sebuah misi yang baik haruslah didukung oleh pihak-pihak yang tergerak hatinya untuk melindungi dan menjaga kelestarian tersebut. Menjadi seniman sekaligus pengusaha adalah sebuah kombinasi yang cukup berat bagi beberapa orang. Tiga bahan bakar utama tersebut adalah kunci sukses tercapainya misi. Perlindungan terbaik atau asuransi  terbaik perlu diperhatikan sebagai penumbuh rasa aman bagi para pendukungnya. Misi sebagai seniman untuk meneruskan tongkat estafet kepada generasi penerus dengan membuat bisnis yang memiliki keberlanjutan dan bahan bakar utama berupa passion adalah kombinasi tepat mencapai kesuksesan.

Lambat-laun pertanyaan apakah passion mampu menjamin kesuksesan menemukan jawabannya. Proses menjalani hidup sebagai seorang guru dan penggerak seni dan budaya dan pengusaha  adalah sebuah pekerjaan yang dicintainya. Kepuasan dan kebahagiaan ketika menjalankannya adalah hal yang beliau peroleh/. Bukan hanya itu, sebuah hasil bahwa melihat semakin banyak anak muda yang lebih peka pada seni, semakin cinta dengan teater dan semakin menghargai karya sastra adalah sebuah hal lain. Itu adalah meaning atau arti untuk orang lain yang coba beliau wariskan. Jawaban itu semakin menegaskan bahwa ketika kita mengejar sesuatu yang kita inginkan bukan hanya untuk diri sendiri namun berdampak pada orang lain maka semesta akan mendukungnya.

Melihat hal tersebut saya jadi teringat sebuah konsep orang besar. Sebagian besar orang melihat orang besar adalah orang yang berpengaruh kepada orang banyak. Orang besar adalah orang yang memiliki jabatan. Orang besar adalah orang yang mempunyai power kuat dan biasanya berada di pusat dimana keputusan besar itu ada. Namun, ada konsep lain yang menyatakan bahwa orang besar itu adalah orang-orang yang mau kembali ke kampung-kampung, daerah-daerah dan komunitas-komunitas kecil. Mengajarkan mereka hal yang tidak terlalu besar. Dengan membawa misi tertentu hingga akhirnya orang-orang kecil disekitarnya itu memperoleh dampak akan suatu hal yang membawa arti dalam hidupnya. Beliau adalah orang besar di konsep kedua. Orang besar yang balik kampung dari perantaunnya dengan membawa misi menyebarluaskan nilai-nilai seni dan budaya pada sekelompok anak-anak penerus bangsa dan mengubah paradigma mereka tentang penghargaan dan penghayatan nilai seni itu sendiri. Orang besar yang mempunyai passion dalam dirinya yang ditampakkan dalam energi sepanjang masa abdinya sebagai guru dan setelah pensiun. Beliau adalah Bapakku. Bapak yang menjadikan passion sebagai bahan bakar hidup.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun