Mohon tunggu...
Dimas Ragil Mumpuni
Dimas Ragil Mumpuni Mohon Tunggu... Startup Founder -

The Journey of Thousand Miles Begin With Single Word. Walk!

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Detak Kehidupan Itu Bisa Diciptakan

27 September 2016   18:20 Diperbarui: 28 September 2016   07:56 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Hingga detik ini kematian akibat penyakit jantung masih menjadi momok yang paling menakutkan. WHO masih menempatkan penyakit jantung sebagai pembunuh nomor satu di dunia. Indonesia sendiri mencatatkan bahwa penyebab kematian akibat jantung mencapai 37% kematian. Pertanyaan sebenarnya muncul adalah apakah kita harus menyerah dengan mesin pembunuh nomor satu di dunia ini?, kurasa tidak. Walau fakta menyebutkan bahwa kematian yang disebabkan oleh penyakit jantung pembuluh darah, terutama penyakit jantung koroner dan stroke diperkirakan akan terus meningkat mencapai 23,3 juta kematian pada tahun 2030. Setidaknya 80% dari kematian dini akibat penyakit jantung bisa dicegah melalui diet sehat, olahraga teratur, dan menghindari rokok

Perkenalkan Bono, seorang pemuda berumur 32 tahun, seorang eksekutif muda yang sudah menempuh titik suksesnya. Gaya hidupnya pun berubah. Dia sering makan makanan yang kurang sehat, terlalu banyak kerja akhirnya mengesampingkan kecukupan istirahat dan olahraga. Memang dia tidak merokok namun gaya hidup modern membawanya lupa akan gaya hidup sehat. Alasan kesibukan menjadi acuan. Bayangkan jika Bono terus menjalankan kehidupan tidak sehat semacam ini untuk kesekian tahun kedepan. Mungkin saat ini masih terasa sehat, karena masih muda, tapi apa yang terjadi pada Bono 15 tahun kedepan?, tak ada yang tahu. Akan tetapi ada satu hal yang bisa dipastikan. Bono akan terserang penyakit akibat gaya hidup. Salah satunya adalah ketidaksehatan jantung

Mungkin serangan jantung hanya dianggap akan dialami oleh orang berusia lanjut. Namun terkaan tersebut patah di era 90an. Kini sebanyak 20% kasus serangan jantung menyerang usia dibawah 40 tahun, 40% diantara 40-45 dan 40% diatas 50 tahun.  Oleh sebab itu, gaya hidup sehat perlu diterapkan sejak dini untuk mengurangi faktor risiko. Bayangkan bahwa cerita Bono itu dialami oleh ratusan orang, bukan ribuan orang bahkan jutaan orang di Indonesia. Anda bisa membayangkan apa yang terjadi?, Penyakit yang sebenarnya bisa dicegah ini akan tetap menjadi pembunuh nomor satu. Apakah kita harus membiarkan hal tersebut terjadi. Saya percaya bahwa kita semua tidak ingin itu terjadi, lalu apa yang bisa dilakukan?

"Pengobatan preventif agar Indonesia 'tak bangkrut'"

Hal pertama yang harus dilakukan adalah menciptakan langkah preventif menghindari hal tersebut. Pemerintah mempunyai tiga fungsi utama, yakni promotif, preventif dan kuratif. Apabila penyakit kronis (jantung) ini dibiarkan sampai tahap kuratif maka akan terjadi pembengkakan biaya pengobatan. Karena data menyebutkan bahwa seorang yang terdiagnosa menderita penyakit jantung umumnya akan diberikan 2 alternatif pengobatan: 1) Katerisasi : tindakan semi bedah dengan biaya sekitar R. 30 – 50 juta, dan pemasangan ring / stent dengan biaya sekitar Rp 60 – 90 juta 2) Operasi Bypass : di Indonesia dapat menghabiskan biaya hingga Rp 150 juta. Jumlah di atas belum termasuk dengan biaya laboratorium, perawatan setelah pembedahan, konsultasi  pengobatan dan obat – obatan lanjutan yang juga akan sangat memakan biaya. Bisa dibayangkan Jika penyakit ini diderita oleh kebanyakan masyarakat kurang mampu di Indonesia? Angka kematian negara kita pasti akan meningkat.

Hal tersebut bisa dihindari dengan melakukan beberapa langkah utama.

1. Langkah edukasi

Tujuan utama dari edukasi ini adalah membangun awareness dan knowledge setiap individu bahwa gaya hidup sehat itu harus dilakukan sedini mungkin. Edukasi dengan tujuan mengubah mindset orang-orang terhadap gaya hidup itu sendiri. Bisa melalui media kreatif seperti poster, video dan kampanye offline dengan menggandeng tokoh yang menjadi idola dan panutan banyak orang. Tujuan edukasi ini adalah edukasi yang inklusif yakni setiap orang menjadi agen/ambassador dari gaya hidup sehat itu sendiri. Semua orang harus terlibat baik itu pemerintah, komunitas, keluarga maupun perusahaan. 

2. Langkah Membangun Kebiasaan

Lalu setelah mindset sudah berubah adalah membangun kebiasaan. Akan menjadi percuma jika kita hanya tahu apa gaya hidup sehat itu, namun tidak tahu bagaimana harus memulainya.. Hal itu bisa dimulai dari bagaimana memilih makanan yang sehat dan bagaimana melakukan aktifitas penunjang kesehatan (Olahraga).  Semuanya harus dilakukan dengan mudah dan murah. Karena gaya hidup sehat adalah hak setiap orang. Maka tak perlu mengikuti anjuran majalah-majalah kesehatan yang menyebutkan gaya hidup sehat dengan jadwal yang ketat dan menu yang kadang tak semua orang bisa menjangkau. Cukup melakukan langkah sederhana dengan memilih makanan harian yang murah dan bisa didapatkan di pasar tradisional dan memilih olahraga yang sederhana seperti joging dan aktifitas gerak tubuh lain yang murah. 

3. Langkah Kontrol Sosial

Mindset gaya hidup sehat dan kebiasaan hidup sehat akan menjadi percuma jika tak ada yang mengontrol. Semua orang harus mengontrol gerakan ini. Caranya sederhana, terdapat tiga tempat utama kita menghabiskan waktu 1. Keluarga 2. Tempat kerja/sekolah dan 3.Third place (Cafe, TempatIbadah, komunitas). Jika setiap elemen dari 3 hal tersebut menjadi kontrol sosial kita untuk melakukan gaya hidup sehat maka kontrol itu akan menciptakan sebuah ritme sosial yang mengantarkan kepada gaya hidup sehat yang berkelanjutan. 

Jika gerakan ini bisa menjadi gerakan masif dan setiap orang ingin berkontribusi bukan hanya untuk kesehatannya namun kesehatan orang-orang disekitarnya maka ilustrasi Bono akan bisa sedikit dikurangi. Jantung sebagai mesin pembunuh nomer satu di dunia dapat kita ubah ketika kita mencoba menyayangi jantung kita. Setiap detak jantung itu amat berarti, setiap detak jantung adalah detak kehidupan dan detak kehidupan itu bisa diciptakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun