"Kalau anda mengimpor gelas (sambil mengangkat gelas), mengimpor meja (sambil menggebrak meja), dan mengimpor mic (sambil menunjuk mikrofon), maka anda membayar jam kerja orang sana. Bayarlah jam kerja rakyat agar semua bisa mandiri!."
(BJ Habibie)
Sang Pembelajar
Eyang, ya kata itu yang sekarang muncul dibenak pemuda bangsa ini jika melihat sosok BJ Habibie. Eyang Habibie lah yang mereka kenal. Tokoh di dunia perfilman dan tokoh buku yang ramai menjadi perbincangan. namun, siapa sangka bahwa Eyang satu ini bukan sekedar Eyang, Dia adalah Presiden ke-3 RI, bapak aviator bangsa, cendekia tanah air sekaligus ilmuwan terkemuka dunia dan pujangga yang menjadi panutan pemuda bangsa. Eyang dengan segala cerita dan warisannya pada ibu pertiwi. Eyang yang saat ini sudah menginjak usia 80 tahun dan masih penuh energi dan inspirasi.
Hal ini bukan karena beliau bodoh tapi karena orang tuanya tidak mau anaknya dibiayai oleh orang lain dan bukan karena orang tuanya kaya, tidak!. tapi lebih ke perjuangan orang tua demi mewujudkan cita-cita anaknya. Perantauan di Jerman menjadi lahan belajar dan pendewasaaan. Tidak ada sebuah kata instant dan mudah disetiap perjalanan yang dilewati.
Perjuangan dan kemandirian menjadi bekal utama untuk melewati setiap masalah yang menerjang. Perpustakaan menjadi sahabat Habibie muda yang akhirnya mengantarkannya dengan gelar Diploma Ing, dari Technische Hochschule, Jerman tahun 1960 dengan predikat Cumlaude (Sempurna) dengan nilai rata-rata 9,5. Pesan ayah yang terus dijaga adalah Jadilah mata air yang jernih, yang memberikan kehidupan kepada sekitarmu. maka, pendidikan adalah kunci yang dipercaya Habibie hingga akhirnya menjadi Eyang Habibie yang terus memberikan inspirasi kehidupan bagi generasi penerus.
Sang Aviator
Perjalanan panjang setelah masa sekolah dihabiskan untuk mengabdi di industri yang menjadi passionnya. Aviasi, sebuah industri baru di Indonesia dan hanya secuil anak bangsa yang mampu masuk didalamnya. Lagi, hal itu adalah hobi masa kecil yang digeluti oleh Habibie. Sejak kecil mulai merakit mainan untuk menjadi mekanik tertentu, salah satunya pesawat. Mekano adalah mainan kesukaan Pak Habibie di masa itu. Obsesi dengan pesawat terbang kembali muncul perjalanannya ke makasar ketika melihat burung terbang di atas pantai. Merangsang Pak Habibie untuk berfikir apakah bisa membuat seperti halnya burung tersebut.
Sang Pewaris
Bicara Habibie maka bicara tentang sebuah warisan sejati. Warisan yang mengalir keseantero negeri. Warisan yang menjadi amanah bumi pertiwi dan warisan untuk penerus negeri ini.
"Antara saya dan Ainun, adalah dua raga tetapi dalam satu jiwa" -Habibie&Ainun
Cerita tentang kisah cinta Habibie pada sang istri adalah salah satu warisan yang ditinggalkan pada generasi muda. Kisah seorang teknokrat pada teman masa sma adalah sebuah kisah yang akan terus dikenang. Kisah perjuangan yang sungguh menguras emosi dan empati. Kisah dua pasangan yang hanya terpisah oleh tangan Tuhan. Pesan moral yang menghiasi akhir kisah dan memberi sejuta inspirasi bagi generasi muda bahwa cinta sejati itu ada. Jika cinta sejati itu dihidupkan maka cinta itu akan abadi, layaknya warisan Habibie dan Ainun.
"Saya mikir, saya mau menang lawan kemiskinan. Caranya kasih dong pekerjaan, kasih jam kerja. Satu kilogram pesawat terbang penumpang harganya sama dengan 450 ton beras. Jadi 1 pesawat dengan berat 10 ton sama dengan 4,5 juta ton beras " -Detik-
Kegagalan bukanlah akhir dari segalanya. Cita-cita besar Habibie untuk membangun Indonesia lewat teknologi mungkin pernah mengalami masa kelam. Dengan terpaan badai krisis di masa kejayaan Habibie dan membuat sebagian cita cita tertunda. Gagal, mungkin ungkapan itu yang muncul pada benak sebagian orang pada proyek Dirgantara Indonesia dan N250. Namun, hanya orang-orang yang menyerah yang akan gagal. Habibie bukan golongan orang-orang yang menyerah.
Dengan kegigihan dan warisan yang sempat ditinggalkanya cita-cita itu kembali hidup. Mungkin bukan dari tangan Habibie langsung tapi lewat warisan yang telah ditinggalkannya dulu. Generasi penerus yakni Ilham Habibie dengan sebuah jawaban. Jawaban itu bernama R-80, sebuah pesawat yang dicanangkan sebagai reinkarnasi dari N250.
Hal tersebut bukanlah keajaiban semata, namun itu sudah didesain. Sebuah argumen cukup membuat saya takjub. Habibie ternyata pernah menghitung nilai ekonomi sebuah pesawat. Dimana pesawat yang mampu mencapai lifetime value tertentu akan paralel dengan 10 pesawat.
Artinya Jika PTDI memproduksi pesawat dan lifetime pesawat itu 20 tahun maka dalam waktu tersebut angka produksi PTDI setara dengan 10.000 unit pesawat. Hal ini disikapi positif oleh pemerintah dengan paket stimulus ekonomi ke-8 yang memberi nafas pada industri dirgantara indonesia. Kebijakan tersebut membawa angin perubahan bagi masa depan bangsa.
"Saya tidak mau disebut jenius. Saya tidak mau dijadikan ekslusif tapi inklusif. Saya just like you and the others". -Mata Najwa-
Warisan kisah perjuangan tak kan habis tergali dari sosok jenius Habibie. “Jejak Bintang di Angkasa” , "Rudy", "Habibie & Ainun", dan beragam buku biografi dan film tentangnya akan terus muncul sebagai sebuah wujud dari warisan yang terkisah. Satu hal yang mungkin bisa digarisbawahi disini. Semuanya adalah karna perjuangan yang telah berbuah.
Perjuangan yang menjadi landasan Habibie tetap menginspirasi sampai saat ini. Di Usianya yang menginjak 80 tahun pun darah perjuangan masih mengalir deras. Pejuang itu pro rakyat. Pejuang itu tahan banting. Pembangunan yg pro-rakyat adalah bentuk dari perjuangan sejati. Bahkan ketika sakit keras pun yang dipikirkan adalah adalah ibunya, namun ibu yg dipikirkan Habibie lebih luas, yakni ibu pertiwi.
Pada generasi penerus Pak Habibie berpesan bahwa kita harus menyempurnakan diri kita sendiri. Jadikan diri kita unggul, untuk unggul jadilah produktif. Untuk mencapai produktiitas tinggi harus bersinergi positif dengan 3 elemen, agama, budaya dan ilmu pengetahuan teknologi. Habibie ingin anak cucunya kelak mendapat lapangan kerja dan intelektual. Perjuangan untuk mewujudkan itu tak akan berhenti sampai mereka anak-cucu kita jadi unggul.
-End-
Sungguh sangat berbangga hati saya mengucapkan bahwa tulisan ini kembali menyadarkan saya secara pribadi bahwa perjuangan para pendahulu begitu sarat makna. Eyang Habibie telah membuka mata saya tentang arti sebuah perjuangan dan memberi contoh nyata bagaimana seharusnya generasi muda bergerak dan bersinergi. Ucapan rasa syukur dan limpahan doa saya berikan pada Eyang Habibie di Ulang tahunnya ke-80 ini. Semoga Inspirasi dan warisan yang telah diberi tetap abadi dan mengalir di bumi kita Indonesia.
Perayaan ulang tahun ke-80 Pak Habibie diselenggarakan di Museum Mandiri dengan tajuk acara Pameran foto Habibie dan gebyar aneka lomba yang diselenggarakan berbagai komunitas yang tergabung dalam Friends Mandiri Museum. Pameran ini dibuka untuk umum mulai 24 Juli 2016 hingga 21 Agustus 2016 di Museum Bank Mandiri, Kota Tua - Jakarta Barat. Apresiasi tinggi diberikan bangsa Indonesia bagi Sang Inspirator Bangsa
Source of Inspiration:
http://www.biografiku.com/2009/01/biografi-bj-habibie.html
http://blog.ruangguru.com/bj-habibie-sang-visioner-yang-mendunia/
http://jakartagreater.com/pak-habibie-i-love-you-full/
http://news.liputan6.com/read/2217145/r-80-pesawat-buatan-indonesia-kejutan-untuk-dunia
http://www.kompasiana.com/sangbiograf/bj-habibie-inspirasi-bangsa-kita_55122e168133116854bc6007
http://www.kompasiana.com/sangbiograf/bj-habibie-inspirasi-bangsa-kita_55122e168133116854bc6007
http://patriotgaruda.com/2016/03/10/terima-kasih-eyang-habibie-catatan-seorang-chef-part52/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H