Mohon tunggu...
Muhammad Bayu Pratama
Muhammad Bayu Pratama Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa ITB

Pembelajar yang mencoba menyampaikan pandangannya terkati permasalahan yang ada di sekitarnya Terlibat dalam Pers Mahasiswa ITB dan Kader Surau ITB

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hari Anak Nasional, antara Tawa dan Lara Anak Jalanan

24 Juli 2019   00:27 Diperbarui: 24 Juli 2019   14:46 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kebahagiaan masa kecil (Sumber : https://www.ngopy.com/content/images/sifat-asertif.jpg )

Ciri-ciri fisik antara lain: warna kulit kusam, rambut kemerah-merahan, kebanyakan berbadan kurus, dan pakaian tidak terurus. Sedangkan ciri-ciri psikis antara lain: mobilitas tinggi, acuh tak acuh, penuh curiga, sangat sensitif, berwatak keras, kreatif, semangat hidup tinggi, berani menanggung resiko, dan mandiri.  

Potret anak jalanan tersebut dapat dilihat dalam film Alangkah Lucunya (Negeri ini) yang menggambarkan kehidupan sekelompok anak jalanan yang dipimpin oleh seorang bos bernama Jarot. Anak-anak jalanan tersebut beroperasi sebagai pengamen hingga pencopet di pasar. Film yang disutradarai oleh Deddy Mizwar ingin menampilkan realita bagaimana kerasnya kehidupan anak jalanan. 

Lara membalut tawa anak-anak tersebut di masa indah mereka. Sulitnya mencari uang hingga pergaulan bebas maupun tindakan kejahatan yang setiap saat menghantui kehidupan mereka merupakan masa-masa pahit yang mungkin mereka lalui. Salah satunya yang ditemui oleh Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, pada saat bersepda di Jalan Asia Afrika, Bandung. 

Kang Emil, sapaan akrab Gubernur Jawa Barat, menemukan 3 orang anak yang asyik 'ngelem' atau mabuk menggunakan lem. Mereka merupakan anak putus sekolah akibat ketidakmampuan orang tua membiayai sekolah mereka. Akhirnya ketiga anak tersebut memilih bermain dan menggelandang setiap hari di sekitar alun-alun. Potret tersebut merupakan sebagian kecil kerasnya kehidupan anak jalanan.

0 Advanced issues found

 

Potret Kehidupan Anak Jalanan (Sumber : pestabloggerphotocontest.com)
Potret Kehidupan Anak Jalanan (Sumber : pestabloggerphotocontest.com)

Saya pun beberapa kali menemui anak jalanan di sekitar tempat saya berkuliah di ITB. Salah satunya 3 orang adik-kaka yang senantiasa menjajakan tisu kepada para pengunjung Masjid Salman seharga Rp 5.000,00. Mereka menawarkan tisu tersebut dengan penuh iba sehingga tak jarang pengunjung pun membantu mereka. Lain halnya dengan kehidupan beberapa anak yang dapat dikatakan remaja di bawah Jembatan Pasopati Bandung yang menghabiskan harinya dengan menjadi pengamen, pengemis, maupun pekerjaan lainnya. 

Namun sayangnya, mereka habiskan malam dengan 'ngelem' atau mabuk-mabukan. Tidak sedikit dari mereka pun menjadi korban kekerasan seksual yang tentu akan sangat berbekas untuk masa depan mereka. Direktur Rehabilitasi Sosial Anak Kemensos Nahar (2017) mengungkap, kasus tertinggi yang menimpa anak-anak jalanan selama tahun 2016 adalah pencabulan sebanyak 2.117 kasus. Kemudian di peringkat kedua ada pencurian sebanyak 1.244 kasus dan posisi ketiga, yaitu penganiayaan atau perkelahian sebanyak 1.115 kasus. 

Lalu, tanggung jawab siapa permasalahan anak jalanan ini? Apakah kita hanya akan mengandalkan tangan pemerintah saja? Perlu adanya kepeduliaan dan kerja sama antar berbagai instansi untuk mengentaskan permasalahan anak jalanan.

Lantas, Hari Anak Nasional untuk siapa? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun