"Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri." - Ir. Soekarno
Tujuh Puluh Dua Tahun Kini
Lompatan waktu telah menghadirkan Bangsa Indonesia dalam era pembaharuan. Roda pergerakan pun akan diisi oleh generasi-generasi pembaharu. Generasi tersebut bergeser kepada generasi yang lebih muda yang akan menjadi pemimpin di tanah khatulistiwa. Sayup-sayup Ibu Pertiwi pun memunculkan rasa optimisme baru di dalam menitipkan masa kemerdekaan kepada generasi berikutnya. Hal ini tidak dapat kita pungkiri, karena sadar atau tidak, Indonesia telah mengalami perubahan pada struktur demografinya dimana perbandingan jumlah penduduk Indonesia kini didominasi oleh generasi pembaharu tersebut. Generasi yang memiliki karakteristik yang berbeda dengan generasi sebelumnya. Para ahli berpendapat sebagai Generasi Millennial atau Generasi Y dan bahkan dapat dikatakan telah memasuki era Generasi Z.
Generasi Millennial adalah generasi yang lahir sekitar tahun 1980-an hingga tahun 2000. Generasi ini tumbuh setelah generasi X dengan rentang usia saat ini sekitar 17-37 tahun. Hal ini pun didukung dari data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2016 dimana dari 258 juta penduduk Indonesia, populasi saat ini didominasi oleh usia produktif dengan rentang 15-34 tahun.Â
Generasi yang lahir pada saat mulai berkembangnya teknologi, utamanya perkembangan teknologi informasi. Hal ini yang sering dimaksud dengan bonus demografi. Bonus demografi ini diperkirakan akan mencapai puncaknya pada rentang tahun 2025 -- 2030. Sementara, Generasi Z merupakan generasi yang telah mengalami masa kematangan dalam perkembangan teknologi informasi.
Tantangan dalam generasi kita saat ini bukanlah soal merebut kemerdekaan dari tangan penjajah namun bagaimana kita bersama-sama dapat menjaga keutuhan bangsa untuk mengisi masa kemerdekaan yang telah diraih oleh para pahlawan bangsa atau yang kini berstatus veteran. Namun, hal tersebut tidaklah mudah.Â
Berbagai faktor eksternal maupun internal sangat mempengaruhi perjuangan generasi millennial untuk menjaga keutuhan kemerdekaan bangsa kita. Bangsa ini belum sepenuhnya lepas dari cengkaraman bangsa asing terutama dari segi penguasaan ekonomi. Kekayaan alam ibu pertiwi pun banyak yang dikeruk oleh bangsa asing dan tentunya tidak sepenuhnya dimanfaatkan untuk kemakmuran masyarakat Indonesia. Melimpahnya usia produktif tidak menjamin lapangan kerja diisi oleh generasi muda kita.Â
Semakin banyaknya tenaga kerja asing yang bekerja di Indonesia mengharuskan pemerintah dan juga masyarakat Indonesia meningkatkan kapasitas lulusan terdidik dan terlatihnya. Selain itu, Bangsa Indonesia belum sepenuhnya selesai dengan permasalahan keberagama yang ada. Mudah tersulutnya pertikaian antar kelompok atau golongan membuat semangat toleransi di dalam menjaga keberagaman pun semakin memudar. Memang, ungkapan Soekarno ada benarnya. Tantangan generasi millennial saat ini dalam mendekap kemerdekaan bangsa adalah jauh lebih sulit.Â
Namun, kita tidak boleh untuk berputus asa dalam kondisi sulit untuk mempertahankan kemerdekaan Bangsa Indonesia. Generasi millennial ditambah dengan era generasi Z memiliki keunggulan untuk mengisi masa kemerdekaan dengan keunggulan 3-Cnya (pendapat beberapa ahli). Yang dimaksud dengan 3-C adalah Creative, Connected,dan  Collaborative. Ketiga keunggulan ini yang diharapkan tumbuh di dalam tiap individu merdeka di bumi Indonesia.
Keunggulan yang pertama adalah Creative. Generasi ini sangat suka dengan sesuatu yang baru, tantangan baru, gagasan yang baru, cara berpikir, dan terkadang bersifat ous of the box. Mereka dapat berkarya secara kreatif dalam menyelesaikan permasalahan yang ada di sekitarnya. Tentunya, hal ini akan memberikan keunggulan bagi negara untuk memaksimalkan potensi dari generasi ini.
Keunggulan yang kedua adalah Connected. Koneksi menjadi unsur yang sangat penting untuk menyambungkan potensi-potensi individu. Hal inilah yang menjadi keunggulan pada generasi ini. Konektivitas antar pribadi menjadi keunggulan yang dimiliki oleh generasi yang lahir pada masa teknologi informasi terutama dalam berjejaring di dunia maya. Bahkan jejaring di dunia maya ini jauh lebih kuat dibanding di dunia nyata. Tiap individu dapat menjangkau individu yang lainnya tanpa terhalang oleh aspek geografis satu sama lain. Dari jejaring tersebut, tidak jarang melahirkan kelompok atau komunitas-komunitas baru yang didasarkan pada persamaan tujuan. Gerakan sosial, co-working, start-up, maupun gerakan kerelawanan muncul berkat koneksi di dunia maya tersebut. Walaupun perlu adanya etika yang harus diperhatikan dalam berkoneksi di dunia maya.