"Hal Utama di Bangka adalah penambangan timah, apapun juga yang dapat menghalangi usaha ini harus disingkirkan." - Residen Bangka 1849
Ketika kita berbicara tentang Provinsi Bangka Belitung, hal yang kita ingin kita ucapkan pertama kali adalah keindahan bumi Laskar Pelangi. Film yang disutradarai oleh Mira Lesmana berhasil mengangkat potensi pariwisata di Serumpun Sahang tersebut. Kisah Lintang bersama sahabatnya yang berlari-lari kecil di pesisir menjadi cerita yang indah bagi imajinasi pembaca dalam Novel Andrea Hirata, Laskar Pelangi.Â
Ya... Deretan bebatuan yang menjulang tinggi yang tentunya menjadi pembeda antara pesisir di Pulau Bangka Belitung dengan pesisir di Pulau Jawa yang sering saya nikmati. Inilah sedikit cerita tentang keindahan Pulau Bangka dan Pulau Belitung. Namun, bukan itu yang hendak saya bahas dalam artikel ini. Artikel ini akan membahas tentang potensi Mining Tourism Bumi Timah yang belum terkelola dengan baik.
Kepulauan Bangka Belitung adalah sebuah provinsi muda di timur Pulau Sumatera yang dulu merupakan bagian dari Provinsi Sumatera Selatan. Luas wilayah provinsi ini adalah 81.724,74 km², terdiri dari daratan 16.423,74 km² dan lautan 65.301 km² dengan garis pantai sepanjang 1200 km. Provinsi Bangka Belitung didiami oleh sekitar 1.000.177 jiwa dan mayoritas penduduk adalah suku melayu. Bangsa Tionghoa menempati posisi kedua etnis terbesar di provinsi ini sebanyak 30 %.
Kepulauan Bangka Belitung ditetapkan sebagai provinsi berdasarkan Undang-undang No. 27 Tahun 2000 pada 4 Desember 2000. Disahkan baru pada 9 Februari 2002, provinsi baru ini menetapkan bekas ibu kota kabupaten, Pangkalpinang sebagai ibu kota propinsi. Awalnya, Propinsi Bangka Belitung hanya terdiri dari 3 Daerah Tingkat II, yaitu Kabupaten Bangka, Kabupaten Belitung dan Kota Pangkalpinang. Sejak 23 Januari 2003, jumlah kabupaten dimekarkan dengan menambah 4 kabupaten baru yaitu Bangka Barat, Bangka Tengah, Bangka Selatan dan Belitung Timur.
Propinsi Bangka Belitung memiliki dua 2 bandar udara, masing masing Bandara Depati Amir di Pangkalpinang, Pulau Bangka dan Bandara H. AS Hanandjoeddin di Tanjungpandan, Belitung. Dengan pesawat, Bangka hanya sejauh 2,5 jam dari Jakarta. Empat pelabuhan laut untuk penumpang yang ada di Propinsi ini adalah Pangkalbalam, Tanjung Kalian, Mentok, dan Tanjungpandan. Akses yang masih terbatas perlu untuk ditingkatkan terutama untuk ketersediaan transportasi darat di provinsi ini menuju lokasi-lokasi wisata.
Timah adalah Segalanya
Ungkapan Residen Bangka pada tahun 1849 adalah salah satu bukti bagaimana Provinsi Bangka Belitung terutama di Pulau Bangka terus dieksplor kekayaan timahnya. Kekayaan yang   hingga kini tidak terdengar berkurang meskipun di tahun 2015, harga Timah anjlok di pasar dunia yang ternyata mempengaruhi kegiatan eksplorasi di Bumi Timah tersebut.Â
Hingga kini eksplorasi tambang timah tersebut terus dilakukan baik yang dikelola oleh BUMN PT Timah Tbk maupun kantong-kantong masyarakat yang melakukannya secara ilegal. Bagi masyarakat Bangka penambangan timah adalah segalanya. Dari kecil mereka sudah memahami bagaimana menambang timah di daratan Bangka. Berbahaya? Ya inilah warisan nenek moyang Bumi Timah yang hingga kini masih menjadi potensi besar penghasilan masyarakat di Pulau Bangka.Â
Banyaknya kegiatan eksplorasi tambang timah hampir di tiap daerah di Kabupaten/Kota di Kepulauan Bangka meninggalkan bekas lokasi yang terbengkalai dengan sisa penambangannya. Â Ada yang membentuk perbukitan pasir yang sudah tidak teratur lagi bentuknya. Ada yang membetuk lubang-lubang kecil yang tidak tertutup dengan rapih.Â
Ada juga yang membentuk cekungan-cekungan besar. Karena jumlahnya yang tidak sedikit, masyarakat Bangka sering menamakan daerah-daerah bekas penambangan timah ini dengan sebutan "Kolong" atau "Kulong. Kolong-kolong tersebut tidak ada yang mengurus. Entah akan ditutup atau dibiarkan begitu saja yang mungkin nantinya akan menjadi cerita bagi anak cucu di dekade ke depan.Â
Namun  tampaknya, terbengkalainya kolong-kolong ini menjadi potensi baru bagi destinasi warga Bangka atau bahkan pendatang dari luar Pulau Bangka. Menikmati sisa-sisa hasil eksplorasi timah  adalah harapan dari perjalanan jauh yang mereka lakukan. Jauh dari kebisingan kota, menikmati dengan jelas warna-warna yang menghiasi kolong-kolong tersebut. Salah satu kolong yang sudah terkenal adalah Danau Kaolin yang terletak di Desa Air Bara, Kecamatan Air Gegas, Kabupaten Bangka Selatan.
Danau Kaolin di Daerah Sisa Penambangan di Desa Air BaraÂ
Hingga akhirnya Anda akan menemukan hambatan dalam perjalanan karena dari jalan utama menuju ke objek wisata ini, jalan yang tersedia hanya berupa tanah merah. Lokasi sisa penambangan yang tidak sepenuhnya disulap menjadi objek wisata tentunya menjadi kendala pengembangan objek wisata ini.Â
Ketika sampai di lokasi, Anda hanya akan disuguhi deretan tenda-tenda pedagang yang menjajakan dagangannya. Objek wisata ini tidak membutuhkan kocek. Inilah mining tourism di Selatan Pulau Bangka yang akan menjadi destinasi baru bagi Indonesia ke depan.Â
Tempat lain yang bisa Anda kunjungi adalah "Red Hill" di sekitar Danau Ampar, Desa Merawang, Kabupaten Bangka.
Pekerjaan rumah yang tidak mudah harus dilakukan oleh Kementerian Pariwisata dibantu oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Bangka Belitung untuk menyulap kolong-kolong yang ada.Â
Potensi daerah yang tidak dikelola dengan baik oleh masyarakat akibat ketidaksempurnaan tutupan hasil galian tambang timah. Namun, akan menjadi mudah bagi Disbudpar Bangka Belitung karena objek wisata instagrammable ini telah terlebih dahulu dipromosikan oleh anak-anak muda melalui aplikasi instagram mereka. Dukungan promosi jelas dibutuhkan untuk menjadikan pemasukan bagi kas daerah. Â
Selain itu, bekerja sama dengan SKPD lainnya seperti Dinas Pekerjaan Umum (PU) di dalam penyediaan sarana jalan menuju objek wisata yang tak jarang berada di tengah pemukiman masyarakat. Pengadaan marka dan penerangan jalan sangat dibutuhkan di sekitar lokasi menuju objek wisata-wisata kolong.Â
Namun tentunya karena daerah-daerah ini merupakan daerah sisa penambangan timah dan kaolin, perlu adanya pengecekan dari Dinas Lingkungan Hidup setempat untuk mengecek seberapa besar sisa kandungan timah di lokasi-lokasi tersebut. Apabila hal ini tidak dilakukan, mungkin saja objek wisata tersebut bisa menimbulkan bencana bagi pengunjung yang datang.Â
Keterlibatan berbagai SKPD ditambah pemberdayaan masyarakat akan menjadikan potensi baik bagi Provinsi Bangka Belitung di dalam menambah pemasukan kas daerahnya. Tidak hanya pada timah dan kelapa sawit, namun kini objek wisata bisa dimanfaatkan juga.Â
Pengunjung yang datang pun akan lebih merasa nyaman di dalam menikmati objek wisata yang ada. Hal ini pun tampaknya berlaku untuk pantai-pantai indah di pesisir Pulau Bangka. Kecantikannya yang perlu untuk dikelola seperti di Pulau Belitung.
Inilah Indonesia. Keragaman sumber daya alamnya ternyata tak hanya untuk dimanfaatkan di dalam kebutuhan sehari-hari manusia namun juga dapat dinikmati untuk sekedar menjadi pelepas penat di tengah hiruk-pikuk perkotaan.Â
Selamat berlibur!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H