Mohon tunggu...
Muhammad Bayu Pratama
Muhammad Bayu Pratama Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa ITB

Pembelajar yang mencoba menyampaikan pandangannya terkati permasalahan yang ada di sekitarnya Terlibat dalam Pers Mahasiswa ITB dan Kader Surau ITB

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Mining Tourism: Geliat Potensi Rakyat di Bumi Timah

31 Desember 2016   18:03 Diperbarui: 1 Januari 2017   10:58 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berfoto di antara dua danau yang berada di Danau Kaolin (dokumentasi pribadi)

Ada juga yang membentuk cekungan-cekungan besar. Karena jumlahnya yang tidak sedikit, masyarakat Bangka sering menamakan daerah-daerah bekas penambangan timah ini dengan sebutan "Kolong" atau "Kulong. Kolong-kolong tersebut tidak ada yang mengurus. Entah akan ditutup atau dibiarkan begitu saja yang mungkin nantinya akan menjadi cerita bagi anak cucu di dekade ke depan. 

Namun  tampaknya, terbengkalainya kolong-kolong ini menjadi potensi baru bagi destinasi warga Bangka atau bahkan pendatang dari luar Pulau Bangka. Menikmati sisa-sisa hasil eksplorasi timah  adalah harapan dari perjalanan jauh yang mereka lakukan. Jauh dari kebisingan kota, menikmati dengan jelas warna-warna yang menghiasi kolong-kolong tersebut. Salah satu kolong yang sudah terkenal adalah Danau Kaolin yang terletak di Desa Air Bara, Kecamatan Air Gegas, Kabupaten Bangka Selatan.

Danau Kaolin di Daerah Sisa Penambangan di Desa Air Bara 

Berfoto di antara dua danau yang berada di Danau Kaolin (dokumentasi pribadi)
Berfoto di antara dua danau yang berada di Danau Kaolin (dokumentasi pribadi)
Lokasi yang berjarak sekitar 90 KM dari Bandara Depati Amir menuju ke Selatan Bangka. Di sepanjang perjalanan, Anda akan disuguhkan hutan dan rawa yang menjadikan pemandangan yang tidak biasa. Tak jarang Anda berkendara di tepian pantai. Namun, jangan berpikir bahwa perjalanan menuju Desa tersebut tidak sebagus jalan-jalan protokol di wilayah Jakarta. 

Hingga akhirnya Anda akan menemukan hambatan dalam perjalanan karena dari jalan utama menuju ke objek wisata ini, jalan yang tersedia hanya berupa tanah merah. Lokasi sisa penambangan yang tidak sepenuhnya disulap menjadi objek wisata tentunya menjadi kendala pengembangan objek wisata ini. 

Ketika sampai di lokasi, Anda hanya akan disuguhi deretan tenda-tenda pedagang yang menjajakan dagangannya. Objek wisata ini tidak membutuhkan kocek. Inilah mining tourism di Selatan Pulau Bangka yang akan menjadi destinasi baru bagi Indonesia ke depan. 

Tempat lain yang bisa Anda kunjungi adalah "Red Hill" di sekitar Danau Ampar, Desa Merawang, Kabupaten Bangka.

Red Hill Bangka, Indonesia (dokumentasi pribadi)
Red Hill Bangka, Indonesia (dokumentasi pribadi)
Ada juga kolong yang belum dimanfaatkan untuk objek wisata seperti yang saya temukan dalam perjalanan lintas timur di Pulau Bangka. 

Tidak Sebiru Kaolin, namun tetap cantik untuk berfoto (dokumentasi pribadi)
Tidak Sebiru Kaolin, namun tetap cantik untuk berfoto (dokumentasi pribadi)
PR Bagus untuk Pariwisata Pulau Bangka

Pekerjaan rumah yang tidak mudah harus dilakukan oleh Kementerian Pariwisata dibantu oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Bangka Belitung untuk menyulap kolong-kolong yang ada. 

Potensi daerah yang tidak dikelola dengan baik oleh masyarakat akibat ketidaksempurnaan tutupan hasil galian tambang timah. Namun, akan menjadi mudah bagi Disbudpar Bangka Belitung karena objek wisata instagrammable ini telah terlebih dahulu dipromosikan oleh anak-anak muda melalui aplikasi instagram mereka. Dukungan promosi jelas dibutuhkan untuk menjadikan pemasukan bagi kas daerah.  

Selain itu, bekerja sama dengan SKPD lainnya seperti Dinas Pekerjaan Umum (PU) di dalam penyediaan sarana jalan menuju objek wisata yang tak jarang berada di tengah pemukiman masyarakat. Pengadaan marka dan penerangan jalan sangat dibutuhkan di sekitar lokasi menuju objek wisata-wisata kolong. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun