Mohon tunggu...
Suci Ayu Latifah
Suci Ayu Latifah Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Satu Tekad Satu Tujuan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Penguatan Pendidikan Karakter di Tengah Pandemi

29 April 2020   10:45 Diperbarui: 29 April 2020   10:46 523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
megapolitankompas.com

Dampak wabah pandemi Covid-19, membuat semua aktifitas di lakukan di rumah. Bekerja, belajar, dan beribadah dari rumah. Kantor tutup, sekolah tutup, bahkan beberapa tempat ibadah ditutup untuk sementara waktu. Berkaitan dengan itu, bagaimana dengan anak-anak yang sekarang sedang belajar di rumah. Apakah mereka dapat tumbuh dengan kesadaran atas karakternya? Apakah mereka mampu menyeimbangkan materi dengan keterampilan yang diharapkan?

Kompas, edisi 30 September 2015, mengungkap bahwa pendidikan yang ada di Indonesia bukan "hanya tahu" tentang sesuatu yang baik. Beberapa orang mengira bahwa "mengetahui" seakan-akan sama dengan "sudah melakukan". Padahal, masih ada jarak antara "tahu" dan "tindakan".

Harusnya, masyarakat sadar dan mampu memahami, bahwa pendidikan tidak berhenti pada konsep "tahu" saja. Namun, lebih itu "bisa". Maksudnya, bisa bertindak, mempratikkan.

Prinsip dari pendidikan sesungguhnya ada tiga: (1) apa yang kita lakukan bukan oleh apa yang kita katakan atau ketahui, (2) setiap pilihan atau keputusan bertindak mengarahkan akan menjadi orang semacam apa diri kita, dan (3) karakter lahir dari keberanian bertindak tepat meski menyadari penuh risiko.

Pemahaman seperti itu, serupa apa yang ditulis Suci Ayu Latifah dalam opininya (Koran Sindo, 6 Januari 2017) Pendidikan Indonesia: "Antara Tahu dan Bisa".

Bahwa, aktifitas pendidikan tidak sekadar mengetahui teori-teori atau materi-materi yang ada di bangku sekolah. Pendidikan harus dilakukan---seseorang ditekankan untuk "bisa" bertindak dan mempraktikkan. Semacam itu, dikenal dengan istilah keterampilan. Keterampilanlah yang akan mengantarkan seseorang mencapai apa yang dicapai.

Berbicara tentang pendidikan, penting merefleksi proses pembelajaran di sekolah. Bahwa kondisi pembelajaran sekolah saat ini, jauh dari kata sempurna. Sistem pembelajaran yang menekankan penguatan pendidikan karakter perlu mendapatkan perhatian lebih.

Sangat mengecewakan, ketika dunia pendidikan banyak disoroti perihal dekadensi moral. Oleh karena itulah, penguatan pendidikan karakter yang digadang-gadang pemerintah supaya diperkuat dengan menambah kekuatan dari elemen-elemen sekolah untuk bergerak.

Kasus-kasus yang terjadi pada pelajar, katakanlah tawuran, pelecehan seksual, kekerasan, pembullyan, balapan sepeda, dan masih banyak lagi adalah potret dekadensi moral pelajar.

Mengapa itu terjadi, karena kurang perhatiannya pihak keluarga paling utama, dan kegagalan pendidikan penumbuhan karakter di sekolah. Selain itu, lingkungan pergaulan anak yang terkesan memberikan pengaruh negatif.

Mengingat, generasi muda dengan rendahnya tingkat kesadaran atas karakter atau kepribadian itu, tugas orang tua, guru, dan masyarakat adalah memangkas dan menghilangkan sampai ke akar-akarnya.

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Bab 2 Pasal 3 menyoroti pendidikan nasional. Berdasarkan fungsi dan tujuannya pendidikan nasional berperan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pendidikan nasional pula, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.

Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan yang tertulis di atas ada dua hal penting untuk direnungkan. Pertama, mengembangkan kemampuan peserta didik, dan kedua membentuk watak peserta didik.

Keduanya, dimaksudkan tentu untuk mewujudkan tujuan dari proses pendidikan sebagaimana harapan baiknya, yaitu menciptakan generasi berkarakter. Apa yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan perubahan melalui tiga aspek pendidikan, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.

Generasi berkarakter sering menjadi penutup tulisan-tulisan opini dari segala bidang. Kata tersebut membawa persepsi bahwa adanya harapan besar untuk menciptakan generasi unggul, berakhlak baik, dan memiliki integritas diri.

Mengapa itu ditekankan dan seringkali diingatkan karena  tidak ada suatu yang dapat diperjuangkan ketika kesadaran untuk berubah dan mengubah itu tidak muncul. Ilham kesadaran akan tampak dari sikap, tindak, dan pikiran seseorang. Sebab itulah, sekali lagi penguatan karakter setiap individu penting untuk dijadikan bahan perhatian untuk menciptakan generasi berkarakter. Begitu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun